Provinsi Riau Provinsi Jambi Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Bangka Belitung

Tabel 15. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Sumatera Utara NO VARIABEL SUMUT PI PR 1 NELAYAN 1.236753748 0.543169706 2 PRODUKSI 0.66154287 1.178766289 3 ARMADA 2.312395208 0.835111078 4 ALAT 1.462592238 0.732383016 5 OLAHAN 0.155105524 1.805488967

4.2.3 Provinsi Sumatera Barat

Provinsi Sumatera Barat memiliki basis pada sektor perikanan rakyat, dengan empat variabel yang dominan, yaitu variabel jumlah produksi, jumlah armada perahu, dan jumlah alat tangkap, jumlah produk olahan Tabel 16. Namun perikanan rakyat ini menunjukkan bahwa jumlah nelayan memiliki nilai LQ yang rendah. Hal ini mungkin terjadi karena nelayan pada perikanan rakyat bekerja penuh sebagai nelayan, sehingga dalam statistik teridentifikasi sebagai nelayan perikanan industri. Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah produksi perikanan tangkap, jumlah armada, jumlah alat tangkap dan variabel jumlah hasil olahan, sedangkan variabel nelayan tidak menjadi basis. Tabel 16. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Sumatera Barat NO VARIABEL LQ PI PR 1 NELAYAN 1.191411346 0.640725759 2 PRODUKSI 0.364958621 1.379965364 3 ARMADA 0.697975213 1.037521107 4 ALAT 0.213720925 1.330098916 5 OLAHAN 0.219069191 1.717427614

4.2.4 Provinsi Riau

Provinsi Riau memiliki basis pada sektor perikanan industri, dengan tiga variabel yang dominan, yaitu variabel jumlah nelayan, jumlah armada perahu, dan jumlah alat tangkap Tabel 17. Namun perikanan industri ini menunjukkan bahwa jumlah produksi tangkapan dan jumlah hasil olahan memiliki nilai LQ yang rendah. Tabel 17. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Riau NO VARIABEL LQ PI PR 1 NELAYAN 1.232407494 0.529660757 2 PRODUKSI 0.288299942 1.409028915 3 ARMADA 1.649725622 0.91804017 4 ALAT 1.265856936 0.976080855 5 OLAHAN 0.004724448 1.93890343

4.2.5 Provinsi Jambi

Provinsi Jambi memiliki basis pada sektor perikanan industri, dengan tiga variabel yang dominan, yaitu variabel jumlah armada perahu, jumlah alat tangkap, dan jumlah hasil olahan Tabel 18. Namun pada perikanan industri terlihat bahwa jumlah nelayan dan jumlah produksi memiliki nilai LQ yang rendah. Tabel 18. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Jambi NO VARIABEL LQ PI PR 1 NELAYAN 0.975154863 1.063304596 2 PRODUKSI 0.494022609 1.326253222 3 ARMADA 2.146558002 0.848472736 4 ALAT 1.695011182 0.816864729 5 OLAHAN 1.041414446 0.999365216

4.2.6 Provinsi Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan memiliki basis pada sektor perikanan rakyat, dengan empat variabel yang dominan, yaitu variabel jumlah nelayan, jumlah produksi, dan jumlah alat tangkap, jumlah produk olahan Tabel 19. Namun perikanan rakyat ini menunjukkan bahwa jumlah armada memiliki nilai LQ yang rendah. Tabel 19. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Sumatera Selatan NO VARIABEL LQ PI PR 1 NELAYAN 0.911241289 1.197139584 2 PRODUKSI 0.008589615 1.614980877 3 ARMADA 2.343162779 0.828947187 4 ALAT 0.030111288 1.416265918 5 OLAHAN 1.183179518

4.2.7 Provinsi Bangka Belitung

Provinsi Bangka Belitung memiliki basis pada sektor perikanan rakyat, dengan tiga variabel yang dominan, yaitu variabel jumlah produksi, jumlah armada, dan jumlah produk olahan Tabel 20. Namun jumlah variabel alat tangkap sangat rendah dibandingkan armada dan hasil produksi. Tabel 20. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Bangka Belitung NO VARIABEL LQ PI PR 1 NELAYAN 1.203188586 0.580621722 2 PRODUKSI 0.340274303 1.398305279 3 ARMADA 0.791968859 1.027861178 4 ALAT 1.578650334 0.888862999 5 OLAHAN 0.563168984 1.411520701

4.2.8 Provinsi Bengkulu