3
II. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu pengadaptasian ikan terhadap lingkungan uji, penyediaan bakteri uji, pembuatan sediaan pakan
mengandung ekstrak lidah buaya, aplikasi pengobatan penyakit MAS dengan melakukan uji tantang dan uji in vivo skala laboratorium.
2.1 Pengadaptasian Ikan Uji
Ikan lele dumbo Clarias sp. yang digunakan berasal dari daerah Bogor berukuran 11-13 cm dengan bobot rata-rata antara 13-15 gram per ekor. Sebelum
dimasukan ke dalam akuarium, ikan terlebih dahulu direndam dalam larutan garam 30 ppt selama kurang lebih 2 menit untuk mereduksi patogen eksternal
yang melekat pada tubuh ikan. Setelah itu sebanyak masing-masing 7 ekor ikan dimasukan ke dalam 15 akuarium yang telah didesinfeksi. Ikan dipelihara selama
2 minggu sampai kondisinya benar-benar stabil dengan nafsu makan yang tinggi dan tidak terjadi kematian. Selama proses adaptasi, ikan diberi pakan komersil
sebanyak 2 kali sehari menggunakan metode at satiation.
2.2 Penyediaan Bakteri Uji
Bakteri A. hydrophila yang ditumbuhkan pada media Tripticase Soy Agar TSA berasal dari koleksi Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sebelum digunakan, bakteri tersebut diidentifikasi terlebih dahulu dengan metode
pewarnaan Gram dan serangkaian uji Biokimia yang terdiri dari uji OF, motilitas, katalase, oksidase, dan gelatin. Selanjutnya virulensi bakteri ditingkatkan dengan
melakukan Postulat Koch sebanyak 4 kali, sampai bakteri benar-benar virulen. Setelah itu bakteri disolasi dan dilakukan uji pewarnaan Gram serta uji biokimia
kembali, untuk memastikan bahwa bakteri hasil Postulat Koch merupakan bakteri A. hydrophila.
4
2.3 Pembuatan Sediaan Mengandung Ekstrak Lidah Buaya
Ekstrak lidah buaya yang digunakan untuk perlakuan berupa serbuk dan berasal dari Balai Tanaman Rempah dan Obat BALITRO, Cimanggu, Bogor.
Pembuatan campuran pakan dengan lidah buaya diawali dengan ditimbangnya lidah buaya bobot kering sesuai dengan dosis yang diperlukan: 0 gkg pakan
kontrol, 10 gkg dosis 10 ppt, 20 gkg dosis 20 ppt, dan 40 gkg dosis 40 ppt.
Langkah selanjutnya adalah ekstrak lidah buaya yang telah ditimbang dicampurkan dengan putih telur sebanyak 2 dari bobot pakan, dan diaduk
hingga merata pada sebuah mortar. Setelah itu sejumlah pakan yang sudah ditimbang sesuai dengan kebutuhan untuk masing-masing perlakuan dimasukan
ke dalam mortar, lalu diaduk merata dengan menggunakan sendok makan. Pakan yang telah tercampur merata dengan ekstrak lidah buaya selanjutnya
dikeringudarakan, dan dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu -20
o
C. Pakan tersebut telah siap digunakan.
2.4 Aplikasi Imunostimulan Ekstrak Lidah Buaya dalam Pakan untuk Mengobati Penyakit MAS secara Uji tantang dan in vivo
Ikan yang telah melalui proses adaptasi kemudian diseleksi menjadi 5 ekor per akuarium untuk perlakuan. Ikan selanjutnya diuji tantang dan ditagging. Pada
saat uji tantang, perlakuan kontrol negatif diinjeksi dengan Posphate Buffered Saline PBS Lampiran 3 sebanyak 0,1 ml, sedangkan untuk perlakuan kontrol
positif dan perlakuan dosis ekstrak lidah buaya 10 ppt, 20 ppt, dan 40 ppt diinjeksi dengan bakteri A. hydrophila hasil Postulat Koch dengan dosis 10
8
cfuml sebanyak 0,1 ml yang mengacu pada hasil LD
50
Faridah, 2010. Tagging dilakukan dengan cara melubangi sirip ikan menggunakan besi panas. Jumlah dan
letak lubang disesuaikan dengan penomoran ikan yang mengacu pada kurniawan 2010 Lampiran 2. Pemberian pakan perlakuan dimulai 1 hari setelah ikan diuji
tantang. Frekuensi pemberian pakan diberikan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari dengan metode at satiation. Jumlah pakan yang
dikonsumsi dicatat dengan cara menghitung selisih bobot pakan awal dengan sisa
5
pakan. Pemberian pakan perlakuan dilakukan sampai 7 hari pasca uji tantang, dan diamati selama 7 hari pasca uji tantang.
2.5 Parameter yang Diamati