Tabel 5. Komposisi Minyak Jagung Berdasarkan Analisis GC-MS
Jenis Metil Lemak
Metil Lemak Jenuh = 24,44
Metil laurat n-Dodekanoat : CH
3
CH
2 10
COOCH
3
3,01
Metil miristat n-Tetradekanoat : CH
3
CH
2 12
COOCH
3
0,63
Metil palmitat n-heksadekanoat : CH
3
CH
2 14
COOCH
3
17,86
Metil stearat n-Oktadekanoat : CH
3
CH
2 16
COOCH
3
2,91 Metil Lemak Tidak Jenuh = 75,91
Metil Linoleat :
CH
3
CH
2 4
HC=CHCH
2
HC=CHCH
2 7
COOCH
3
41,27
Metil Oleat : CH
3
CH
2 7
HC=CHCH
2 7
COOCH
3
34,30 Kresnadipayana, 2006
2. Rhodococcus rhodochrouss
Rhodococcus sp adalah bakteri yang mempunyai aktivitas metabolik yang mampu mendegradasi komponen organik. Rhodococcus sp secara langsung
diisolasi dari Quinte danau Ontario Canada. Rhodococcus rhodochrous dapat tumbuh pada media Trypticase Soy Broth dan Trypticase Soy Agar pada suhu
24 C Van Hamme, J.D dan Ward, O.P, 2001
R. rhodochrous adalah suatu bakteri aerob, gram positif, non motil berbentuk batang atau coccus. R. rhodochrous dapat diisolasi dari bermacam-
macam sumber, misalnya tanah, batuan, kotoran hewan, dan tubuh serangga K.S Bell et al, 1998. Ciri-ciri bakteri gram positif adalah
a. Struktur dinding selnya tebal 15-80 nm dan berlapis tunggal. b. Komposisi dinding selnya terdiri dari kandungan lipid yang rendah 1-
4. c. Pertumbuhanya dihambat oleh zat warna.
d. Persyaratan nutrisinya relatif rumit, misalnya dalam kaldu infuse jantung. e. Resisten terhadap gangguan fisik.
Pelczar, et al, 1986
R. rhodochrous telah digunakan oleh Nitto Chemistry Industry Company Ltd Jepang untuk memproduksi lebih dari 30 ribu ton akrilamida setiap
tahunnya. Dalam R. rhodochrous terdapat enzim nitrilase yang berfungsi dalam transformasi untuk produksi akrilamida, serta produk lain seperti asam akrilik,
vitamin nikotinamida dan asam p-aminobenzoat K.S Bell, et al, 1998. Rhodococcus sp dapat menghasilkan molekul biosurfaktan hasil degradasi
alkana. Telah diketahui jenis biosurfaktan yang dihasilkan adalah glikolipid Iwabuchi, et al, 2004. R rhodochrous dapat mengkonversi asam lemak tak jenuh
pada substrat asam oleat menghasilkan asam 10-hidroksistearat 55,1 dan asam 10-ketostearat dan jika menggunakan asam inoleat sebagai substrat akan
dihasilkan 22,2 asam 10-hidroksi-12-oktadekanoat dan asam 10-keto-12- oktadekanoat Litchfield and pierce,1986 dalam Kian et al, 1997.
3. Mikroorganisme
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangbiakan mikroorganisme umumnya dibagi ke dalam lima bahasan yaitu a waktu generasi;
b faktor intrinsik; c faktor ekstrinsik; d faktor proses dan e faktor implisit.
a. Waktu Generasi Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri atas lima fase yaitu:
1 Tahap ancang-ancang. Tahap ancang-ancang mencakup interval waktu antara saat penanaman dan saat
tercapainya kecepatan pembelahan maksimum. Lamanya tahap ancang-ancang ini terutama tergantung dari biak awal, umur bahan yang ditanam, dan juga dari sifat
larutan biak. 2 Tahap eksponensial.
Tahap pertumbuhan eksponensial atau logaritmik ditandai dengan kecepatan pembelahan maksimum kurva pertumbuhan terlihat naik. Kecepatan
pembelahan diri sepanjang tahap log bersifat spesifik untukk tiap jenis bakteri dan tergantung lingkungan.
3 Tahap stasioner. Tahap stasioner dimulai jika sel-sel sudah tidak tumbuh lagi. Kecepatan
pertumbuhan menurun ketika kadar substrat berkurang sebelum substrat habis terpakai. Dengan demikian pengalihan dari tahap eksponensial ke tahap stasioner
terjadi berangsur-angsur. Selain karena keterbatasan substrat, juga kepadatan populasi yang tinggi, tekanan parsial oksigen yang rendah dan timbunan produk
metabolisme yang toksik, dapat menurunkan kecepatan pertumbuhan dan mengintroduksi tahap stasioner.
4 Tahap kematian. Tahap kematian dan sebab-sebab kematian sel bakteri dalam media biakan normal
masih kurang diteliti. Relatif lebih jelas keadaan dimana terjadi penimbunan asam Eschericia, lactobacillus. Jumlah sel hidup dapat berkurang secara eksponensial.
Ada kemungkinan bahwa sel-sel dihancurkan oleh pengaruh enzim asal sel sendiri otolisis Schlegel, 1994
b. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air activity of water, aw, kemampuan mengoksidasi-reduksi redoxpotential, Eh, kandungan nutrien,
bahan antimikroba dan struktur bahan makanan. Lazimnya bakteri tumbuh pada pH sekitar netral 6,5 – 7,5. Aktivitas air a
w
adalah perbandingan antara tekanan uap larutan dengan tekanan uap air solven murni pada temperatur yang sama a
w
= pp
o
. Ini merupakan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba dalam pangan dan bukan berarti jumlah total air yang terkandung dalam bahan
makanan sebab adanya adsorpsi pada konstituen tak larut dan absorpsi oleh konstituen larut misalnya gula, garam. Air murni mempunyai a
w
1,0 dan bahan makanan yang sepenuhnya terdehidrasi memiliki a
w
= 0. Batas a
w
minimum untuk multiplikasi sebagian besar bakteri adalah 0,90 Yudhabuntara, 2003.
Kemampuan mengoksidasi-reduksi
redoxpotential, Eh
adalah perbandingan total daya mengoksidasi menerima elektron dengan daya
mereduksi memberi elektron. Berdasarkan Eh, mikroorganisme dibagi menjadi aerob, anaerob, fakultatif anaerob dan mikroaerofilik. Mikroorganisme aerob
memerlukan keadaan Eh positif, mikroorganisme anaerob memerlukan Eh negatif, mikroorganisme fakultatif anaerob memerlukan keadaan Eh positif atau negatif
dan mikroorganisme mikroaerofilik memerlukan Eh sedikit tereduksi. Pertumbuhan mikroorganisme memerlukan air, energi, nitrogen, vitamin
dan faktor pertumbuhan, mineral. Air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme ditentukan oleh a
w
bahan makanan. Sebagai sumber energi, mikroorganisme memanfaatkan karbohidrat, alkohol dan asam amino yang
terdapat dalam bahan makanan. Faktor pertumbuhan yang diperlukan adalah asam amino, purin dan pirimidin, serta vitamin Yudhabuntara, 2003.
c. Faktor Ekstrinsik Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
adalah suhu penyimpanan dan faktor luar lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan pengaruh atmosferik seperti kelembaban, tekanan
gaskeberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh sinar ultraviolet. Berdasarkan suhu optimumnya, mikroorganisme dibagi menjadi psikrofil
dengan suhu optimum kurang dari + 20 °C, mesofil +20° sd + 40 °C dan termofil lebih dari +40 °C. Pada suhu minimum terjadi perubahan membran sel
sehingga tidak terjadi transpor zat hara. Sebaliknya pada suhu maksimum terjadi denaturasi enzim, kerusakan protein dan lipida pada membran sel yang
menyebabkan lisisnya mikroorganisme. Mikroorganisme patogen biasanya termasuk ke dalam kelompok mesofil. Pengaruh suhu rendah pada mesofil adalah
inaktivasi dan perubahan struktur protein permease Yudhabuntara, 2003. Kelembaban lingkungan relatif humidity, RH penting bagi a
w
bahan makanan dan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan bahan makanan.
Ruang penyimpanan yang memiliki RH rendah akan menyebabkan bahan makanan yang tidak dikemas mengalami kekeringan pada permukaannya dan
dengan demikian mengubah nilai aktivitas airnya.Produk bahan makanan yang kering ini bila dibawa ke lingkungan yang lembab RH tinggi akan menyerap
kelembaban sehingga permukaannya dapat ditumbuhi jamur. Hal yang sama akan terjadi bila bahan makanan yang telah didinginkan dibawa ke lingkungan yang
lebih hangat. Hal ini akan menyebabkan kondensasi air di bagian permukaannya. Proses ini penting untuk diperhatikan pada pengepakan produk yang dapat
membusuk, karena biasanya ruang pengepakan lebih hangat dibandingkan dengan ruang pendingin, sehingga akan terbentuk lapisan tipis air kondensasi. Hal ini
akan menyebabkan peningkatan aktivitas air yang pada gilirannya dapat mempermudah pertumbuhan mikroorganisme Yudhabuntara, 2003.
Penyimpanan bahan makanan di ruang terbuka meningkatkan kadar CO
2
sampai 10 yang dapat dicapai dengan menambahkan es kering CO
2
padat. Penghambatan oleh CO
2
meningkat sejalan dengan menurunnya suhu karena solubilitas CO
2
meningkat pada suhu rendah. Bakteri Gram negatif lebih rentan terhadap CO
2
dibandingkan bakteri Gram positif. Adanya cahaya dan sinar ultra violet dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan kerusakan toxin
yang dihasilkannya Yudhabuntara, 2003.
d. Faktor Proses Semua proses teknologi pengolahan bahan makanan mengubah
lingkungan mikro bahan makanan tersebut. Proses tersebut dapat berupa pemanasan, pengeringan, modifikasi pH, penggaraman, curing, pengasapan,
iradiasi, tekanan tinggi, pemakaian medan listrik dan pemberian bahan imbuhan pangan Yudhabuntara, 2003.
e. Faktor implisit Faktor lain yang berperan adalah faktor implisit yaitu adanya sinergisme
atau antagonisme di antara mikroorganisme yang ada dalam lingkungan bahan makanan. Ketika mikroorganisme tumbuh pada bahan makanan dia akan bersaing
untuk memperoleh ruang dan nutrien. Dengan demikian akan terjadi interaksi di
Gambar 1. Kurva Pertumbuhan bakteri antara mikroorganisme yang berbeda. Interaksi ini dapat saling mendukung
maupun saling menghambat terjadi sinergisme atau antagonisme. Yudhabuntara, 2003.
f. Kurva Pertumbuhan Bakteri
Jika bakteri ditanam dalam suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu faktor mencapai minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas.
Kalau sepanjang peristiwa ini tidak diadakan penambahan nutrien atau penyaluran keluar produk-produk metabolisme, maka pertumbuhan dalam lingkungan seperti
ini disebut kultur statik. Pertumbuhan dalam “sistem tertutup” seperti ini mematuhi hukum-hukum, yang tidak hanya berlaku untuk organisme bersel
tunggal saja, tetapi juga untuk organisme bersel banyak dengan pertumbuahan yang dibatasi secara genetik.
Pertumbuhan biak bakteri dengan mudah dapat dinyatakan secara grafik dengan logaritma jumlah sel terhadap waktu. Suatu kurva pertumbuhan Gambar 1 khas
mempunyai bentuk sigmoid dan dapat dibedakan dalam beberapa tahap pertumbuhan yang muncul secara teratur, sangat atau kurang menonjol: tahap
ancang-ancang lag-phase, tahap eksponensial logaritmik, tahap stasioner dan tahap menuju kematian.
Schlegel, 1994
4. Biotransformasi