Pengujian senyawa flavonoid dilakukan dengan melarutkan 0,1 gram biomasa kering Spirulina fusiformis dalam 10 ml air panas yang kemudian didihkan selama
5 menit dan disaring. Sebanyak 10 ml filtrat ditambahkan 0,5 gram Mg, 1 ml HCl pekat, dan 1 ml amil alkohol. Campuran dikocok dengan kuat.
Uji positif ditandai dengan munculnya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol. Setelah diperoleh bahwa positif terdapat flavonoid,
selanjutnya dilakukan uji golongan flavonoid. Pengujian golongan flavonoid dilakukan dengan melarutkan 0,5 gram
biomasa kering Spirulina fusiformis dalam MeOH-HCl 1 N 1:1 dan dipanaskan dalam labu erlenmeyer pada suhu dengan etil asetat. Sebanyak 1 ml ekstrak etil
asetat ditambah 3 tetes CH
3
COO
2
Pb lalu diamati warnanya. Falvon memberikan warna jingga hingga krem, kalkon memberikan warna jingga tua, dan
auron memberikan warna merah. Sebanyak 1 ml ekstrak etil asetat ditambahkan 2 tetes NaOH 0,1 N lalu
diamati warnanya. Flavonol dan flavon memberikan warna kuning, sedangkan kalkon dan auron memberikan warna merah hingga ungu. Sebanyak 1 ml ekstrak
etil asetat ditambahkan 3 tetes H
2
SO
4
lalu diamati warnanya. Flavonol dan falvon memberikan warna kuning, falvanonol memberikan warna jingga hingga krem,
dan kalkon memberikan warna krem hingga merah tua.
3.4.4 Pengukuran kadar glukosa darah Sugiwati 2005
Sampel darah diperoleh dari pembuluh vena di bagian ekor tikus. Ekor tikus terlebih dalulu dipijat searah ke ujung ekor dan dibersihkan dengan alkohol
70 vv, kemudian bagian ujung ekor ditusuk menggunakan lancet streril. Tetesan darah yang keluar diterapkan tepat pada ujung glucose test strip dan
darah harus memenuhi bagian bawah membran. Kadar glukosa darah dapat dibaca oleh alat glukosa meter secara digital.
3.5 Rancangan percobaan dan analisis data
Rancangan percobaan
yang digunakan
untuk menguji
aktivitas antihiperglikemik biomasa dan fikosianin dari Spirulina fusiformis terhadap kadar
glukosa darah tikus adalah rancangan acak lengkap RAL.
Model rancangannya adalah Steel dan Torrie 1993: Y ij = + τi + ε ij
Keterangan: Y ij
= Nilai pengamatan kadar glukosa darah pada taraf ke-i dan ulangan ke-j j=1,2,3,4,5
= Nilai tengah atau rataan umum pengamatan τi
= Pengaruh perbedaan dosis pada taraf ke-i i=1,2,3 ε ijk
= Galat atau sisa pengamatan taraf ke-i dengan ulangan ke-j Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan dosis yang diberikan secara oral
pada hewan uji. Perlakuan perbedaan dosis biomasa Spirulina fusiformis terdiri dari 4 taraf, yaitu N larutan sukrosa tanpa biomasa atau kontrol negatif,
P larutan sukrosa dengan penambahan obat acarbose atau kontrol positif, B1 larutan sukrosa dengan penambahan biomasa dosis 0,15 mgg BB tikus, dan
B2 larutan sukrosa dengan penambahan biomasa dosis 0,30 mgg BB tikus. Perlakuan perbedaan dosis juga dilakukan pada pemberian oral fikosianin
pada hewan uji. Taraf perlakuannya ada 4, meliputi N larutan sukrosa tanpa fikosianin atau kontrol negatif, P larutan sukrosa dengan penambahan obat
acarbose atau kontrol positif, F1 larutan sukrosa dengan penambahan fikosianin dosis 0,15 mgg BB tikus, dan F2 larutan sukrosa dengan penambahan
fikosianin dosis 0,30 mgg BB tikus. Data kadar glukosa darah tikus yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA
Analysis Of Variant menggunakan uji F. Pengolahan data kadar glukosa darah dilakukan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Science
SPSS 14.0 for Windows. Hipotesa terhadap data hasil uji aktivitas antihiperglikemik pada berbagai
dosis pemberian biomasa Spirulina fusiformis adalah sebagai berikut: H
o
= Perbedaan dosis biomasa Spirulina fusiformis tidak memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah tikus.
H
1
= Perbedaan dosis biomasa Spirulina fusiformis memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah tikus.
Hipotesa terhadap data hasil uji aktivitas antihiperglikemik pada berbagai dosis pemberian fikosianin Spirulina fusiformis adalah sebagai berikut:
H
o
= Perbedaan dosis fikosianin tidak memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah tikus.
H
1
= Perbedaan dosis fikosianin memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah tikus.
Jika uji F pada ANOVA memberikan pengaruh yang berbeda nyata tolak H terhadap kadar glukosa darah tikus maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan
Least Significant Difference LSD, dengan rumus Steel dan Torrie 1993: LSD = t
α
2 ; dbs
2 KTS �
Keterangan : KTS
= Kuadrat Tengah Sisa dbs
= Derajat bebas sisa r
= Banyaknya ulangan
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis