Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

2 Bagaimana kebijakan pro-growth, pro-poor, pro-job dan pro-business yang diterapkan terhadap perikanan rakyat dan perikanan industri kontribusinya terhadap perikanan nasional?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1 Menganalisis peran perikanan rakyat dan perikanan industri di setiap wilayah provinsi di Indonesia. 2 Menganalisis peran perikanan rakyat dan perikanan industri terhadap perikanan nasional.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini akan dihasilkan informasi yang menggambarkan keanekaragaman perikanan di Indonesia. Informasi ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mengembangkan perikanan tangkap, khususnya untuk menerapkan Peraturan Menteri Nomor 05MEN2008. Adapun penelitian ini mempunyai dampak positif bagi pengembangan IPTEK misalnya dalam suatu wilayah provinsi terdapat variabel armada lebih ungguldominan maka dapat diambil kebijakan dalam penambahan armada, analisa seperti ini dapat diterapkan oleh pemerintah baik itu pusat, provinsi untuk mengidentifikasi keragaman keunggulan yang terdapat di setiap wilayah masing-masing dalam hal ini tingkat kabupatenkota. Begitu pun penelitian ini mempunyai manfaat bagi pengelolaan perikanan khususnya masyarakat nelayan misalnya dalam bentuk usaha sektor perikanan yang bebasis pada perikanan rakyat dapat diambil kebijakan dalam penguatan modal usaha dan pada masyarakat nelayan yang bebasis pada sektor industri dapat dikembangkan dengan lebih memacu pertumbuhan industri perikanan. Penelitian seperti ini dapat digunakan dalam peneliti sektor basis pada lingkup yang lebih kecil misalnya satu provinsi dengan mengambil fokus penelitian pada tingkat provinsi dan kabupatenkota.

