Penetapan Target HASIL DAN PEMBAHASAN
berguna sebagai pemicu kinerja maksimal bagi Inspektorat Jenderal dan pegawainya untuk mencapai keberhasilan. Penetapan target tersebut didasarkan
atas pertimbangan tersendiri sesuai dengan strategi yang ditetapkan. Penetapan target ini berdasarkan hasil wawancara dengan pihak yang kompeten di
Inspektorat Jenderal. Penetapan target Inspektorat Jenderal berdasarkan perspektif BSC adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
Salah satu penilaian keberhasilan pengelolaan anggaran adalah besarnya penyerapan DIPA pada satu tahun anggaran. Pedoman yang digunakan untuk
penilaian terhadap penyerapan anggaran adalah pedoman LAKIP tersebut menyebutkan skala penilaian terdiri dari 4 empat kategori, yaitu kurang
baik, yaitu apabila penyerapan anggaran di bawah 55 , skala sedang apabila tingkat penyerapan anggaran adalah 55 - 70 , skala baik yaitu apabila
tingkat penyerapan anggaran adalah 70 - 85 dan dianggap sangat baik apabila tingkat penyerapan anggaran adalah 85 - 100 . Inspektorat
Jenderal menetapkan target untuk penyerapan anggaran sebesar 97. Pemeriksaan keuangan yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan dimaksudkan untuk memberikan opini apakah laporan keuangan yang telah disajikan oleh Instansi Pemerintah secara wajar sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan SAP. BPK dapat memberikan empat jenis opini, yaitu Wajar Tanpa Pengecualian WTPunqualified opinion, Wajar
Dengan Pengecualian WDPQualified opinion, Tidak Memberikan Pendapat TMTDisclaimer opinion dan Tidak Wajar TWAdverse opinion.
Opini WTP diberikan dengan kriteria: sistem pengendalian internal memadai dan tidak ada salah saji yang material atas pos-pos laporan
keuangan. Secara keseluruhan laporan keuangan telah menyajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Opini WDP diberikan dengan kriteria antara lain: sistem pengendalian internal memadai, namun terdapat salah saji yang material pada beberapa pos
laporan keuangan. Laporan keuangan dengan opini WDP dapat diandalkan, tetapi pemilik kepentingan harus memperhatikan permasalahan yang
diungkapkan auditor atas pos yang dikecualikan tersebut agar tidak mengalami kekeliruan dalam pengambilan keputusan.
Opini TMP diberikan apabila terdapat suatu nilai yang secara material tidak dapat diyakini auditor karena ada pembatasan lingkup pemeriksaan oleh
manajemen sehingga auditor tidak cukup bukti dan atau sistem pengendalian intern yang sangat lemah.
Opini TW diberikan jika sistem pengendalian internal tidak memadai dan terdapat salah saji pada banyak pos laporan keuangan yang material. Dengan
demikian secara keseluruhan penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan SAP. Inspektorat Jenderal menetapkan target yaitu hasil pemeriksaan laporan
keuangan Kementerian Kehutanan oleh BPK mendapat opini WTP. 2.
Perspektif Pelanggan Pelanggan dalam organisasi Pemerintah adalah masyarakat dan para
pemilik kepentingan. Sehingga penilaian terhadap pelayanan atau jasa pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal perlu dilakukan.
Inspektorat Jenderal menetapkan nilai 3 dalam penilaian kepuasan pengguna jasa Inspektorat Jenderal.
Masyarakat merupakan salah satu pelanggan dari Inspektorat Jenderal, salah satu bentuk pelayanan Inspektorat Jenderal terhadap masyarakat adalah
menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang disampaikan pada Inspektorat Jenderal. Sebagai wujud tanggung jawab kepada masyarakat merupakan suatu
kewajiban bagi Inspektorat Jenderal untuk menindaklanjuti seluruh pengaduan masyarakat yang masuk. Inspektorat Jenderal menetapkan target
seluruh atau 100 pengaduan masyarakat yang disampaikan pada Inspektorat Jenderal untuk ditindaklanjuti hingga tuntas.
Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah mencapai keandalan laporan keuangan, pengamanan aset dan ketaatan terhadap
peraturan yang berlaku. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP menyebutkan Menteri
selaku pengguna
anggaran dan
atau pengguna
barang wajib
menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern dibidang pemerintahan masing-masing untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan dan kinerja.
Untuk menindaklanjuti dari hal tersebut maka Inspektorat Jenderal membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di satuan kerja sehingga
terwujud efektifitas pengawasan dan pengendalian mulai dari satuan kerja. Inspektorat Jenderal menargetkan 40 dari jumlah satuan kerja di lingkup
Kementerian Kehutanan telah melaksanakan SPIP. 3.
Perspektif Manajemen Internal Kualitas perencanaan kegiatan dan anggaran merupakan aspek penting
dalam mewujudkan pengelolaan anggaran yang optimal, sehingga program- program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategi Inspektorat Jenderal
dapat direalisasikan. Inspektorat Jenderal menetapkan target 70 program yang ada dalam Rencana Strategi Inspektorat Jenderal dan direalisasikan pada
RKA KL Inspektorat Jenderal. Tujuan pelaksanaan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah SAKIP adalah memperoleh informasi tentang implementasi SAKIP, menilai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, memberikan saran
perbaikan untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas instansi pemerintah, dan memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi
sebelumnya. Hasil dari evaluasi tersebut berupa kategori yang dibedakan skala nilai tertentu sebagai berikut, kategori AA nilai angka 85
– 100 memuaskan, kategori A nilai angka 75
– 85 sangat baik, kategori B nilai angka 65
– 75 baik, kategori CC nilai angka 50 – 65 cukup, kategori C nilai angka 30
– 50 kurang dan kategori D nilai angka 0 – 30 sangat kurang. Dalam hal ini Inspektorat Jenderal menetapkan target untuk evaluasi
SAKIP Kementerian Kehutanan mendapat kategori A. Sasaran strategi peningkatan kualitas pengawasan, pendampingan dan
konsultasi dalam melakukan sistem penjamin mutu pengawasan internal, sasaran ini memiliki 2 dua ukuran hasil kinerja, yaitu: persentase satuan
kerja yang telah melaksanakan kegiatan dalam DIPA sesuai tugas dan fungsi satuan kerja, dan persentase satuan kerja yang memenuhi standar laporan
keuangan pemerintah. Satuan kerja diharapkan melaksanakan tugas dan fungsi sesuai aturan yang berlaku, salah satunya menerapkan pengelolaan
anggaran efektif, efisien dan ekonomis. Inspektorat Jenderal memiliki peran
sebagai pengawas, pendamping serta konsultan bagi satuan kerja dan menunjang kegiatan tersebut Inspektorat Jenderal menetapkan target 70
satuan kerja telah melaksanakan maupun mencantumkan kegiatan dalam DIPA yang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing satuan kerja.
Standar Akuntansi Pemerintahan SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. Inspektorat Jenderal sebagai pelaksana reviu laporan keuangan perlu menetapkan target keberhasilan atas reviu dan pendamping
dalam penyusunan laporan keuangan yang dibuat oleh satuan kerja. Target yang ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal adalah sebesar 70 satuan kerja
yang telah membuat laporan keuangan sesuai dengan SAP. Kunci keberhasilan upaya pemberantasan korupsi pada suatu unit kerja
unit utamalembaga adalah inisiatif dari internal instansi tersebut. Untuk menunjang hal tersebut Komite Pemberantasan Korupsi KPK melakukan
penilaian inisiatif anti korupsi pada satuan kerja, sementara Inspektorat Jenderal mendorong dan mengupayakan satuan kerja untuk mencapai standar
