isoflavon pada berbagai level usia dan kondisi fisiologis tubuh masa hamil, menyusui dan pertumbuhan.
E. Hormon Estrogen
Estrogen adalah hormon reproduksi utama pada wanita. Estrogen termasuk ke dalam hormon steroid di mana steroid adalah kelompok senyawa lipid yang
memiliki konfigurasi tetrasiklik empat cincin. Selain estrogen, hormon steroid lainnya adalah progesteron, testosteron dan glukokortikoidkortisol Bearden et al.
2004. Estrogen terdiri atas tiga macam senyawa yaitu estradiol- 17β, estron dan
estriol. Estradiol-1 7β merupakan estrogen yang memiliki aktivitas biologis yang
paling tinggi. Estrogen disintesis pada lapisan theca interna dan granulose di folikel ovarium serta disintesis pada plasenta dan embrio saat periode kebuntingan
Ball dan Peter 2004. Bagan biosintesis estrogen yang terjadi pada sel theca dan sel granulosa di dalam ovarium dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan
Gambar 7, senyawa prekursor dari estrogen adalah kolesterol dan salah satu senyawa perantara pada sintesis estrogen adalah testosteron yang juga merupakan
hormon seks pada pria. Berdasarkan hal tersebut, hormon estrogen dan testosteron memiliki kaitan yang sangat erat bagi wanita maupun pria.
Menurut Ball dan Peter 2004, estrogen memiliki tiga fungsi utama bagi sistem reproduksi hewan betina, yaitu:
a Menginisiasi perilaku kawin saat estrus. Perilaku kawin umumnya terlihat pada saat malam hari, namun terkadang juga tampak pada siang hari.
Selama fase tersebut, hewan betina tampak lebih gelisah dari biasanya, vulva menjadi bengkak dan selaput vagina memerah. Lamanya waktu
estrus bergantung pada faktor usia dan musim. b Mempersiapkan organ
– organ reproduksi untuk menghadapi proses fertilisasi. Estrogen merangsang vagina, serfiks, uterus dan tuba falopii
untuk mengembang sehingga memberi jalan bagi sperma untuk dapat masuk dengan mudah. Estrogen juga meningkatkan aliran darah pada
saluran reproduksi dan menstimulasi vagina untuk memproduksi lendir agar memudahkan kopulasi.
Menginisiasi peningkatan hormon LH yang dapat merangsang ovulasi dengan cara memberikan umpan balik yang positif pada kelenjar hipotalamus
untuk mengeluarkan GnRH.
Gambar 7 Biosintesis estrogen Modifikasi Griffin Ojeda 1992. Estrogen memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap berbagai organ
tubuh, baik organ reproduksi ataupun organ tubuh lainnya. Menurut Bearden et al. 2004, estrogen juga berperan dalam merangsang timbulnya ciri kelamin
sekunder ciri fisik yang tampak dari luar serta perkembangan kelenjar susu. Hal tersebut dapat terlihat jelas pada perubahan masa anak
– anak menjadi dewasa masa puber di mana organ kewanitaan mulai berkembang.
Selain berperan penting dalam sistem reproduksi wanita, estrogen juga berperan dalam sistem reproduksi pria. Biosintesis estrogen pada pria dikontrol
oleh aktivitas enzim aromatase. Enzim aromatase merupakan kompleks enzim P- 450 monooksigenase yang terdapat pada organel reticulum endoplasma halus.
Enzim ini bekerja melalui tiga rangkaian reaksi hidroksilasi yang dampak akhirnya berupa aromatisasi cincin A pada hormon androgen. Aromatisasi
testosteron menjadi estradiol dibutuhkan untuk memberi umpan balik pada pituitary dalam rangka normalisasi kadar hormon gonadotropin Vincenzo et al.
2009. Menurut Kula et al. 2006, estrogen berperan dalam regulasi proses
spermatogenesis. Peranan estrogen dalam menginisiasi spermatogenesis terbagi menjadi tiga mekanisme yaitu: 1berperan langsung dalam proses pembelahan
spermatogonium, 2merangsang sekresi hormon FSH yang merupakan hormon utama penginisiasi spermatogenesis dan 3menghambat sekresi gonadotropin dan
menstimulasi apoptosis germ cell. Berdasarkan hal tersebut, kekurangan estrogen pada pria dapat mengakibatkan gangguan spermatogenesis.
Selain dihasilkan oleh hewan, estrogen juga dihasilkan oleh tanaman dalam bentuk isoflavon. Isoflavon merupakan senyawa yang bersifat estrogenik
dikarenakan kemampuannya untuk bekerja layaknya estrogen dan mempengaruhi metabolisme estrogen di dalam tubuh hewan mamalia. Walaupun demikian,
isoflavon sebagai fitoestrogen ternyata tidak hanya mempengaruhi metabolisme estrogen namun juga mempengaruhi hormon reproduksi lainnya baik wanita
maupun pria. Menurut Evans et al 1995 diacu dalam Yi at al 2002, pengujian secara in vitro membuktikan bahwa isoflavon dapat menghambat aktivitas enzim
5α-reductase dimana enzim tersebut berperan dalam perubahan hormon testosteron menjadi dihidrotestosteron DHT.
DHT merupakan metabolit utama testosteron Sachs Miesel 1988. DHT berperan penting dalam sistem reproduksi pria yaitu berperan dalam meregulasi
pembelahan sel pada epididimis dan kelenjar aksesoris serta merangsang aktivasi perilaku seksual pada hewan jantan seperti kemampuan kopulasi dan ejakulasi
Mainwaring 1977; Sachs Miesel 1988. Dampak positif dari hal tersebut yaitu isoflavon dapat mengurangi risiko kanker prostat karena perkembangan sel kanker
prostat diasosiasikan dengan tingginya kadar DHT di dalam tubuh McCormick et al. 2007. Walaupun demikian, penurunan kadar DHT pada pria normal bukan
penderita kanker prostat dikhawatirkan berakibat buruk terhadap sistem reproduksi pria.
Kemudian, penurunan konsentrasi testosteron pada individu keturunan yang diberi genistein selama masa hamil dan menyusui dapat diakibatkan oleh
gangguan biosintesis testosteron di testis, perubahan sensitivitas reseptor androgen atau perubahan pada SHBG Sex Hormone Binding Globuline namun mekanisme
kerjanya masih belum diketahui pasti Wisniewski AB, et al. 2003. Menurut Hancock 2009, mekanisme kerja genistein dalam mempengaruhi sistem
reproduksi tikus jantan yaitu genistein dapat mengganggu ikatan antara reseptor LH Lutenizing hormone transmembran dengan protein G. Reseptor LH yang
tidak berikatan dengan protein G dapat berpengaruh buruk terhadap fungsi adenilat siklase dan mempengaruhi stimulasi LH di sel Leydig. Hal tersebut
berimbas pada steroidogenesis testicular pembentukan hormon steroid di testis pada individu yang terekspos genistein dan produk berbasis kedelai.
F. Sistem Reproduksi Tikus Percobaan