1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Bulukumba adalah salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan daerah pengrajin atau pembuat perahu pinisi yang telah
banyak dikenal oleh masyarakat nasional maupun internasional. Jenis perahu atau kapal pinisi di Kabupaten Bulukumba ada beberapa jenis yaitu perahu pinisi yang
difungsikan sebagai kapal niaga, kapal pariwisata, kapal penumpang antar pulau maupun kapal penangkap ikan. Pengrajin atau pembuat perahu pinisi di Desa
Tana Beru Kabupaten Bulukumba mendapatkan pengetahuan dan keahlian dalam membuat kapal dari pengalaman secara turun temurun. Salman 2006
menjelaskan bahwa asal usul kepandaian masyarakat Bulukumba dalam membuat perahu terdapat beberapa versi, namun yang terkenal adalah legenda mengenai
terdamparnya perahu Sawerigading yang pecah berkeping-keping di sekitar Perairan Bulukumba dan Selayar. Kepingan perahu Sawerigading terdampar di
beberapa pantai seperti lunas perahu terdampar di utara Pulau Selayar dekat Bone Lohe, tiang-tiang layarnya terdampar di Pantai Bira, papan dek katabang
terdampar di Pantai Lemo-Lemo, sedangkan badan perahunya terdampar di Pantai Ara yang kemudian oleh masyarakat Tana Beru kepingan tersebut dirangkai
kembali menjadi sebuah kapal.
Sistem pembuatan kapal secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Bulukumba pada umumnya tidak menggunakan kaidah-kaidah yang
berlaku dalam arsitek perkapalan, seperti tidak adanya gambar perencanaan yang detail meliputi gambar
lines plan, general arrangement maupun perhitungan arsitek perkapalan. Perencanaan desain kapal merupakan hal yang sangat penting
dilakukan karena akan berdampak pada kemampuan kapal dan berpengaruh terhadap stabilitas kapal saat beroperasi. Dalam pembangunan kapal secara
tradisional, para pengrajin hanya menentukan panjang lunas, panjang total dan ukuran kapal ton. Wahyono 2011 menyebutkan bahwa sebagian besar
pengrajin kapal di Indonesia melakukan pembangunan kapal diawali dengan pemasangan papan lambung baru kemudian kerangka sehingga terjadi
kemungkinan kapal tidak simetris dan akan berpengaruh terhadap kelaiklautan kapal. Meskipun kapal kayu yang dibangun sebagian besar secara tradisional dan
jauh dari sentuhan teknologi modern, namun tidak sedikit dari kapal-kapal tersebut memiliki kemampuan dalam mengarungi samudera luas. Beberapa
pelayaran samudera yang dilakukan dengan kapal pinisi antara lain Kapal Phinisi Nusantara yang dibangun secara tradisional mampu menyeberangi Samudera
Pasifik dan berlabuh di Vancouver, Kanada pada tahun 1986, Kapal Phinisi Ammana Gappa yang berhasil berlabuh di Madagaskar pada tahun 1991 serta
Kapal Phinisi Damar Sagara yang mampu berlayar ke Jepang pada tahun 1992. Saat ini industri galangan kapal rakyat di Bulukumba masuk sebagai salah satu
basis komoditas dalam Program Minapolitan untuk perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba.
Kapal ikan memiliki karakteristik khusus yang terkait wilayah, metode pengoperasian dan jenis alat tangkap serta
fishing ground. Fyson 1985 mengemukakan bahwa berdasarkan prinsip utama metode pengoperasiannya,
2 kapal ikan dapat dibagi tiga yaitu
towed atau dragged gear bottom trawling, mid- water trawling, dredging, trolling dan seine netting, encircling gear purse
seining dan encircling gill nets dan statisc gear set gill nets, drift gill nets, long lines, lift nets, dan pots and fish traps. Salah satu jenis kapal yang banyak
dioperasikan di Kabupaten Bulukumba yaitu
purse seining yang tergolong encircling gear.
International Maritime Organization IMOmerupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang maritim.
IMO telah mengeluarkan rekomendasi mengenai standar keselamatan pelayaran sebuah kapal berdasarkan beberapa nilai
parameter stabilitas kapal yang dapat dijadikan sebagai acuan. Stabilitas kapal merupakan hal yang sangat penting diperhatikan selain desain kapal. Kondisi
muatan seperti jenis, volume dan posisi muatan di atas kapal sangat mempengaruhi kualitas stabilitas kapal. Kondisi perairan yang sangat dinamis
menuntut sebuah kapal memiliki desain dan stabilitas yang baik agar dapat beroperasi dengan aman. Gudmundson 2010 menyebutkan bahwa stabilitas
kapal ditentukan oleh karakteristik kapal seperti bentuk lambung dan distribusi berat serta cara pengoperasiannya. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
melihat stabilitas kapal
purse seine berdasarkan distribusi muatan, seperti penelitian yang dilakukan Marjoni
et al. 2010 pada kapal purse seine di Aceh dan penelitian Iskandar dan Rahayu 2008 pada kapal
purse seine di Muncar. Pada beberapa kasus yang terjadi di lokasi pengrajin perahu pinisi di
Kabupaten Bulukumba terdapat beberapa kapal yang harus terhenti proses pembuatannya yang diakibatkan tidak tersedianya modal yang cukup untuk
penyelesaiannya. Salah satu contohnya yaitu jenis kapal kargo yang terhambat proses penyelesaiannya dimodifikasi menjadi kapal penangkap ikan ataupun kapal
penumpang antar pulau. Proses modifikasi kapal yang dilakukan oleh pengrajin ataupun pengusaha lebih mengutamakan efisiensi biaya pembangunan kapal,
sehingga terkadang mengesampingkan aspek efektifitas pengoperasian kapal sesuai dengan peruntukan awalnya.
Beberapa penelitian juga telah dilakukan terkait dengan konversi atau modifikasi kapal ikan, seperti kelayakan ekonomis konversi kapal ikan menjadi
kapal pariwisata, kelayakan ekonomis konversi kapal ikan menjadi kapal barang dan angkutan perintis ataupun aspek teknis dan ekonomis konversi kapal ikan
menjadi kapal pengawas perikanan. Penelitian-penelitian tersebut lebih menekankan pada aspek kelayakan ekonomis proses konversi kapal. Selain itu,
proses konversi atau modifikasi kapal yang dilakukan yaitu konversi kapal ikan menjadi jenis kapal-kapal tertentu. Hal berbeda tentunya ketika jenis kapal kargo
dimodifikasi menjadi kapal ikan, mengingat jenis kapal ikan memiliki karakteristik yang lebih khusus dibandingkan kapal jenis lain.
Dalam pembangunan kapal haruslah sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan peruntukan kapal tersebut. Kriteria yang digunakan pada kapal
kargo akan berbeda dengan kapal penumpang maupun kapal penangkap ikan. Hal ini tentunya akan berakibat pada perbedaan nilai keragaan kapal seperti nilai
parameter hidrostatis dan stabilitas. Oleh karena itu penelitian yang mengkaji aspek teknis, meliputi desain dan stabilitas kapal ikan
purse seine hasil modifikasi dari kapal kargo kapal
purse seine modifikasi di Kabupaten Bulukumba perlu untuk dilakukan.
3
2.1 Tujuan dan Manfaat