IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Komposisi Kimia Tepung Kedelai dan Isolat Protein Kedelai
1. Kadar proksimat Kadar protein pada kasein, tepung kedelai dan isolat protein kedelai basis
kering masing - masing sebesar 97,48, 39,87 dan 75,61 Tabel 7.Kadar protein pada tepung kedelai mendekati kadar protein tepung kedelai utuh belum
dihilangkan lemaknya pada umumnya yaitu 42±1 Deak et al. 2008 namun kadar protein pada isolat protein kedelai masih tergolong rendah. Menurut Wang
dan Johnson 2001; Deak et al 2007 diacu dalam Deak et al, isolat protein kedelai yang diproses dari serpihan kedelai bebas lemak memiliki kadar protein
sebesar 93. Jika isolat protein kedelai diproses dari kedelai yang dihilangkan lemaknya secara parsial menggunakan teknik ekstrusi maka kadar proteinnya
hanya mencapai 79,6. Berdasarkan hal tersebut, rendahnya kadar protein pada isolat protein kedelai yang digunakan diduga karena perbedaan proses produksi.
Tabel 7 Kadar proksimatkasein dan sampel
Komposisi kimia
Kasein Tepung
kedelai Isolat protein
kedelai Berat
basah Berat
kering Berat
Basah Berat
kering Berat
basah Berat
Kering
Protein 92,80
97,48 38,22
39,87 73,35
75,61
Lemak 0,60
0,63 22,74
23,72 4,96
5,11
Abu
3,70 3,89
5,09 5,31
4,97 5,12
Air 4,80
- 4,15
- 2,99
-
Karbohidrat -
- 29,80
31,09 13,73
14,15
Berdasarkan Certificate of Analysis COA yang dikeluarkan oleh produsen Berdasarkan hasil analisis laboratorium oleh lembaga jasa analisis
Kadar lemak pada kasein dan isolat protein kedelai sangat rendah karena berasal dari bahan yang telah dihilangkan lemaknya.Berbeda dengan tepung
kedelai, kadar lemak pada tepung kedelai masih sangat tinggi karena tepung kedelai dibuat dari kedelai utuh tanpa proses pengurangan lemak. Oleh karena itu,
tepung kedelai yang digunakan tergolong ke dalam tepung kedelai utuh full fat soy bean.Kadar lemak yang sangat tinggi pada tepung kedelai menjadikan lemak
kedelai sebagai sumber lemak utama pada ransum tikus kelompok tepung kedelai.
Di sisi lain, tingginya kadar lemak pada tepung kedelai menjadi faktor pembatas penggunaan bahan tersebut ke dalam ransum tikus induk F0. Hal tersebut
dikarenakan kadar lemak yang dipersyaratkan oleh AIN-93M American Institute of Nutrition-1993 for Maintenance maksimal sebesar 4 sehingga tepung
kedelai maksimal yang dapat digunakan hanya 17,38. Kadar karbohidrat pada tepung kedelai dan isolat protein kedelai diperoleh
secara by difference dengan cara mengurangkan angka 100 dengan kadar protein, lemak, abu dan air sampel dalam basis basah. Kadar karbohidrat pada
tepung kedelai cukup tinggi yaitu 31,09 basis kering meskipun kedelai yang digunakan telah mengalami proses penghilangan kulit.Kadar karbohidrat isolat
protein kedelai juga cukup tinggi yaitu 13,73. Pada proses produksi isolat protein kedelai, karbohidrat dihilangkan melalui proses pencucian. Kadar
karbohidrat yang tinggi pada isolat protein kedelai berhubungan dengan tingkat pencucian yang dilakukan selama proses produksi.
2. Kadar serat kasar Kadar serat kasar pada tepung kedelai sebesar 20,57. Komposisi
karbohidrat pada tepung kedelai memang didominasi oleh serat pangan sedangkan pati terdapat dalam jumlah yang sangat kecil Middlebos dan Fahey
2008.Komponen terbesar dari serat pangan adalah serat tak larut atau serat kasar yaitu sebesar 89 dari total serat pangan Muchtadi 2010 sehingga kadar serat
pangan pada tepung kedelai diperkirakan sebesar 25. Kadar tersebut dijadikan rujukan dalam perhitungan kadar serat ransum.
Besarnya kadar serat pangan pada tepung kedelai menyebabkan terbatasnya penggunaan tepung kedelai pada formula ransum tikus bunting, menyusui dan
masa pertumbuhan menurut AIN-93G American Insitute of Nutrition-1993 for Growth. Berdasarkan acuan tersebut, kadar serat maksimal yang harus terdapat di
dalam ransum adalah 5 sehingga kadar tepung kedelai maksimal yang dapat digunakan sebesar 20. Pada formula ransum AIN-93G, kadar lemak tidak lagi
menjadi faktor pembatas dikarenakan proporsi lemak yang dipersyaratkan meningkat dari 4 menjadi 7.
