Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1 Dilihat dari komposisi – komposisi variabel nelayan, jenis alat penangkapan ikan, jenis kapal penangkapan ikan, jenis penangkap ikan, produksi dan produk olahan, perikanan nasional masih dicirikan oleh perikanan rakyat 2 Perikanan tangkap disembilan belas 19 provinsi masih didominasi perikanan rakyat sedangkan sebelas 11 provinsi lainnya didominasi oleh perikanan industri. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan industri perlu ditingkatkan untuk mendukung perbaikan ekonomi nelayan.

6.2 Saran

1 Penelitian ini setidaknya mengungkapkan keragaman kondisi perikanan tangkap di Indonesia, oleh karena itu sepatutnya disadari bahwa pembangunan perikanan di daerah dapat dilakukan dengan pendekatan strategi berbeda sebagai contoh kebijakan pro-growth cocok diterapkan di provinsi yang memiliki ciri dominasi bila 3 tiga atau lebih dari variabel pada sektor perikanan rakyat merupakan variabel basis, sedangkan kebijakan pro-poor sebaiknya diterapkan ke provinsi yang mempunyai ciri dominasi bila 3 tiga atau lebih dari variabel pada sektor perikanan rakyat bukan variabel basis, dan untuk kebijakan pro- job sebaiknya diterapkan pada provinsi yang mempunyai ciri dominasi bila variabel jumlah nelayan pada sektor perikanan rakyat merupakan variabel basis, untuk kebijakan pro- bussines dilakukan bila 3 tiga atau lebih dari variabel pada sektor perikanan industri merupakan variabel basis atau 2 dua variabel produksi dan olahan hasil perikanan pada perikanan industri adalah basis 2 Penelitian ini baru memetakan keanekaragaman perikanan tangkap di tingkat provinsi dan nasional sehingga diketahui peran dari masing- masing perikanan rakyat dan perikanan industri. Hal sama perlu dilakukan memetakan keanekaragaman perikanan tangkap ditingkat kabupaten mengingat kewenangan Pemerintah Daerah Tk II memiliki keterkaitan langsung dengan perilaku nelayan yang akan menentukan karakteristik nelayan. Penelitian lanjut di wilayah tingkat kabupaten ini penting sekali dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Alkadri, Djajadiningrat HM. 2002. Bagaimana Menganalisis Potensi daerah? Di dalam: Ambardi UM dan Prihawantoro S, penyunting. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Jakarta : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. hlm 95-120. Anwar A, Rustiadi E. 2000. Perspektif Pembangunan Tata Ruang Spatial Wilayah Pedesaan Dalam Rangka Pembangunan Regional. Bogor : Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan IPB. bahan kuliah.235 hal. Ben-Yami M. 2000. Risks and dangers in small-scale fisheries: An overview. [terhubung berkala]. http:www.fao.orgfisherytopic12269en . [31 Oktober 2008]. 27 hal. Bailey. 1988. The Political Economic of Fisheries Marine Resources Development in Indonesia.46 Oktober 1988. P 25-38 Budiharsono S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan, cetakan 1. Jakarta : PT Pradnya Paramitra . 98 hal Charles AT. 2001. Sustainable Fishery System. London : Blackwell Science Ltd. 370 p. 276 hal Dahuri R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. [Orasi Ilmiah sebagai Guru Besar IPB]. Bogor. 233 hlm. Ditjen Perikanan Tangkap. 2007. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, 2005. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan. 334 hal. Direktorat Pengembangan Potensi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2008. Profil Singkat Komoditi Ikan Tangkap. [terhubung berkala] http:regionalinvestment.comsipiduserfileskomoditi1ikan_profilsingka t.pdf . [28 April 2008]. 18 hal. Diknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 1381 halaman. 542 hal. Djira GD, Schaarschmidt F, Fayissa B. 2008. Inferences for selected location quotients with applications to health outcomes. Journal of Quality Technology in press. 13 hal. DKP Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Workshop Penyuluhan Perikanan 30 Agustus 2006. [terhubung berkala]. www.dkp.go.id content.php?c=3272 . [6 Desember 2007]. 41 hal. DKP. 2006. Statistik Kelautan dan Perikanan Tahun 2005. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan. 394 hal. DKP. 2006. Peraturan Menteri No. PER.17MEN2006 tentang Usaha Perikanan Tangkap Terpadu. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan. 15 hal. DKP. 2007. Statistik Kelautan dan Perikanan Tahun 2006. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan. 394 hal. DKP. 2008. Peraturan Menteri No. PER.05MEN2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan. 8 hal. FAO. 2008. Small-Scale and Artisanal Fisheries. [terhubung berkala]. http:www.fao.orgfisherytopic14753 . [8 Mei 2008]. 503 hal. Fauzi, A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan : Isu, Sintesis dan Gagasan Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. 185 halaman Hendrayana R. 2003. Aplikasi Metode Location Quetient LQ dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informat Pertan 12:1-21. [terhubung berkala]. http:bbp2tp.litbang.deptan.go.id?pag=publikasi . [26 November 2007]. 62 hal. Heruwati ES. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisional : Prospek dan Peluang Pengembangan . J Litbang Pertani; [terhubung berkala]. http:bbp2tp.litbang.deptan.go.id?pag=publikasi . [22 Juli 2008]. 213:92-99. Idjaz A. 2007. Location Quotient. [terhubung berkala].http:www.geocities.coma hmad_idjazlocation:quotient.html.[26 November 2007].12 hal. Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 79 hal. Kesteven GL. 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1 An Introduction To Fisheries Science. FAO Fisheries Technical Paper No. 118. Roma : Food and Agriculture Organization. 232 hal. Liese C, Smith MD. 2007. Open access in a spatially delineated artisanal fishery: the case of Minahasa, Indonesia. Journal Environment and Development Economics 12: 123 –143. Litbang Deptan. 2005. Revitalisasi Perikanan RPPK 2005. [terhubung berkala] http:www.litbang.deptan.go.idspecialrppkfilesL2J3.pdf . [28 April 2007]. 39 hal. Manese MAV. 2001. Analisis Perkembangan Subsektor Peternakan dalam Perekonomian Wilayah Di Sulawesi Utara [tesis]. Manado : Fakultas Peternakan Unsrat. [terhubung berkala]. http:digilib.stiekesatuan.ac.id gdl.php?mod=browseop=readid=saptunsrat-gdl-s2-2001-merry-1957- peternakan . [26 November 2007]. 117 hal. Monintja DR. 2008. Karakteristik Nelayan Tradisonal: Kasus Nelayan NTT. Sinkronisasi Nelayan Pelintas Batas MoU Box ‟74; Surabaya, 8-9 Mei 2008. Departemen Kelautan dan Perikanan. 87 hal. Nikijuluw VPH. 2005. Politik Ekonomi Perikanan, Bagaimana dan Kemana Bisnis Perikanan . Jakarta: Ferry Agung Corporation. 