Kerangka Pemikiran LANDASAN TEORI

10. Spektrofotometer Serapan Atom SSA

SSA merupakan teknik spektrofotometer yang didasarkan absorbansi energi oleh atom. Untuk dapat terjadi proses absorpsi atom hal yang diperlukan adalah sumber radiasi monokromatik dan alat untuk menguapkan sampel dan memperoleh atom ground state dari unsur yang diharapkan. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Sekitar 70 unsur dapat ditentukan dengan SSA dengan besarnya konsentrsi sekitar 10 ppm untuk beberapa bahan yang sulit dan jarang, sampai dengan dibawah 1 ppb untuk mercuri. Metode SSA berprinsip pada adsorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada gelombag cahaya tertentu, tergantung pada sifat unsurnya, misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium menyerap pada 358,5 nm, sedangkan kalium pada 766,5 nm Khopkar, S.M, 1990. Sumber sinar pada SSA disebut hollow chatode lamp, setiap logam membutuhkan sumber sinar untuk memanaskannya. Hanya satu logam yang dapat dianalisa dalam satu pengukuran. Sebagai contoh, untuk menganalisa sampel perak maka harus digunakan lampu perak. Jika digunakan lampu multi unsur harus diset monokromator pada panjang gelombang logam Shugar,1996

B. Kerangka Pemikiran

Biotransformasi adalah proses mengubah bahan mentah menjadi produk yang lebih berharga melalui reaksi kimia yang melibatkan organisme. Minyak jagung yang mempunyai kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh dapat mengalami biotransformasi oleh aktivitas bakteri dan diperkirakan membentuk biosurfaktan, karena beberapa produk biotransformasi minyak dan lemak menghasilkan biosurfaktan, contohnya minyak zaitun mengalami biotransformasi oleh Pseudomonas, sp menghasilkan biosurfaktan asam dihidroksi oktadekanoat Desai dan Banat, 1997. Biotransformasi minyak kelapa sawit oleh Candida bambicola menghasilkan biosurfaktan jenis shoporolipid yang sebagian besar komponennya terdiri dari asam 17 hidroksi stearat Ghazali dan Ahmad, 1997. Media berperan penting dalam biotransformasi minyak jagung oleh aktivitas bakteri, karena media adalah tempat tumbuh bakteri dan sumber nutrisi bagi bakteri. Media cair yang digunakan untuk biotransformasi minyak jagung adalah Tripticase Soy Broth TSB, karena mengandung pepton, glukosa dan garam-garaman. Media fermentasi dilakukan penambahan minyak jagung ke dalam media cair, karena minyak jagung mempunyai kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh, maka minyak jagung dapat berfungsi sebagai substrat yang akan mengalami biotransformasi dan diperkirakan membentuk biosurfaktan. Asam lemak tak jenuh dalam minyak jagung cukup besar, maka kemungkinan besar ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh akan mengalami biotransformasi menjadi gugus hidroksil dan gugus keton.. Mikroorganisme yang digunakan untuk biotransformasi minyak jagung adalah Rhodoccocus rhodochrous karena sudah terbukti dapat melakukan biotransformasi beberapa asam lemak tidak jenuh menjadi suatu asam hidroksi alkanoat dan asam keto alkanoat. Pada biotransformasi minyak jagung oleh aktivitas bakteri mempunyai kondisi optimal, karena dalam biotransformasi minyak jagung dipengaruhi oleh banyaknya sumber karbon dalam media fermentasi, lama fermentasi dan kondisi lingkungan. Pada penelitian ini, variasi konsentrasi minyak jagung dalam media fermentasi vv dan lamanya fermentasi digunakan untuk memperoleh hasil biotransformasi minyak jagung yang optimal. Biotransformasi minyak jagung oleh R. rhodochrous kemungkinan dapat menghasilkan suatu biosurfaktan, maka untuk mengetahui kondisi optimal dalam biotransformasi minyak jagung oleh R. rhodochrous dilakukan pengamatan kepadatan sel bakteri Optical DensityOD, tegangan permukaan dan indeks emulsi setiap harinya Hasil dari biotransformasi minyak jagung oleh R. rhodochrous diperkirakan membentuk biosurfaktan dan merupakan turunan substrat yang ada dalam media yang mengalami biotransformasi sehingga dimungkinkan mempunyai gugus fungsi yang dapat diidentifikasi menggunakan FT-IR. Biotransformasi minyak jagung oleh R. rhodochrous kemungkinan menghasilkan biosurfaktan, dimana untuk mengindikasikan biosurfaktan dapat dilakukan dengan penentuan indeks emulsi antara air dengan minyak sawit dan pengukuran tegangan permukaan minyak sawit. Biosurfaktan dapat diaplikasikan sebagai adsorben logam, contohnya biosurfaktan jenis rhamnolipid telah digunakan untuk pengambilan logam Cd, Pb, dan Zn dari dalam tanah. Penggunaan rhamnolipid sebagai adsorben logam berdasarkan pada gugus hidroksil yang dimiliki rhamnolipid mampu berikatan dengan ion logam berat.Herman, et al, 1995 dalam Erawati. S, 2007. Hasil biotransformasi minyak jagung diperkirakan membentuk biosurfaktan dan mempunyai gugus hidroksil dalam gugus karboksilat yang beasal dari asam lemak tidak jenuh, sehingga dapat diaplikasikan untuk pengambilan logam berat, misalnya Cd 2+ .

C. Hipotesis