Provinsi dengan kebijakan pro-growth, pro-job, pro-business .1 Provinsi Maluku
1 Penguatan permodalan program KKMB = konsultan Keuangan Mitra Bank dimana fungsi KKMB tersebut memfasilitasi para UMKM dengan
perbankan dalam penguatan modal usaha 2 Penguatan pemasaran hasil perikanan
3 Peningkatan kewirausahaan dengan pengembangan atau desiminasi teknologi tepat guna.
4 Menciptakan iklim yang kondusif untuk dunia usaha, dan peningkatan investasi sektor kelautan perikanan dengan memfasilitasi para stakeholder
dengan pihak perbankan, investor, dan instansi terkait.
5.2.7 Provinsi dengan kebijakan pro-growth, pro-job, pro-business 5.2.7.1 Provinsi Maluku
Hal ini terjadi karena banyak industri perikanan tangkap dari daerah lain yang masuk ke perairan Maluku, yang kaya dengan sumberdaya ikan tuna, dan
menjual hasil tangkapannya di Maluku. Pengembangan perikanan tangkap perikanan Industri di provinsi Maluku dapat diarahkan pada kebijakan pro-
growth, karena tiga variabel pada perikanan rakyat merupakan sektor basis.
Kebijakan pengembangan yang diperlukan antara lain adalah: - Program yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan potensi perikanan
rakyat yang sudah ada, - Program yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas produksi,
- Program restrukturisasi UKM dan revitalisasi UMKM, - Program pengembangan added value suatu produk, seperti pembangunan industri
pengolahan hasil perikanan dapat dilaksanakan untuk pengembangan perikanan rakyat, program pengembangan industri berbasis pelabuhan terpadu, yaitu
program yang dapat dilaksanakan di pelabuhan-pelabuhan perikanan di daerah mulai hulu sampai hilir, juga perlu dilaksanakan untuk menunjang budaya
masyarakat provinsi Maluku yang cenderung pada perikanan tangkap Dari arah pengembangan perikanan tangkap di tiap provinsi seperti yang
disajikan diatas, memang sangat beragam dan karena ada beberapa provinsi yang ternyata dapat diterapkan lebih dari satu kebijakan. Hal ini memang dapat
menimbulkan suatu permasalahan tersendiri bagi provinsi tersebut karena jika lebih dari satu kebijakan maka harus dilihat dari berbagai aspek yang terdapat di
provinsi tersebut atau dapat dikatakan bagaimana kesiapan dari tiap daerah dalam menjalankan kebijakan yang diterapkan jika lebih dari satu kebijakan.
Provinsi dengan dua kebijakan atau lebih menunjukan kerumitan permasalahan lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi yang direkomendasi
menerapkan satu jenis kebijakan. Mengingat keterbatasan sumber daya pembangunan maka tidak semua opsi dari setiap dua kebijakan tersebut dapat
diterapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi untuk mengidentifikasi opsi yang diprioritaskan.
Dalam penelitian ini juga ingin ditegaskan bahwasannya difokuskan melihat pada keragaman dari tiap provinsi dalam penerapan kebijakan yang sesuai
dengan kebutuhan dari masing-masing provinsi. Keragaman inilah yang dapat diamati untuk menerapkan kebijakan apa yang sesuai diterapkan karena dari hasil
analisa kepentingan tiap wilayahprovinsi sangat berbeda.