apa yang ditetapkan oleh KPK. Penilainan Inisiatif Anti Korupsi PIAK yang dilaksanakan oleh KPK memiliki nilai maksimal 10. Inspektorat Jenderal
menetapkan target untuk nilai PIAK adalah sebesar 7,00. Setiap unit kerja tingkat Esselon I dan unit pelaksana teknis berkewajiban
menindaklanjuti hasil audit internal maupun eksternal pemerintah paling lambat 1 satu bulan setelah laporan hasil audit diterima. Atas dasar tersebut
satuan kerja diwajibkan segera mungkin untuk menindaklanjuti laporan hasil audit, Inspektorat Jenderal memiliki unit kerja yang dipimpin oleh Kepala
Bagian Pemantauan Tindak Lanjut yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pemantau atas tindak lanjut dari temuan-temuan hasil audit baik oleh pihak
internal maupun eksternal pemerintah. Inspektorat Jenderal menargetkan 65 dari seluruh temuan dapat ditindaklanjuti oleh satuan kerja.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Untuk mendorong peningkatan kapasitas aparat pengawas di Inspektorat Jenderal, maka sangat diperlukan pemetaan kompetensi yang dibutuhkan
oleh setiap jabatan baik struktural maupun fungsional. Oleh karena itu, maka
diperlukan suatu standar kompetensi untuk setiap jabatan baik struktural maupun fungsional. Inspektorat Jenderal menargetkan 80 aparat pengawas
telah memenuhi standar kompetensi jabatan. Berikut gambaran target kinerja Inspektorat Jenderal dengan BSC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Target kinerja Inspektorat Jenderal dengan BSC
Sasaran Strategi
Ukuran Strategi Target
Ukuran Pemicu Ukuran Hasil
Keuangan Peningkatan
Pengelolaan Anggaran Yang
Optimal Meningkatkan
daya serap
anggaran Inspektorat Jenderal
Persentase penyerapan
DIPA Inspektorat
Jenderal 97
Peningkatan Kualitas Opini
Laporan Keuangan
Kementerian Kehutanan
Pemeringkatan kinerja
dan audit
laporan keuangan oleh BPK
Rating Audit BPK WTP
Pelanggan Peningkatan
peran Inspektorat
Jenderal dalam pengawasan
pengelolaan keuangan
negara Meningkatnya
kualitas Pengawasan Inspektorat
Jenderal Nilai kepuasan pengguna
jasa pengawasan 3,00
Meningkatnya penanganan pengaduan
masyarakat Persentase
pengaduan masyarakat yang selesai
ditindaklanjuti 100
Membangun Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah di Satker Persentase Satker yang
melaksanakan SPIP 40
Manajemen Internal Meningkatkan
Kualitas Perencanaan
Kegiatan
dan Anggaran
Meningkatnya jumlah
program Inspektorat
Jenderal yang
terealisasikan dalam
RKAKL Persentase sasaran dalam
Rencana Strategis
Inspektorat Jenderal
yang diprogramkan
dalam RKAKL 70
Peningkatan Kualitas
Pengawasan, Pendampingan
dan Konsultasi Dalam
Melakukan Sistem
Penjaminan Mutu
Pengawasan Internal
Meningkatnya nilai
SAKIP Persentase Satker dengan
nilai LAKIP kategori A 60
Konsistensi antara
kegiatan, penggunaan
anggaran dan
tugas fungsi Satker
Persentase Satker yang telah
melaksanakan kegiatan dalam DIPA
sesuai tugas dan fungsi 70
Meningkatnya kualitas
pendampingan dan
konsultasi Itjen dalam pembuatan
laporan keuangan
Persentase Satker yang memenuhi
standar laporan keuangan
70
Membangun Instansi
Yang Bebas KKN
Meningkatkan upaya
Satker pencegahan KKN Nilai
Implementasi PIAK
7,00 Peningkatan
Efektifitas Penyelesaian
Tindak Lanjut
Meningkatnya penyelesaian
tindak lanjut hasil pemeriksaan
Persentase penyelesaian tindak
lanjut hasil
pemeriksaan 65
Sasaran Strategi
Ukuran Strategi Target
Ukuran Pemicu Ukuran Hasil
Hasil Pemeriksaan
Pertumbuhan dan Pembelajaran Peningkatan
Kapasitas Aparat
Pengawas Intern Pemerintah
di Lingkungan
Inspektorat Jenderal
Meningkatkan Aparat
Pengawas Intern
Pemerintah sesuai
dengan standar
kompetensi jabatan Persentase
Aparat Pengawas
Intern Pemerintah yang telah
memenuhi standar
kompetensi jabatan 80
Sumber : Rencana Strategi Inspektorat Jenderal 2010 – 2014