Kadar serat kasar pada isolat protein kedelai sebesar 0,76. Nilai tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan kadar karbohidratnya yaitu 13,73. Hal
tersebut dikarenakan komposisi karbohidrat terbesar pada isolat protein kedelai bukanlah serat kasar seperti pada tepung kedelai namun berupa molekul gula yang
terdiri atas stakiosa, rafinosa, sukrosa, maltosa, laktosa, galaktinol, glukosa dan fruktosa Jung et al. 2006 diacu dalam Middlebos dan Fahey 2008.
3. Kadar isoflavon Terdapat dua jenis isoflavon yang terdapat pada tepung kedelai dan isolat
protein kedelai yaitu daidzein dan genistein. Kedua jenis isoflavon tersebut merupakan komponen isoflavon terbesar yang terkandung di dalam kedelai
Watanabe et al. 2006. Molekul genistein maupun daidzein terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk bebas atau aglikon yaitu molekul isoflavon yang tidak
mengikat molekul gula dan bentuk terikat atau glikosida. Oleh karena itu, analisis kadar isoflavon yang dilakukan meliputi analisis kadar isoflavon bebas aglikon
dan isoflavon total aglikon dan glikosida. Kadar isoflavon yang digunakan pada perhitungan ransum adalah kadar isoflavon total gabungan bentuk aglikon dan
glikosida pada daidzein dan genistein Tabel 8.
Tabel 8 Kadar Isoflavon tepung kedelai dan isolat protein kedelai
Sampel Jenis Isoflavon
Kadar Isoflavon bebas
μgg bahan Kadar
Isoflavon total μgg bahan
Tepung kedelai
Daidzein 6,214
220,780 Genistein
5,933 184,776
Gabungan daidzein+genistein
12,147 405,556
Isolat protein
kedelai Daidzein
33,741 231,874
Genistein 54,878
468,205 Gabungan
daidzein+genistein
88,619 700,079
Isoflavon aglikon Isoflavon aglikon dan glikosida
Berdasarkan data pada Tabel 8, kadar isoflavon bebas sangat kecil jika dibandingkan dengan kadar isoflavon total. Hal tersebut menunjukkan bahwa
isoflavon pada tepung kedelai dan isolat protein kedelai mayoritas berada dalam
bentuk glikosida berikatan dengan molekul gula. Menurut Muchtadi 2010, komponen isoflavon terbesar pada kedelai dan produk olahan kedelai non
fermentasi berada dalam bentuk glikosida. Daidzein dalam bentuk glikosida disebut juga daidzin sedangkan genistein
dalam bentuk glikosida disebut juga genistin.Molekul glukosa yang berikatan dengan daidzein dan genistein juga dapat mengandung gugus malonil atau
asetil.Daidzein dan genistein yang molekul glukosanya mengandung gugus malonil disebut malonil daidzein dan malonil genistein, begitupun untuk gugus
asetil Muchtadi 2010. Kadar isoflavon pada tepung kedelai lebih rendah daripada isolat protein
kedelai Tabel 8, hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor perlakuan panas dan kadar lemak yang tinggi. Tepung kedelai diproses dengan memberikan panas
basah pengukusan selama 14 menit pada suhu 100 C untuk menginaktifkan
tripsin inhibitor, kemudian dilanjutkan dengan pengeringan selama 5 – 6 jam pada
suhu 60 C.Pemanasan pada suhu tinggi dalam waktu yang cukup lama dapat
merusak isoflavon. Isoflavonsangat labil terhadap panas dan kadarnya dapat berkurang selama proses pemanasan Stobeicki dan Kachlicki 2006.
Keberadaan lemak yang tinggi juga mempengaruhi kadar isoflavon. Isoflavon bersifat polar karena dapat larut dalam pelarut polar FSC dan NFEC
2006.Tingginya persentase senyawa non polar lemak di dalam bahan akan menurunkan persentase isoflavon. Tepung kedelai mengandung lemak yang
sangat tinggi yaitu 22,74 basis basah atau 23,72 basis kering sedangkan isolat protein kedelai hanya mengandung lemak sebesar 4,96 basis basah atau 5,11
basis kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi senyawa polar lebih tinggi pada isolat protein kedelai daripada tepung kedelai dan hal tersebut
berbanding lurus dengan kadar isoflavon yang dikandungnya. Sebagian dari isoflavon yang terdapat pada isolat protein kedelai telah hilang akibat proses
ekstraksi dan pencucian namun sebagian lagi tetap ada karena isoflavon terikat dengan molekul gula dan bersatu dengan molekul gula yang ada pada isolat
protein kedelai.
abc ab
c bc
a ab
c
5 10
15 20
25
R ata
- rata
k o
n su
m si
ran su
m g
ram h
ar i
Kelompok 0.00
1.50 0.97
0.67 3.30
2.37 1.34
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
R ata
-r ata
k o
n su
m si
Is o
flav o
n m
g ek
o rh
ar i
Kelompok
B. Pengaruh Konsumsi Tepung Kedelai dan Isolat Protein Kedelai