5.2 Arah Pengembangan Perikanan Tangkap Tiap Provinsi
Melihat hasil yang didapat dari penelitian ini bahwa dari masing-masing Provinsi memliki keaneragaman yang berbeda dalam menerapkan kebijakan-
kebijakan. Kebijakan yang ditetapkan mempunyai komponen yang menjadi landasan dari kebijakan terse
but, disini peneliti menyebutnya dengan ”menu” . Adapun menu intervensiprogram untuk menunjang setiap kebijakan:
Pro-growth :
1 Peningkatan kapasitas produksi 2 Strukturisasi UMKM
3 Revitalisasi UMKM Pro-poor
: 1 Peningkatan kapasitas dan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
2 Pemberian stimulan misalnya: bantuan langsung peralatan penangkapan ikan
ataupun peralatan untuk produksi hasil olahan
Pro-job 1 Pengembangan industri berbasis pelabuhan terpadu
2 Pengembangan added value suatu produk Pro-business
1 Penguatan permodalan 2 Penguatan kelembagaan pemasaran
3 Peningkatan wirausaha sektor kelautan dan perikanan 4 Desiminasi teknologi tepat guna
5 Menciptakan iklim usaha yang konduktif Untuk lebih mengetahui kebijakan apa saja yang diterapkan pada tiap
provinsi, dimana keanekaragaman yang terdapat di tiap provinsi bisa dilihat dari pengembangan perikanan tangkap itu sendiri. Arah pengembangan untuk setiap
provinsi disajikan dalam bagian berikut.
5.2.1 Provinsi dengan kebijakan pro-growth
5.2.1.1 Provinsi Sumatera Barat
Pengembangan perikanan tangkap rakyat di provinsi Sumatera Barat dapat diarahkan pada kebijakan pro-growth, karena empat variabel pada perikanan
rakyat sudah merupakan sektor basis. Adanya Pelabuhan Perikanan Bungus yang
dapat mengakomodasi kapal perikanan hingga 1.000 GT, merupakan point lebih, karena tidak akan menjadi masalah lagi bila ada peningkatan jumlah armada.
Program yang dapat dikembangkan untuk mendukung kebijakan pro-growth antara lain: KKMB, motorisasi kapal nelayan, atau peningkatan industri
pengolahan rakyat. Dengan demikian, diharapkan ke-empat variabel yang sudah
ada tersebut dapat ditumbuhkan lagi menjadi lebih besar. 5.2.1.2 Provinsi Bangka Belitung
Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah produksi perikanan tangkap, jumlah armada dan variabel jumlah hasil olahan,
sedangkan variabel jumlah nelayan dan jumlah alat tangkap tidak merupakan yang basis. Tingginya produksi perikanan rakyat mungkin terjadi akibat produksi dari
sektor industri tidak diolah dalam skala industrial, namun justru diolah secara tradisional.
Pengembangan perikanan tangkap rakyat di provinsi Bangka Belitung dapat diarahkan pada kebijakan pro-growth, karena tiga variabel pada perikanan rakyat
merupakan sektor basis.
5.2.1.3 Provinsi Bengkulu
Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah produksi perikanan tangkap, jumlah armada, jumlah alat tangkap dan
variabel jumlah hasil olahan, sedangkan variabel jumlah nelayan tidak merupakan basis. Tingginya produksi olahan perikanan rakyat mungkin terjadi karena
propinsi Bengkulu memfokuskan pada produksi olahan usaha skala kecilrakyattradisional.
Pengembangan perikanan tangkap rakyat di Provinsi Bengkulu dapat diarahkan pada kebijakan pro-growth, karena lebih dari tiga variabel pada
perikanan rakyat merupakan sektor basis. Program yang perlu dilakukan untuk mendukung kebijakan pro-growth antara adalah pengembangan yang berkaitan
dengan kapasitas produksi dan restrukturisasi UKM dan revitalisasi UMKM.
5.2.1.4 Provinsi Jawa Barat