Analisis Data Musim Penangkapan Ikan

11 Berdasarkan nilai kurva stabilitas statis selanjutnya menghitung luas area di bawah kurva stabilitas statis pada masing-masing kondisi muatan dengan menggunakan formula trapeziodal seperti yang dikemukakan dalam Fyson 1985 sebagai berikut : Sudut dalam radian diperoleh dengan rumus : Sudut rad = sudut derajat x ∏ 180 Maka, luas area m.rad = y 1 x y 2 x a 1 – a .................................................19 Y 1 adalah nilai GZ pada sudut yang lebih besar Y adalah nilai GZ pada sudut yang lebih kecil A 1 adalah nilai sudut yang lebih besar A adalah nilai sudut yang lebih kecil

2.5 Analisis Data

Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif, numerik dan komparatif terkait desain dan stabilitas kapal. Desain kapal purse seine Bulukumba , kapal kargo Bulukumba dan kapal purse seine modifikasi dianalisis berdasarkan nilai rasio dimensi utama kapal LB, LD dan BD, lines plan¸ general arrangement dan koefisien bentuk kapal. Adapun stabilitas kapal purse seine Bulukumba, kapal kargo Bulukumba dan kapal purse seine modifikasi dianalisis berdasarkan nilai parameter-parameter stabilitas dan luas area di bawah kurva stabilitas statis. Stabilitas kapal purse seine Bulukumba, kapal kargo Bulukumba dan kapal purse seine modifikasi dalam kondisi intact stability selanjutnya dibandingkan dengan nilai kriteria stabilitas IMO 1995 sedangkan untuk kondisi un-intact stability dianalisis berdasarkan nilai flooding angle FA. Ilustrasi kriteria stabilitas IMO 1995 dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Ilustrasi kurva kriteria stabilitas kapal Sumber : Hind 1982 12 A B C D E F : : : : : : Luas area di bawah kurva stabilitas statis sampai sudut oleng 30 tidak boleh kurang dari 0.055 m-rad. Luas area di bawah kurva stabilitas statis sampai sudut oleng 40 tidak boleh kurang dari 0.09 m-rad. Luas area di bawah kurva stabilitas statis antara sudut oleng 30 - 40 tidak boleh kurang dari 0.03 m-rad. Nilai maksimum righting lever GZ sebaiknya dicapai pada sudut tidak kurang dari 30 serta bernilai minimum 0.20 meter. Sudut maksimum stabilitas sebaiknya lebih dari 25 . Nilai initial GM tidak boleh kurang dari 0.35 meter Keragaan kapal purse seine modifikasi selanjutnya dianalisis lebih lanjut dengan membandingkan terhadap keragaan kapal purse seine Bulukumba dan kapal kargo Bulukumba untuk melihat kecenderungan dari karakteristik kapal purse seine modifikasi. 3 DAERAH PENGOPERASIAN KAPAL DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN

3.1 Daerah Pengoperasian

Kondisi geografis Indonesia terdiri dari gugusan pulau-pulau, yang wilayah perairan jauh lebih luas dibandingkan wilayah daratan. Kondisi tersebut menjadikan kapal sebagai alat transportasi yang memegang peranan cukup penting baik dari segi pengelolaan sumber daya perairan maupun sebagai alat penghubung antara gugusan pulau-pulau yang ada di Indonesia. Wilayah pengoperasian sebuah kapal merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keselamatan pengoperasian kapal. Kondisi perairan yang sangat dinamis, mengharuskan sebuah kapal memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menghadapi kondisi perairan seperti gelombang besar dan cuaca buruk. Oleh karena itu informasi mengenai kondisi perairan daerah pengoperasian sebuah kapal penting untuk diketahui agar dapat meningkatkan aspek keselamatan dalam pengoperasian kapal. Wilayah pengoperasian kapal sangat erat kaitannya dengan kemampuan teknis dari sebuah kapal yang harus disesuaikan dengan kondisi perairan pada daerah pengoperasiannya.

