Metode Analisa Data METODOLOGI PENELITIAN

2. Diagnosa SMART-C Diagnosa ini adalah cara untuk mengetahui karakteristik indikator kinerja yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja unit organisasi yang bersangkutan yaitu memenuhi prinsip SMART-C, yaitu : Specific S; Measureable M; Achievable A; Relevant R;Time Bound T; dan Continuously improve C. Masing-masing Indikator Kinerja Utama dinilai, model penilaian SMART-C terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Model penilaian SMART-C No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama Kriteria Nilai Skor Ket S M A R T C Indikator Kinerja Utama IKU tersebut dinilai dengan menggunakan prinsip SMART-C apabila dinyatakan sesuai kriteria maka diberi nilai 1 apabila tidak diberi 0. Untuk penetapan skor berdasarkan rentang nilai 0 – 25 masuk kategori rendah, 26 – 50 masuk kategori sedang, 51 – 75 masuk kategori baik dan 76 – 100 masuk kategori sangat baik. 3. Perhitungan Bobot Perspektif Balanced Scorecard Analisa penilaian kinerja dengan membuat kerangka guna menerjemahkan visi dan misi organisasi dengan tujuan kemudian dilakukan pembobotan, pengukuran lag indicator ukuran hasil dan lead indicator ukuran pemicu serta penetapan target. Langkah – langkah yang dilakukan yaitu: a. Merancang peta strategi Peta strategi disusun berdasarkan perspektif BSC dan memepertimbangkan hubungan sebab akibat dari setiap strategi. Dalam tahapan ini terdiri dari beberapa tahapan, yakni penentuan sasaran strategi, ukuran strategi dan target yang diharapkan organisasi. b. Penjabaran strategi Strategi yang telah dirumuskan, selanjutnya strategi dijabarkan kedalam masing – masing perspektif BSC. Model penjabaran strategi terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Model penjabaran strategi kedalam Balanced Scorecard Perspektif Sasaran Ukuran Target Hasil Pemicu Keuangan Pelanggan Proses Manajemen Internal Pertumbuhan dan Pembelajaran c. Penentuan prioritas Tahapan ini adalah menentukan proses penentuan prioritas dari masing indikator – indikator yang telah ditetapkan. Proses ini menggunakan metode pairwise comparison. d. Konsistensi logika Tahapan ini bertujuan menentukan kesesuaian antar definisi dari jawaban responden. Penilaian dari pairwise comparison dilanjutkan dengan mengunakankan software expert choice. e. Pembobotan pada setiap indikator menggunakan pairwise comparison Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Contoh, terdapat n objek yang dinotasikan A1,A2 ,… ,An yang dinilai berdasarkan pada nilai kepentingannya. Berikut contoh matrik perbandingan berpasangan pada Tabel 4. Tabel 4. Matrik perbandingan berpasangan A1 A2 … An A1 A11 A12 … A1n A2 A21 A22 … A2n … … … … … An An1 An2 … Ann Membuat matriks perbandingan berpasangan memerlukan besaran- besaran yang mampu mencerminkan perbedaan antara faktor dengan faktor lainnya. Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan maka digunakan pendekatan AHP dengan skala Saaty mulai dari bobot 1 sampai 9, seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Skala pembobotan Tingkat Kepentingan Definisi 1 Kedua elemen sama pentingnya. 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya. 5 Elemen yang satu jelas lebih penting dibandingkan elemen lainnya. 7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dibandingkan elemen lainnya. 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya. 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan diatas. Pada pengisian judgement pada tahap matrik banding berpasangan terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam membandingkan elemen satu dengan elemen lainnya, sehingga diperlukan uji konsistensi. Dalam AHP penyimpangan ditoleransi dengan rasio inkonsistensi dibawah 10. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matrik diolah dengan software computer Expert Choice 2000. Jika rasio yang dihasilkan memiliki nilai diatas 10 maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner serta mengarahkan responden yang mengisi kuesioner.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.40Menhut-II2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan. Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan adalah unsur pengawas yang dipimpin oleh Inspektur Jenderal dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kehutanan. Berdasarkan peraturan tersebut, Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan mempunyai tugas untuk melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kehutanan. Dalam melaksanakan tugas Inspektorat Jenderal mempunyai fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kehutanan. 2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kehutanan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. 3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Kehutanan. 4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kehutanan. 5. Pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal. Inspektorat Jenderal terdiri atas Sekretariat Inspektorat Jenderal, Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat III, Inspektorat IV dan Inspektorat Investigasi. Struktur organisasi Inspektorat Jenderal dijabarkan pada gambar 3. Gambar 3 Struktur organisasi Inspektorat Jenderal Sumber : Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan, 2014 Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal, dipimpin oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal. Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi : 1. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana dan program kerja pengawasan, serta pelaporan. Dilaksanakan oleh bagian program dan pelaporan yang dipimpin seorang Kepala Bagian. 2. Pelaksanaan analisis laporan hasil pengawasan. Dilaksanakan oleh bagian analisis laporan hasil pengawasan yang dipimpin seorang Kepala Bagian. 3. Pelaksanaan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan. Dilaksanakan oleh bagian pemantauan tindak lanjut yang dipimpin seorang Kepala Bagian. 4. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, organisasi dan tata laksana; dan pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Inspektorat Jenderal. Dilaksanakan oleh bagian umum dipimpin seorang Kepala Bagian. Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja, keuangan, dan administrasi melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri pada Unit Kerja Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi