Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2006 sampai Februari 2007. Produksi biosurfaktan dilakukan di Sub Laboratorium Biologi Pusat UNS. Identifikasi biosurfaktan dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA UGM. Karakterisis biosurfaktan yang diperoleh dan pengukuran konsentrasi logam Cd 2+ yang terambil biosurfaktan dilakukan di Sub Laboratoriun Pusat UNS.

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang dipergunakan adalah : a. Autocalave, Ogawa Seiki Co, LTD b. Sentrifuge, Sorvall Super T21 c. Vortex Mixer, Gemmy Industrial, Corp d. Neraca Analitis, Mettler Toledo AT400 e. Peralatan gelas pyrek, Merck f. Spektrofotometer UV VIS, Shimadzu UV-160 IPC g. Seperangkat alat FT-IR h. PH meter, Corning i. Seperangkat alat metode kenaikkan kapiler j. Seperangkat alat pengukuran indeks emulsifier k. Spektrofotometer AAS l. Shaker, IKA labortechnik m. Hot Plate n. Magnetic strirer o. Bunsen p. Kawat ose 2. Bahan – bahan yang diperlukan adalah : a. Minyak jagung, Sunbeam b. Trypticase Soy Agar, Merck c. Tryptic Soy broth, Merck d. Minyak sawit, Bimoli e. Kloroform, Merck f. Butanol , Merck g. Inokulum R. rhodochrous FNCC 0066 dibeli dari PAU UGM h. Heksana , Merck i. Etil asetat , Merck j. Natrium sulfat, Merck k. Kertas saring, whatman no 42 l. CdNO 3 2 , Merck m. HNO 3 , Merck n. Akuades o. Kapas steril p. Alumunium foil q. Alkohol 96

D. Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian ini dilakukan dengan urut. Setiap tahap yang dilakukan bertujuan untuk menentukan tahap penelitian selanjutnya. Diagram alir cara kerja tercantum dalam lampiran 1. 1. Analisa komposisi minyak jagung a. Analisa dengan menggunakan FT-IR Minyak jagung dioleskan pada preparat dan diukur transmisinya pada bilangan gelombang 4000 cm -1 sampai 500 cm -1 . 2. Produksi dan Optimasi Kondisi Biotransformasi Minyak Jagung a. Penyiapan Inokulum R. rhodochrous disimpan dalam lemari pendingin 4 C sebagai biakan stok stock culture pada TSA Trypticase Soy Agar. R. rhodochrous ditumbuhkan dalam media cair dengan komposisi 30 gLiter Tryptic Soy broth, pada temperatur kamar dishaker dengan kecepatan 150 rpm selama 24 jam. Setelah tumbuh, biakan siap untuk dipindahkan ke media fermentasi. b. Kurva Pertumbuhan Bakteri 1 Fermentasi dilakukan pada suhu kamar dengan kecepatan 150 rpm dalam tabung reaksi dengan volume 3 ml media cair selama 24 jam, kemudian diambil 200 l dipindah ke 25 ml media fermentasi dishaker 150 rpm selama 24 jam, kemudian diambil 5 ml dipindah ke 125 ml media fermentasi dishaker 150 rpm selama 24 jam. 2 Bakteri yang telah ditumbuhkan ke dalam media dilakukan pengukuran absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer UV- Vis setiap jam selama 18 jam selanjutnya setiap 3 jam sampai 24 jam. c. Kultur Fermentasi Media fermentasi dibuat dengan komposisi 30 gLiter Triptic Soy Broth dan minyak jagung, dengan variasi konsentrasi 0, 5, 10, dan 20 vv. Fermentasi dilakukan pada suhu kamar dengan kecepatan 150 rpm dalam tabung reaksi dengan volume 3 ml media cair TSB selama 10 jam, kemudian diambil 200 µl dipindahkan kedalam 5 ml media fermentasi dengan konsentrasi minyak jagung 5 vv dan dishaker selama 10 jam dengan kecepatan 150 rpm, kemudian diambil 200 µl dipindah kedalam 25 ml media fermentasi dishaker selama 10 jam dengan kecepatan 150 rpm. Setelah 10 jam, diambil 5 ml dipindah kedalam 125 ml media fermentasi. d. Optimasi Kondisi Untuk optimasi kondisi akan dilakukan produksi biotransformasi minyak jagung dengan : 1 Variasi minyak jagung dalam media fermentasi, yaitu 0, 5, 10 dan 20 vv. 2 Variasi lama fermentasi, yaitu akan dilakukan pengamatan tiap hari dari 0-12 hari 3 Setiap sampel dianalisis absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis dan ditentukan indeks emulsi, dan tegangan permukaan. a Absorbansi Sampel media fermentasi diukur absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum media TSB. b Tegangan permukaan Pipa kapiler dicelupkan ke dalam media fermentasi dan diukur kenaikan larutan dalam pipa kapiler. c Indeks emulsi Media fermentasi diambil 1 ml ditambah dengan minyak sawit 1 ml kemudian divortex selama 2 menit. Emulsi dibiarkan selama 24 jam. Tinggi emulsi yang masih tersisa dibagi tinggi total larutan merupakan indeks emulsi. 