gangguan biosintesis testosteron di testis, perubahan sensitivitas reseptor androgen atau perubahan pada SHBG Sex Hormone Binding Globuline namun mekanisme
kerjanya masih belum diketahui pasti Wisniewski AB, et al. 2003. Menurut Hancock 2009, mekanisme kerja genistein dalam mempengaruhi sistem
reproduksi tikus jantan yaitu genistein dapat mengganggu ikatan antara reseptor LH Lutenizing hormone transmembran dengan protein G. Reseptor LH yang
tidak berikatan dengan protein G dapat berpengaruh buruk terhadap fungsi adenilat siklase dan mempengaruhi stimulasi LH di sel Leydig. Hal tersebut
berimbas pada steroidogenesis testicular pembentukan hormon steroid di testis pada individu yang terekspos genistein dan produk berbasis kedelai.
F. Sistem Reproduksi Tikus Percobaan
Pada sistem reproduksi mamalia betina dikenal istilah siklus estrus yaitu siklus terjadinya proses reproduksi. Lamanya siklus estrus berbeda
– beda pada tiap hewan. Siklus estrus pada tikus betina terjadi selama kurang lebih 5 hari.
Tikus merupakan hewan polioestrus yaitu dapat melakukan perkawinan sepanjang tahun Moore 2000. Siklus ini dibagi menjadi empat tahapan yaitu proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus Bearden et al. 2004. Berikut adalah penjelasan dari masing
– masing tahapan tersebut Smith Mangkoewidjojo 1989. a. Proestrus: periode ini berlangsung sekitar 12 jam. Pada sediaan apus
vagina vaginal smear dapat dilihat hanya sel – sel kecil dengan inti bulat.
b. Estrus: periode di mana timbulnya keinginan untuk melakukan kopulasi. Lama waktu estrus berkisar antara 9
– 15 jam dan ditandai dengan aktivitas berlari yang sangat intens. Pada masa inilah terjadi proses
ovulasi. c. Metestrus: periode yang terjadi sesaat setelah terjadi ovulasi. Periode ini
berlangsung antara 10 – 14 jam. Pada masa ini banyak sel darah putih
muncul pada lumen vagina bersamaan dengan munculnya sel – sel
kornifikasi. d. Diestrus: periode ini berlangsung antara 60
– 70 jam di mana terjadi kemunduran fungsi korpus luteum. Uterus baru mengalami sedikit
kontraksi. Mukosa vagina menipis dan sel darah putih bermigrasi melalui
vagina, jika dilakukan vaginal smear maka hampir seluruh kandungan cairannya adalah sel tersebut.
Tikus yang bunting dapat diketahui setelah 10 – 14 hari setelah
ditemukannya sumbat vagina dengan cara meraba perut tikus. Lama bunting berkisar antara 20
– 22 hari dengan lama proses kelahiran antara 1 – 4 jam dan anak tikus yang baru lahir memiliki berat sekitar 5
– 6g. Setelah itu anak disapih sampai umur 18
– 28 hari dan setelah itu barulah berat anak tikus meningkat menjadi 25
– 30g Smith Mangkoewidjojo 1989. Kebanyakan tikus mulai kawin pada umur 8
– 9 minggu tetapi biasanya lebih baik kalau tikus tidak dikawinkan sebelum umur 12 minggu. Tikus dapat
kawin sepanjang tahun. Tikus dapat kawin secara monogami ataupun poligami namun jika betina lebih dari dua, setelah bunting harus dipisahkan agar dapat
menyusui dengan baik Smith Mangkoewidjojo 1989. Organ reproduksi tikus dapat dilihat pada Gambar 8.
a b
Gambar 8 Organ reproduksi tikus: a jantan, b betina Moore 2000. Berdasarkan Gambar 8, tampak jelas bahwa tikus jantan memiliki organ
reproduksi yang sama dengan pria sedangkan tikus betina memiliki sedikit perbedaan. Wanita hanya memiliki satu uterus simplex sedangkan tikus betina
memiliki 2 uterus yaitu bagian kiri dan kanan tipe duplex. Masing – masing
percabangannya dapat membentuk beberapa plasenta di mana tiap plasenta dimiliki oleh satu fetus. Jumlah rata
– rata anak yang dilahirkan adalah 9 ekor Smith Mangkoewidjojo 1989. Hal ini menandakan bahwa daya regenerasi
tikus sangat besar.
III. METODE
A. Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah kacang kedelai varietas anjasmoro dan isolat protein kedelai merek Solae, Switzerland dari PT. Sari Husada. Bahan
– bahan lain yang digunakan adalah protein kasein, minyak jagung, mineral mix,
carboxy methyl cellulose cmc, agar – agar, vitamin merek Fitkom, pati jagung
dan air. Bahan – bahan kimia yang digunakan untuk analisis hormon adalah
Estrogen ELISA Kit Assay dan Testosteron ELISA Kit Assay produksi Cusabio. Peralatan yang digunakan adalah peralatan untuk pemeliharaan dan
pembuatan ransum tikus percobaan seperti vary mixer, keranjang, botol minum dan wadah makan serta peralatan gelas. Peralatan lain yaitu alat bedah pisau,
gunting, pinset, dan bedah, wadah toples untuk pembiusan tikus, timbangan tikus, neraca analitik dan ELISA reader serta mikroskop.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pangan dan Biokimia Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan ITP Fakultas
Teknologi Pertanian IPB, Laboratorium Bersama Hewan Percobaan SEAFAST Center IPB dan Departemen ITP serta Laboratorium Terpadu Mikrobiologi Medik
dan Laboratorium Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Penelitian dilakukan selama 7 bulan mulai bulan Januari hingga Juli 2012.
C. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan ransum dan tahap percobaan menggunakan tikus percobaan F0 induk dan F1 keturunan
pertama hasil perkawinan tikus F0. Pada tahap persiapan ransum digunakan dua sampel yaitu tepung kedelai TP dan isolat protein kedelai IS masing
– masing terdiri atas tiga formula dengan kasein sebagai kontrol K. Pada tahap percobaan,
pemeliharaan tikus dilakukan mulai dari tikus F0 dewasa hingga melahirkan tikus F1 dan dilanjutkan dengan perlakuan tikus F1 hingga dewasa.
a Persiapan Ransum Tikus Percobaan