banyak kemiripan dengan manusia meliputi fungsi, bentuk organ, proses biokimia, dan biofisik. Penggunaan tikus Sprague Dawley dalam studi kesehatan
dan penyakit pada manusia, merupakan model yang sangat bagus untuk toksikologi, reproduksi, farmakologi dan tingkah laku. Esofagus pada tikus
Sprague-Dawley masuk ke lambung melewati lubang kecil karena terdapat lipatan jaringan lambung sehingga tikus tidak mampu muntah. Tikus ini juga mudah
diperoleh dan telah banyak digunakan dalam penelitian Smith dan Mangkoewidjojo 1988.
Galur Sprague Dawley yang umum digunakan untuk penelitian mempunyai ciri berwarna putih albino, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari
badannya Malole dan Pramono 1989. Tikus betina tidak digunakan karena terdapat siklus hormonal bulanan yang dapat memberikan pengaruh terhadap
kadar glukosa darah yang akan diukur. Tikus dikandangkan dalam kandang individual yang terbuat dari plastik dengan penambahan alas berupa sekam.
Siklus gelap dan terang terjadi secara alami. Kondisi lingkungan diupayakan pada suhu 22±2ºC dengan pemberian kipas angin. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Derelanko et al. 1994 bahwa suhu kandang yang baik untuk tikus berkisar antara 64,4-78,8ºF 18-26ºC.
2.6 Flavonoid dan aktivitas antidiabetes
Flavonoid adalah senyawaan fenol yang paling banyak ditemukan di alam karena sekitar 2 dari semua karbon yang disintesis tumbuhan diubah menjadi
flavonoid. Struktur dasar dari flavonoid terdiri dari 15 atom karbon dengan konfigurasi C
6
-C
3
-C
6
yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3 karbon yang dapat atau tidak membentuk cincin ketiga Markham 1988.
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi. Sifat fisik ini menjadikannya larut dalam pelarut polar seperti
etanol, metanol, etil asetat, atau campuran pelarut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa senyawa flavonoid berperan sebagai antidiabetes. Senyawa golongan flavonol dan flavon, yaitu kuersetin dan krisin,
menunjukkan sifat antidiabetes pada uji in vivo menggunakan tikus. Daya inhibisi kuersetin jauh lebih tinggi daripada krisin, disebabkan adanya substituen gugus
hidroksil pada posisi 3 Lucacinova et al. 2008. Deqiang et al. 2003 telah mempelajari mengenai antidiabetes pada tanaman Opuntia dillenii. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa komponen flavonoid yang mempunyai fungsi sebagai antidiabetes adalah flavonol. Hal ini juga diteliti oleh Sugiwati 2005,
yang melaporkan bahwa ekstrak air rebusan buah mahkota dewa tua memberikan hasil lebih baik daripada ekstrak metanol dalam pengujian secara in vivo sebagai
antihiperglikemik dengan tes toleransi glukosa oral pada tikus putih jantan. Mekanisme penurunan kadar glukosa pada penelitian ini adalah melalui inhibisi
secara reversible kompetitif terhadap enzim α-glukosidase oleh ekstrak tersebut.
Komponen aktif yang berperan di dalamnya adalah flavonoid, fenol, dan tanin.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Desember 2010 bertempat di laboratorium Bioteknologi 2 dan laboratorium Biokimia, Departemen Teknologi
Hasil Perairan, FPIK, untuk kultivasi Spirulina fusiformis dan analisis kuantitatif pigmen fikosianin, laboratorium Fisika Instrumen FMIPA untuk pengujian
spektrum maksimum biopigmen, laboratorium imunologi, FKH, dan laboratorium Hewan Coba, Biokimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, untuk uji kadar glukosa
darah tikus percobaan.
3.2 Alat dan Bahan