3. Recovery Hasil Biotransformasi Minyak Jagung a. Media fermentasi disentrifugasi 12500 rpm, pada suhu 27 C selama 20 menit diperoleh supernatan yang akan diekstraksi. b. Supernatan diekstraksi dengan menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang semakin meningkat. Pelarut yang digunakan dengan urutan sebagai berikut n-heksana, kloroform, etil asetat, butanol. Perbandingan pelarut dengan media fermentasi adalah 1 : 1 dengan dua kali ekstraksi dan digojok selama 20 menit. Untuk pertama kali media fermentasi digojok dengan pelarut n-heksana fase heksana atas diambil kemudian ditambah 25 g Na 2 SO 4 dan dibiarkan semalam, kemudian dievaporasi pada suhu 70 o C sampai pelarut tidak menetes lagi, diperoleh senyawa yang terekstrak dalam n-heksana, sedangkan fase air bawah diekstraksi kembali dengan kloroform. Fase kloroform bawah ditambah dengan 25 g Na 2 SO 4 dan dibiarkan semalam, untuk kemudian dievaporasi pada suhu 60 o C sampai tidak menetes lagi,diperoleh senyawa yang terekstrak dalam kloroform sedangkan fase air diekstraksi lagi dengan etil asetat. Fase etil asetat diambil kemudian ditambah dengan Na 2 SO 4 dan dibiarkan semalam, kemudian dievaporasi pada suhu 70 o C sampai pelarut tidak menetes lagi, diperoleh senyawa dalam etil asetat. Fase air diekstraksi lagi dengan butanol, fase butanol diambil ditambah dengan 25 g Na 2 SO 4 dan dibiarkan semalam kemudian dievaporasi pada suhu 90 o C sampai tidak menetes lagi, diperoleh senyawa dalam butanol. Sisa fase air dievaporasi pada suhu 100 o C sampai tidak menetes lagi , diperoleh senyawa dari sisa fase air. Hasil evaporasi masing-masing diukur tegangan permukaannya dan indeks emulsi. Pengukuran tegangan permukaan jika hasilnya berupa padatan, maka 0,2 gram dilarutkan dengan 2 ml aquades dan diukur kenaikan zat cairnya dalam pipa kapiler, jika hasilnya berupa cairan maka langsung diukur kenaikan zat cairnya dalam pipa kapiler. Penentuan indeks emulsi, jika hasilnya berupa padatan maka 0,2 gram dilarutkan dalam 1 ml aquades dan ditambah dengan minyak sawit sebanyak 1 ml kemudian divortex selama 2 menit dan dibiarkan selama 24 jam, jika hasilnya berupa cairan, maka emulsi dibentuk dengan perbandingan sampel : minyak sawit : air = 1:2:2. Sampel dengan indeks emulsi terbesar dan mempunyai kemampuan menurunkan tegangan muka terbesar dianalisa dengan FT-IR yang selanjutnya dikarakterisasi. 4. Karakterisasi Hasil Biotrnasformasi Minyak Jagung dari Ekstrak Kloroform a. Identifikasi gugus fungsi dengan spektrofotometer FT-IR Sampel ditambah dengan nujol dan dioleskan pada preparat kemudian dianalisa dengan FT-IR untuk mengetahui gugus-gugus fungsi yang ada. b. Penentuan indeks emulsi Indeks emulsi didapat dari melarutkan 4,5 mg hasil biotransformasi minyak jagung dari ekstrak kloroform ke dalam 5 ml air dan ditambahkan 5 ml hidrokarbon minyak sawit. Larutan divortex selama 2 menit dan dibiarkan selama 24 jam dan dihitung indeks emulsi dengan membagi tinggi emulsi dengan tinggi total. Kestabilan emulsi dapat diketahui dengan membiarkan emulsi sampai emulsi yang terbentuk habis dan setiap hari diukur tinggi emulsi yang masih terbentuk lalu dibagi dengan tinggi total. c. Penentuan tegangan permukaan Penentuan tegangan permukaan akan dilakukan dengan metode kenaikan kapiler dengan pembanding air. Hasil biotransformasi minyak jagung dari ekstrak kloroform yang ditambahkan ke dalam hidrokarbon minyak sawit sebesar 9 mg. 5. Aplikasi Hasil Biotransformasi Minyak Jagung a. Supernatan hasil biotransformasi minyak jagung digunakan untuk pengambilan logam berat Cd 2+ . Supernatan hasil biotransformasi minyak jagung sebanyak 2 ml ditambah larutan logam Cd 2+ 2,5 ppm 8 ml, pada kondisi pH 6 waktu kontak 5 dan 10 menit, kemudian disaring dengan kertas saring Whatman 42. Filtrat yang diperoleh dianalisa dengan spektrofotometer serapan atom SSA. b. Hasil biotransformasi minyak jagung dari ekstrak kloroform digunakan untuk pengambilan logam berat Cd 2+ . Hasil biotransformasi minyak jagung dari ekstrak kloroform sebanyak 0,01 g ditambahkan ke dalam larutan logam Cd 2+ 2 ppm 10 ml, pada kondisi pH 6, waktu kontak 5 dan 10 menit, kemudian disaring dengan kertas saring Whatman 42. Filtrat yang diperoleh dianalisa dengan SSA.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data