24
ekstrak lidah buaya sebagai immunogenic tidak berdampak negatif pada kondisi ikan. Menurut Kwang 1996 sejauh ini pemberian immunostimulan tidak
mempunyai efek samping. Gambar 8D menunjukkan bahwa nilai hematokrit setelah infeksi mengalami penurunan pada perlakuan kontrol positif dan perlakuan
dosis 10 ppt. Penurunan nilai hematokrit ini mengindikasikan bahwa tingkat infeksi pada perlakuan ini lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya
yang diuji tantang dengan bakteri A. hydrophila. Sesuai pendapat Wedemeyer dan Yasutake 1977, menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk
mengenai rendahnya kandungan protein, defisiensi vitamin atau ikan mendapatkan infeksi. Secara kualitatif, kadar hematokrit pada ikan kontrol positif
selalu lebih rendah dibanding dengan perlakuan uji lainnya mulai dari awal sampai dengan akhir perlakuan. Akan tetapi hanya berbeda nyata pada
pengamatan kadar hematokrit H3. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak lidah buaya pada pakan mampu mempercepat proses penyembuhan infeksi
yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila, dibanding ikan yang tidak diberikan tambahan ekstrak lidah buaya pada pakan kontrol positif.
Menurut Angka 2001, jumlah eritrosit ikan lele normal adalah 3,18 x 10
6
selml. Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh. Leukosit memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan jumlah leukosit ikan lele sehat
berkisar antara 20-150 x 10
3
selmm
3
Alamanda, 2006.
3.5 Pengamatan Organ Dalam
Hasil pengamatan organ dalam ikan lele pada akhir percobaan diketahui adanya perbedaan antara ikan perlakuan kontrol positif, kontrol negatif, perlakuan
dosis 10 ppt, 20 ppt, dan 40 ppt Gambar 9. Organ dalam yang diamati meliputi organ hati, limpa, empedu, dan ginjal. Pada organ limpa, tidak nampak perbedaan
yang mencolok. Perbedaan yang signifikan nampak pada organ hati, empedu, dan ginjal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa organ dalam pada perlakuan 10 ppt,
20 ppt, dan 40 ppt memiliki kondisi yang sama atau mendekati perlakuan kontrol negatif normal, yaitu hati berwarna merah kecoklatan dan empedu berwarna hijau
tua. Kelainan organ dalam dapat terlihat pada perlakuan kontrol positif, yaitu pada
25
organ hati dan empedu yang berwarna pucat kekuningan. Selain itu organ ginjal pada kontrol positif dan perlakuan dosis 10 ppt, tampak berwarna lebih pucat dan
membengkak. Menurut Angka 2001, A. hydrophila mampu mengeluarkan eksotoksin yang menyebabkan kerusakan pada organ target, yaitu hati dan ginjal
serta akan menimbulkan perubahan histopatologi pada organ tersebut. Kordi 2004 menambahkan bahwa serangan A. hydrophila dapat mengakibatkan pembengkakan
limpa dan ginjal.
Gambar 9. Organ dalam ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian imunostimulan lidah buaya 10 ppt, 20 ppt, 40 ppt, KN, KP pada
akhir percobaan keterangan : a = hati ; b = empedu ; c = ginjal ; d = limpa.
Aeromonas hydrophila yang patogen, diduga memproduksi faktor-faktor eksotoksin dan
endotoksin, yang sangat berpengaruh pada patogenitas bakteri ini. Menurut Angka 2001 toksin yag dihasilkan oleh A. hydrophila adalah
eksotoksin serta struktur dinding sel berupa fosfolipid dan karbohidrat lipopolysacharida yang dikenal sebagai endotoksin. Endotoksin dapat
menyebabkan radang, demam dan rejatan shock pada hewan inang. Endotoksin dilepaskan hanya bila sel dari bakteri tersebut hancur karena lisis. Karena itu,
umunya endotoksin hanya memegang peranan membantu dalam menyebarkan
20 ppt 40 ppt
10 ppt KN
KP
26
penyakit. Eksotoksin yang diproduksi oleh Aeromonas hydrophila meliputi hemolisin, protease, elastase, lipase, sitotoksin, enterotoksin, gelatinase,
kaseinase, lecithinase dan leucocidin. Hemolisin merupakan enzim yang mampu melisiskan sel-sel darah merah dan membebaskan hemoglobinnya. Protease
adalah enzim proteolitik yang berfungsi untuk melawan pertahanan tubuh inang untuk berkembangnya penyakit dan mengambil persediaan nutrient inang untuk
berkembangbiak. Perubahan warna hati dan empedu adalah karena pada masa infeksi, kerja
hati untuk menimbun zat-zat metabolik dan serta menetralkannya kembali menjadi meningkat. Karena kinerja hati yang meningkat itulah, pigmen warna
pada empedu juga mengalami peningkatan. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri A. hydrophila sebagai produk ekstraseluler merupakan racun bagi ikan yang dapat
menyebabkan perubahan warna dan struktur organ dalam organisme yang terinfeksi Lallier Daigneault, 1984. Perubahan warna cairan empedu
disebabkan karena adanya gangguan pada organ hati sehingga menghambat pembongkaran hemoglobin eritrosit menjadi hemin, Fe dan globin sehingga
produksi hemin sebagai zat asal warna empedu menurun Hafsah, 1994.
3.6 Kualitas air