3.1.1 Daerah Pengoperasian Kapal Purse Seine Bulukumba

Kapal purse seine merupakan salah satu jenis kapal perikanan yang memiliki karakteristik khusus terkait dengan pengoperasiannya. Pengoperasian kapal purse seine yang bersifat aktif mencari daerah penangkapan ikan menyebabkan wilayah pengoperasian kapal purse seine cukup luas. Nomura dan Yamazaki 1977 menjelaskan bahwa salah satu keistimewaan kapal ikan dibandingkan kapal-kapal lainnya adalah area pelayaran yang sangat luas karena sangat dipengaruhi oleh pergerakan gerombolan ikan yang menjadi target penangkapan, daerah perairan, musim, dan perpindahan daerah penangkapan ikan. 13 Target tangkapan purse seine adalah ikan pelagis yang bergerombol dan sering melakukan migrasi. Hamka 2012 menjelaskan bahwa purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan yang memiliki sifat bergerombol seperti layang Decapterus sp, lemuru Sardinella lemuru, tongkol Euthynnus sp, cakalang Katsuwonus pelamis dan kembung Rastrelliger spp. Daerah pengoperasian kapal purse seine yang sangat bergantung dari pergerakan ikan yang menjadi target penangkapan, meyebabkan daerah pengoperasian kapal purse seine menyesuaikan atau mengikuti lokasi di mana ikan target penangkapan terkonsentrasi. Purse seine Bulukumba umumnya banyak menangkap ikan pelagis jenis cakalang, layang dan kembung. Sumber daya ikan pelagis di sekitar perairan bagian selatan Pulau Sulawesi cukup besar yang tersebar di sekitar Perairan Selayar, Teluk Bone dan Laut Flores. Penelitian Mallawa et al. 2010 mengatakan bahwa sumber daya ikan cakalang di Teluk Bone ditangkap oleh nelayan Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Palopo, Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur sepanjang tahun. Penelitian lain oleh Zainuddin 2009 mengatakan bahwa potensi ikan layang dan cakalang di sekitar Perairan Selayar cukup besar. Ikan cakalang merupakan jenis ikan pelagis besar yang sering tertangkap oleh alat tangkap purse seine. Perairan Selayar, Teluk Bone dan Laut Flores merupakan wilayah perairan yang memiliki sumber daya ikan cakalang yang cukup besar. Simbolon 2011 mengatakan bahwa ikan cakalang banyak ditemukan di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan daerah penyebaran jenis ikan pelagis target penangkapan purse seine maka dapat diketahui bahwa kapal purse seine Bulukumba umumnya melakukan operasi penangkapan di wilayah perairan Teluk Bone bagian selatan, Perairan Selayar hingga Laut Flores Muna, Buton dan Wakatobi dengan lama operasi selama 7 –10 hari. Daerah pengoperasian kapal purse seine Bulukumba dapat dilihat pada Gambar 3.1 yang menunjukan pengoperasian kapal purse seine Bulukumba terkonsentrasi pada perairan bagian selatan Pulau Sulawesi. Dinamika perairan akibat gelombang, arus, serta angin dapat mempengaruhi pengoperasian kapal purse seine baik dari aspek efektifitas penangkapan maupun aspek keselamatan kapal. Rata-rata tinggi gelombang di Perairan Indonesia pada Gambar 3.3 menunjukan rata-rata tinggi gelombang di Perairan Selayar, Teluk Bone dan Laut Flores berkisar antara 0.5 –1.0 m.