314 hlm. Nurhakim S, Nikijuluw VPH, Nugroho D, Prisantoso BI. 2007. Wilayah Pengelolaan Perikanan : Status Perikanan Menurut Wilayah Pengelolaan, Informasi Dasar Pemanfaatan Berkelanjutan . Buku kedua. Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP. 125 hal. Richardson HW. 1991. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Sitohang P, penterjemah. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Terjemahan dari : The Principal of Regional Planning. 103 hal. Rumayar TP, Kairupan AN, Hutahaean L, Femmi NF, Syafruddin. 2005. Keragaan dan Analisis Komoditi s Unggulan Perikanan Umum Berdasarkan Zona Agroekologi di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. J Pengkaji dan Pengembang Tekno Pertani;83:460 –466. [terhubung berkala]. http:bbp2tp.litbang.deptan.go.idFileUploadfilespublikasi jpptp830514.pdf . [8 Januari 2008]. Smith IR. 1983. A Research Framework for Traditional Fisheries. Manila : International Centre for Living Aquatic Resources Management ICLRAM. P.hal 37-45. Soekartawi. 1990. Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan. Jakarta : Rajawali Press. 125 hal Susilawati, Sabran M, Ramli R, Utomo BN, Bhremana A, Krismawati A. 2006. Penentuan Komoditas Unggulan Nasional di Provinsi Kalimantan Tengah dengan Metode Location Quotient. J Pengkaji dan Pengembang Tekno Pertani ; 9 1: 1 –9. [terhubung berkala]. http:bbp2tp.litbang.deptan. go.id?pag=publikasitipe=id_art=40id_pub=1 . [26 November 2007]. 9 hal. Supardan A. Potensi Perikanan Tangkap Indonesia Tinggal 20 Persen. Antara News 03 September 2007 [terhubung berkala]. http:www.antara.co.idarc200793 . [28 April 2008]. 20 hal. Tarigan R. 2006. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, cetakan ketiga. Jakarta: PT Bumi Aksara. 187 hlm. Temenggung SA. 1999. Paradigma Ekonomi Wilayah : Tujuan Teori dan Praktis Ekonomi Wilayah dan Implikasi Kebijakan Pembangunan . Di dalam: Soegijoko BTS dan Kusbini BS, penyunting. Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan di Indonesia . Jakarta : Penerbit PT. Grasindo. 80 hal. Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. 36 hal. Van Mihn Nguyen. 2007. The effects of storing and drying on the quality of cured, salted cod. Journal Icelandic Food Research. 58 hal . Walpope, R.E. 1992. Pengantar Statistika, Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 515 hal. Wolmack, J. 2002. Small Commercial Fishing Vessel Stability Analysis Where Are We Now? Where Are We Going. Procceding of 6 International Ship Stability Work Shop. Weeb Institute, 14-16 October 2002.8 p. 278 hal. Lampiran 1. Alat tangkap perikanan rakyat 1 Jumlah pukat kantong payang, dogol, pukat pantai No Provinsi Jumlah 2003 2004 2005 2006 2007 unit 1 Nangroe Aceh Darussalam 1,633 1,327 898 738 399 4,995 2 Sumatera Utara 1,839 1,661 1,708 1,795 1,839 8,842 3 Sumatera Barat 6,816 2,823 2,860 2,721 1,427 16,647 4 Riau dan Kepri 979 1,149 523 217 531 3,399 5 Jambi 1,453 1,089 557 848 677 4,624 6 Sumatera Selatan 185 179 205 251 266 1,086 7 Bangka Belitung 2,986 2,960 4,097 2,032 2,042 14,117 8 Bengkulu 314 314 218 218 218 1,282 9 Lampung 2,139 2,139 1,984 61 2,213 8,536 10 Banten 699 857 1,045 324 2,168 5,093 11 DKI Jakarta 784 785 881 1,119 1,119 4,688 12 Jawa Barat 3,139 5,607 8,605 8,614 4,711 30,676 13 Jawa Tengah 10,878 8,098 10,644 10,644 10,755 51,019 14 DI. Yogyakarta - - - 15 Jawa Timur 16,344 17,890 16,250 16,959 16,769 84,212 16 Bali 259 85 296 248 259 1,147 17 NTB 