1.5 Kerangka Pemikiran

Sektor kelautan dan perikanan telah diarahkan agar menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong dan menarik pertumbuhan sektor lain, andalan dalam penyediaan sumber pangan yang sehat bagi penduduk, andalan dalam penyediaan lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan penduduk untuk pengentasan kemiskinan, andalan untuk menghasilkan devisa melalui peningkatan ekspor dan pengendalian impor, serta mewujudkan laut sebagai alat pemersatu bangsa DKP 2006. Salah satu bagian yang membentuk sektor tersebut adalah subsektor perikanan tangkap. Sosok dari subsektor ini biasanya ditunjukkan dengan sejumlah indikator kuantitatif seperti jumlah ikan yang dihasilkan produksi perikanan, jumlah kapal ikan yang beroperasi, jumlah tenaga kerja yang terlibat nelayan, dan penerimaan negara bukan pajak PNBP yang dihasilkan dari kegiatan perikanan tangkap. Usaha perikanan dapat dimodelkan sebagai sebuah sistem bisnis perikanan yang mencakup kegiatan pra-produksi, produksi, pengolahan dan pemasaran. Usaha perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup kegiatan penangkapan ikan, kegiatan penangkapan dan pengangkutan ikan dalam satuan armada penangkapan, dan kegiatan pengangkutan ikan. Menurut pelakunya, usaha perikanan tangkap dapat dibedakan menjadi usaha yang dilakukan oleh perorangan dan usaha yang dilakukan oleh badan hukum. Usaha perikanan perorangan tersebut merupakan ciri utama dari perikanan rakyat, yang sebagian di antaranya bertujuan untuk pemenuhan hidup sehari-hari nelayan dan keluarganya perikanan subsisten dan yang bertujuan untuk maksud komersial yang dilakukan oleh masyarakat lokal yang memiliki keterampilan khusus menangkap ikan perikanan artisanal. Kedua jenis usaha perikanan ini tergolong sebagai usaha perikanan berskala kecil karena memiliki produktivitas yang rendah. Menurut Monintja 2008 nelayan tradisional merupakan nelayan kecil, yaitu mencakup nelayan subsisten, nelayan skala kecil dan mencakup sebagian besar nelayan artisanal, serta memiliki hak untuk diberdayakan oleh pemerintah melalui skim kredit, layanan pelatihanpendidikanpenyuluhan, penumbuh- kembangkan kelompok dan koperasi perikanan. Istilah perikanan skala kecil yang sering juga disebut sebagai perikanan artisanal, sulit untuk didefinisikan karena memiliki pengertian ganda, istilah ini cenderung digunakan dalam keadaan yang berbeda di berbagai negara yang berbeda pula. Secara umum FAO 2008 mengindikasikan perikanan artisanal sebagai perikanan tradisional termasuk perikanan skala rumah tangga yang berbeda dengan perusahaan perikanan komersial, yang menggunakan modal dan energi dalam jumlah yang relatif kecil, jika menggunakan kapal maka berukuran relatif kecil, trip penangkapannya singkat di sekitar perairan pantai, hasil tangkapannya terutama untuk konsumsi lokal. Perikanan artisanal dapat berupa perikanan subsisten atau perikanan komersial, menangkap ikan dengan tujuan untuk konsumsi lokal atau ekspor. Terkadang perikanan artisanal merujuk pada perikanan skala kecil. Jenis usaha perikanan lainnya adalah perikanan industri yang memiliki tujuan komersial yang jelas, yaitu memproduksi ikan yang akan diperdagangkan untuk keuntungan industri atau perusahaan. Mengingat berbagai upaya pembangunan yang telah dilakukan, maka perikanan di suatu wilayah provinsi tentu telah ada yang mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat merubah komposisi jenis usaha penangkapan ikan dan peran setiap jenis usaha tersebut. Di masa lalu, sering dikatakan bahwa perikanan rakyat yaitu perikanan subsisten dan artisanal adalah ciri utama perikanan nasional. Bagaimana dalam situasi sekarang ini? Apakah ciri perikanan nasional tersebut masih tetap? Kegiatan produktif dalam subsektor perikanan tangkap terwujud karena ada sejumlah unit penangkapan ikan dimana nelayan adalah ujung tombak dari subsektor ini. Faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas usaha perikanan tangkap di antaranya adalah jumlah kapal penangkapan ikan dan teknologi yang diterapkan. Semakin baik teknologi kapal dan alat penangkapan ikan maka akan meningkatkan intensitas penangkapan ikan dan semakin luas cakupan daerah operasi penangkapan ikan. Pemerintah berupaya untuk melakukan transformasi perikanan nasional dari industri perikanan yang sekedar memasok bahan mentah menjadi industri perikanan yang tidak hanya menghasilkan bahan mentah tetapi juga produk hasil olahan yang memiliki nilai tambah. Dampak dari transformasi tersebut di antaranya adalah semakin banyak produk ekspor yang bernilai tinggi. Peningkatan ini diharapkan akan menciptakan iklim usaha yang kondusif, menggerakkan ekonomi lokal dan memperluas penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Kepentingan relatif perikanan rakyat dan perikanan industri dalam penelitian ini dikaji lebih lanjut dengan melihat indikator jumlah produksi perikanan, jumlah nelayan, besarnya armada, jumlah alat tangkap dan produksi hasil olahan yang dikelompokkan ke masing-masing skala usaha, yang hanya mencakup perikanan tangkap di perairan laut. Salah satu cara untuk mengetahui status kepentingan relatif dari suatu kegiatan atau usaha adalah dengan menggunakan metode Location Quotient LQ. Metode LQ dapat digunakan untuk menganalisis status perkembangan suatu kegiatan atau usaha di daerah terhadap kegiatan atau usaha yang sama pada tingkat geografi yang lebih luas. LQ merupakan suatu indikator yang menunjukkan besar kecilnya peranan suatu kegiatanusaha dalam suatu daerah dibandingkan dengan peranan kegiatanusaha yang sama di daerah lain. Dalam penelitian ini, LQ digunakan untuk menentukan status perikanan rakyat dan perikanan industri di tiap provinsi. Karakteristik perikanan yang ditunjukkan oleh nilai LQ tersebut dapat dipakai untuk menentukan alokasi sumberdaya pembangunan yang jumlahnya terbatas. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka pemikiran Perikanan tangkap Nelayan Armada Kepentingan relatif perikanan rakyat dan perikanan industri setiap provinsi Produksi Analisis tingkat kepentingan relatif perikanan rakyat dan industri di tiap provinsi Analisis LQ Perikanan rakyat Perikanan industri Alat Produk

1.6 Hipotesis Penelitian