3.1.2 Rute Pelayaran Kapal Kargo Bulukumba

Kapal kargo Bulukumba umumnya merupakan jenis Kapal Layar Motor KLM tipe pinisi yang masuk dalam golongan kapal atau armada pelayaran rakyat. Dalam Undang-Undang No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, disebutkan bahwa angkutan laut pelayaran rakyat adalah usaha rakyat yang bersifat tradisional dan mempunyai karakteristik tersendiri untuk melaksanakan angkutan di perairan dengan mengunakan kapal layar, kapal layar bermotor danatau kapal motor sederhana berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu. Kapal kargo Bulukumba berfungsi sebagai kapal kargo umum general cargo yang mengangkut berbagai jenis barang muatan seperti bahan bangunan berupa semen, bahan makanan berupa beras, hasil bumi seperti rempah-rempah dan lain sebagainya. Kapal kargo Bulukumba sebagai angkutan laut pelayaran rakyat 14 memegang peranan cukup penting dalam pendistribusian barang dari Pulau Sulawesi menuju daerah-daerah kepulauan yang masih minim akses transportasi. Sitepu 2009 mengatakan bahwa secara ekonomi dan geografis, pulau-pulau di selatan Pulau Sulawesi seperti Selayar, Muna, Bombana, Buton dan Wakatobi sangat membutuhkan angkutan laut dan penyeberangan. Kapal kargo Bulukumba sebagian besar berpangkalan di Pelabuhan Paotere Makassar dan Pelabuhan Bira Bulukumba. Letak geografis Kabupaten Bulukumba yang berada pada daerah paling selatan dari Pulau Sulawesi menjadikan Kabupaten Bulukumba sebagai pintu akses transportasi laut dari danatau menuju daerah gugus pulau yang berada di bagian selatan Pulau Sulawesi. Adapun Makassar yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan memegang peranan penting dalam hal perekonomian yang disebabkan pendistribusian logistik terpusat di Makassar. Sulfadly et al. 2012 mengatakan bahwa besarnya potensi unggulan di Sulawesi Selatan dan daerah hinterland sekitarnya yang memiliki potensi menggunakan transportasi laut untuk pendistribusian logistik dari Pulau Sulawesi merupakan salah satu peluang pengembangan armada pelayaran rakyat yang berpangkalan di Pelabuhan Paotere Makassar. Rute pelayaran beberapa Kapal Layar Motor KLM yang berpangkalan di Pelabuhan Paotere dan Bira dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Rute pelayaran Kapal Layar Motor KLM yang berpangkalan di Pelabuhan Paotere Makassar dan Pelabuhan Bira Bulukumba Pangkalan Rute pelayaran Pelabuhan Paotere a Makassar –Flores Makassar –Ende Makassar –Maumere Makassar –Tual Makassar –Labuan Bajo Makassar –NTB Pelabuhan Bira b Bira –Pamatata Selayar Bira –Tondasi Muna Bira –Reo Manggarai Barat Sumber : a Sulfadly et al. 2012 ; b Sitepu 2009 Pada Tabel 3.1 menunjukan armada pelayaran rakyat yang berpangkalan di Pelabuhan Paotere memiliki rute pelayaran yang lebih jauh dibandingkan dengan kapal-kapal yang berpangkalan di Pelabuhan Bira. Kapal yang berpangkalan di Pelabuhan Paotere memiliki rute pelayaran lintas provinsi yaitu hingga Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur sedangkan kapal-kapal yang berpangkalan di Pelabuhan Bira memiliki rute pelayaran yang menghubungkan antar gusus pulau yang berada di selatan Pulau Sulawesi. Rute pelayaran KLM yang berpangkalan di Pelabuhan Paotere dan Bira dapat dilihat pada Gambar 3.2. Rata-rata tinggi gelombang perairan pada jalur pelayaran kapal kargo Bulukumba pada Gambar 3.3 menunjukan Laut Flores sebagai salah satu rute pelayaran kapal kargo Bulukumba menuju Nusa Tenggara memiliki rata-rata tinggi gelombang berkisar antara 0.5 –1.0 m. Adapun rata-rata tinggi gelombang pada Laut Banda yang merupakan rute pelayaran kapal kargo Bulukumba menuju 15 Tual berkisar antara 1.0 –1.5 m bahkan pada waktu tertentu tinggi gelombang dapat mencapai 2.5 m. Penelitian Kurniawan et al. 2011 mengemukakan bahwa pada bulan Februari sebagian besar Perairan Indonesia mengalami gelombang besar dengan rata-rata tinggi gelombang berkisar 1.5 –2.5 m seperti perairan Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Flores, Laut Banda hingga Laut Arafuru. Kapal kargo Bulukumba yang melintasi Laut Banda sebagai rute pelayarannya harus lebih memperhatikan aspek keselamatan yang disebabkan Laut Banda termasuk dalam kategori perairan di Indonesia yang beresiko terjadi kecelakaan. Berdasarkan daerah beresiko kecelakaan di Perairan Indonesia pada Gambar 3.4 menunjukan Laut Banda tergolong perairan dengan resiko terjadi kecelakaan tingkat 1. 16 Ga mbar 3.1 D ae ra h ope ra si kapa l purse s eine B ulukum ba 17 Ga mbar 3.2 R ute pe la ya ra n Ka p al Lay ar Motor KLM ya ng be rpa ngka la n di P elabuha n P aoter e d an Bi ra 18 Ga mbar 3.3 R ata -ra ta ti nggi gelombang di P era ir an Ind one sia S umbe r : K ur niaw an et al . 2011 19 Ga mbar 3.4 D ae ra h be re siko k ec elak aa n laut di P era ira n Ind o ne sia S um be r : K NK T 2009 20