1,265 1,367 1,321 1,318 1,330 6,601 18 NTT 2,523 1,721 1,090 1,048 3,174 9,556 19 Kalimantan Barat 1,523 891 1,061 881 862 5,218 20 Kalimantan Tengah 619 735 739 1,116 1,527 4,736 21 Kalimantan Selatan 3,706 5,426 3,033 3,148 2,511 17,824 22 Kalimantan Timur 1,732 11,049 14,361 9,929 11,295 48,366 23 Sulawesi Utara 1,231 1,461 1,036 1,019 1,019 5,766 24 Gorontalo 250 160 175 344 411 1,340 25 Sulawesi Tengah 2,369 3,432 1,890 2,165 2,055 11,911 26 Sulsel dan Sulbar 5,040 4,795 3,989 3,964 4,247 22,035 27 Sulawesi Tenggara 1,471 1,528 1,839 2,691 1,785 9,314 28 Maluku 513 370 419 425 435 2,162 29 Maluku Utara 248 155 156 156 156 871 30 Papua dan Pabar 786 853 1,811 2,223 1,472 7,145 Jumlah unit 73,723 80,906 83,691 77,216 77,672 393,208

2. Jumlah jaring insang hanyut, lingkar, klitik, tetap, 3 lapis

No Provinsi Jumlah 2003 2004 2005 2006 2007 unit 1 Nangroe Aceh Darussalam 8,494 6,607 6,744 1,281,545 10,114 1,313,504 2 Sumatera Utara 18,344 8,700 8,963 1,179,246 8,855 1,224,108 3 Sumatera Barat 4,382 4,505 4,611 4,351 2,489 20,338 4 Riau dan Kepri 15,879 17,417 3,880 660 4,569 42,405 5 Jambi 1,334 1,340 1340 884 926 5,824 6 Sumatera Selatan 2,175 2,232 1,859 2,153 1,417 9,836 7 Bangka Belitung 11,478 22,318 23,002 22,982 92,793 172,573 8 Bengkulu 1,809 1,809 1697 1701 1699 8,715 9 Lampung 3,673 6,299 6,317 1,612 4,866 22,767 10 Banten 2,582 2,586 2,483 2,691 2,775 13,117 11 DKI Jakarta 862 851 891 1,181 1,186 4,971 12 Jawa Barat 14,229 15,125 16,980 16,977 12,242 75,553 13 Jawa Tengah 25,861 22,539 17,043 11,906 9,421 86,770 14 DI. Yogyakarta 7,577 2,694 459 535 640 11,905 15 Jawa Timur 30,585 33,441 36,193 17,131 34,408 151,758 16 Bali 10,779 11,614 13,215 10,002 6,973 52,583 17 NTB 8,216 8,113 8,111 8,628 9,173 42,241 18 NTT 22,149 28,444 26,040 25,655 22,082 124,370 19 Kalimantan Barat 3,466 4,637 5,311 5,319 5,288 24,021 20 Kalimantan Tengah 4,020 4,678 7,121 5,674 5,112 26,605 21 Kalimantan Selatan 6,313 6,838 7,321 4,018 5,558 30,048 22 Kalimantan Timur 48,629 43,370 46,333 36,430 34,946 209,708 23 Sulawesi Utara 3,713 3,528 3,205 3,280 3,282 17,008 24 Gorontalo 1,289 1,543 1,699 1,320 866 6,717 25 Sulawesi Tengah 2,716 7,304 6,475 6,841 7,333 30,669 26 Sulsel dan Sulbar 16,372 17,176 13,183 13,542 15,528 75,801 27 Sulawesi Tenggara 11,414 10,935 11,528 11,496 11,057 56,430 28 Maluku 11,387 46,370 12,631 12,816 12,635 95,839 29 Maluku Utara 758 652 686 686 596 3,378 30 Papua dan Pabar 15,486 17,989 21,706 23,247 23,574 102,002 Jumlah unit 315,971 361,654 317,027 2,714,509 352,403 4,061,564 3. Jumlah jaring angkat bagan perahurakit,bagan tancap, serok dan songko, anco, jaring angkat lainnya No Provinsi Jumlah 2003 2004 2005 2006 2007 unit 1 Nangroe Aceh Darussalam 933 1,529 927 6,181 1,010 10,580 2 Sumatera Utara 1,608 1,654 1,703 26,723 1,831 33,519 3 Sumatera Barat 1,128 1,128 1,146 26,052 605 30,059 4 Riau dan Kepri 2,950 3,097 562 2,142 804 9,555 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 901 968 884 6,302 1,086 10,141 7 Bangka Belitung 4,550 2,432 2,778 8,089 1,668 19,517 8 Bengkulu 65 63 64 1,687 47 1,926 9 Lampung 4,025 3,140 3,405 11 3,463 14,044 10 Banten 784 1,353 1,582 5,543 805 10,067 11 DKI Jakarta 177 136 136 2,529 343 3,321 12 Jawa Barat 354 1,243 1,882 1,776 1,995 7,250 13 Jawa Tengah 1,357 2,496 3,876 1,103 727 9,559 14 DI. Yogyakarta 787 160 55 4 58 1,064