3.2 Musim Penangkapan Ikan

Pola distribusi ikan di perairan merupakan hal yang sangat kompleks. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan ikan pada suatu perairan yaitu kondisi lingkungan perairan. Perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh angin musim yang bertiup secara periodik sebanyak dua kali dalam setahun dengan arah yang berbeda. Simbolon et al. 2009 menjelaskan bahwa pada bulan Mei –Nopember wilayah Indonesia dipengaruhi oleh angin musim dari tenggara yang mencapai puncaknya pada bulan Juni –Agustus yang disebut sebagai musim timur karena angin bertiup dari timur ke barat. Adapun pada bulan Desember –April wilayah Indonesia dipengaruhi oleh angin musim dari barat laut yang mencapai puncaknya pada bulan Desember –April. Pada bulan Maret–Mei dan September–Nopember disebut sebagai musim peralihan. Pola musim yang terjadi di Indonesia sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan sehingga akan mempengaruhi musim penangkapan ikan. Penentuan musim penangkapan ikan umumnya sering mengacu pada pola musim yang terjadi di Indonesia, begitupun juga dengan nelayan purse seine di Bulukumba. Secara umum nelayan di Bulukumba mengenal ada tiga musim penangkapan ikan yaitu musim puncak yang berlangsung selama empat bulan Agustus –Nopember, musim biasa selama lima bulan Maret –Juli dan musim paceklik selama tiga bulan Desember –Februari. Beberapa penelitian terkait dengan musim penangkapan beberapa jenis ikan hasil tangkapan nelayan purse seine Bulukumba berdasarkan daerah pengoperasian kapal purse seine Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Musim penangkapan beberapa jenis ikan di daerah pengoperasian purse seine Bulukumba berdasarkan beberapa hasil penelitian Penelitian Daerah penangkapan Jenis ikan Musim penangkapan Zainuddin 2009 Perairan Selayar Layang Musim timur kecuali pada bulan Agustus Perairan Selayar Cakalang Bulan Juni Sedana et al 2004 Laut Flores Cakalang September sampai Maret Simbolon 2011 Sulawesi Tenggara selatan Pulau Sulawesi Layang Januari –April dan Juli –September Berdasarkan beberapa hasil penelitian pada Tabel 3.2 dapat menunjukan bahwa musim puncak penangkapan ikan berlangsung selama musim timur dengan puncaknya pada bulan September, sedangkan musim paceklik berlangsung selama musim barat. Pada musim puncak, nelayan di Bulukumba mampu menangkap ikan dengan jumlah yang banyak hingga 30 tontrip sedangkan pada musim 21 paceklik jumlah tangkapan hanya berkisar 10 tontrip dengan lama operasi 7 –10 hari. Jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan Bulukumba cukup bervariasi yang didominasi jenis ikan pelagis kecil seperti kembung, tembang dan layang. Jenis ikan pelagis besar yang sering tertangkap oleh nelayan purse seine Bulukumba adalah jenis ikan cakalang dan tongkol. Ikan layang merupakan hasil tangkapan dominan disebabkan sifat ikan layang yang dapat ditangkap sepanjang tahun. Prasetyo dan Suwarso 2010 menjelaskan bahwa ikan layang pada umumnya dapat ditangkap sepanjang tahun dan berfluktuasi berdasarkan musim dan jenis ikan layang merupakan jenis tangkapan utama purse seine hampir di setiap daerah penangkapan. 4 KERAGAAN TEKNIS KAPAL PURSE SEINE BULUKUMBA Pengetahuan tentang kapal ikan serta perlengkapannya penting untuk dipahami dalam perencanaan desain sebuah kapal. Perencanaan kapal yang tepat merupakan langkah yang paling penting dalam memulai usaha perikanan tangkap. Usaha penangkapan ikan menggunakan purse seine umumnya digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Kemampuan olah gerak dan stabilitas kapal yang baik saat melakukan pengejaran dan pelingkaran gerombolan ikan serta fasilitas penyimpanan hasil tangkapan yang memadai merupakan hal yang harus dimiliki oleh kapal purse seine untuk memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Nomura dan Yamasaki 1975 menjelaskan bahwa kapal purse seine seperti halnya kapal-kapal penangkapan ikan lainnya memiliki keistimewaan dibanding kapal jenis lain diantaranya kecepatan, kemampuan manuver, stabilitas, mesin, daya angkut, target operasi dan kelengkapan processing hasil tangkapan. Oleh karena itu dalam perencanaan pembuatan kapal, diusahakan agar tujuan utama kapal penangkapan sebagai sarana produksi dapat terpenuhi semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan kapal dan muatannya.

4.1 Rasio Dimensi Utama