13
Keterangan, data rerata bobot ± SD pada waktu pengamatan yang sama dengan huruf berbeda menunjukkan perbedaan hasil yang nyata p0,05
Gambar 1. Perubahan bobot ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian ekstrak lidah buaya 10 ppt, 20 ppt, 40 ppt, KN, dan KP pada awal
dan akhir percobaan .
3.3 Gejala Klinis dan Survival rate SR Ikan
Gejala klinis yang teramati pada setiap perlakuan secara umum menunjukkan gejala yang serupa pada waktu pengamatan yang sama Gambar 2,
3, 4, 5, dan 6. Skoring diberikan sesuai dengan tingkat kerusakan klinis yang terjadi pada permukaan tubuh ikan. Semakin parah kerusakan klinis, maka
skornya akan semakin tinggi. Gejala klinis yang muncul pada perlakuan dosis dan kontrol positif berupa hemoragi, radang, nekrosis, dan tukak dengan panjang
yang berbeda-beda pada setiap ikan. Pada ikan kontrol negatif tidak terjadi kelainan gejala klinis. Hal ini dikarenakan ikan lele kontrol negatif diinjeksi
dengan cairan PBS.
14
Gambar 2. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele kontrol negatif. H1 pasca uji tantang
Normal
H3 pasca uji tantang Normal
H5 pasca uji tantang Normal
Kontrol Negatif
H7 pasca uji tantang Normal
15
Gambar 3. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele kontrol positif. H1 pasca uji tantang
Radang dan hemoragi
H2 pasca uji tantang Hemoragi dan nekrosis
H3 pasca uji tantang Tukak
H4 pasca uji tantang Ikan mengalami kematian
Kontrol Positif
16
Gambar 4. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele perlakuan dosis ekstrak lidah buaya 10 ppt.
H1 pasca uji tantang Radang dan Hemoragi
H3 pasca uji tantang Tukak
H5 pasca uji tantang Tukak mengecil
H7 pasca uji tantang Tukak semakin mengecil
Perlakuan 10 ppt
17
Gambar 5. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele perlakuan dosis ekstrak lidah buaya 20 ppt.
H1 pasca uji tantang Hemoragi dan Nekrosis
H3 pasca uji tantang Tukak
H5 pasca uji tantang Tukak mengecil
H7 pasca uji tantang Sembuh
Perlakuan 20 ppt
18
Gambar 6. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele perlakuan dosis ekstrak lidah buaya 40 ppt.
H1 pasca uji tantang Hemoragi dan nekrosis
H3 pasca uji tantang Tukak
H5 pasca uji tantang Tukak mengecil
H7 pasca uji tantang Sembuh
Perlakuan 40 ppt
19
Enzim-enzim ekotoksin dari A. hydrophila seperti protease dan elastase diduga menyebabkan kerusakan pada permukaan tubuh yang terinfeksi, karena
pada jaringan otot dan saluran pembuluh darah terdapat banyak kandungan protein. Ketika terjadi kerusakan pada pembuluh darah akibat eksotoksin, maka
darah akan keluar dari pembuluh darah dan terjadilah hemoragi pada permukaan tubuh. Efek eksotoksin yang berkelanjutan akan menyebabkan semakin banyak
sel-sel pada jaringan otot mati, sehingga akan nampak gejala klinis berupa nekrosis pada permukaan tubuh.
Rendahnya jumlah kematian ikan Gambar 7 dan terjadinya penyembuhan luka pada perlakuan pemberian dosis ekstrak lidah buaya 10 ppt, 20 ppt, dan 40
ppt menunjukan bahwa lidah buaya memiliki kemampuan untuk meningkatkan imunitas pada ikan dan mempercepat penyembuhan luka.
Menurut Morsy 1991, kadar protein dalam lidah buaya secara kualitatif kaya akan asam amino esensial.
Seperti diketahui, bahwa protein dalam tubuh berperan untuk pembentukan jaringan baru dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Rostita 2008
menegaskan bahwa lidah buaya dapat berfungsi sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan mampu menstimulasi kekebalan tubuh. Kemampuan ekstrak lidah
buaya sebagai anti bakteri dan sebagai immunostimulan akan mampu menurunkan aktifitas bakteri A. hydrophila, sehingga daya infeksinya semakin rendah. Kondisi
seperti ini akan membantu mempercepat proses pemulihan pada bagian tubuh yang mengalami kelainan klinis, sehingga terjadi penyembuhan luka.
20
Gambar 7. Tingkat kelangsungan hidup perlakuan kontrol negatif, kontrol positif, dan pemberian ekstrak lidah buaya 10 ppt, 20 ppt, 40 ppt, selama
masa perlakuan.
Kematian ikan uji perlakuan 40 ppt lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, dan berbeda nyata P0,05 dengan kontrol positif dan
perlakuan dosis 10 ppt dan 20 ppt, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol negatif. Perlakuan 10 ppt dan 20 ppt menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata P0,05 satu sama lain Lampiran 7. Tingkat kelangsungan hidup SR ikan uji yang diberikan dosis perlakuan
10 ppt, 20 ppt, dan 40 ppt berturut-turut adalah 60,00 ± 0,00, 60,00 ± 0,00, dan 90,00 ± 14.14. Pada perlakuan kontrol positif tingkat kelangsungan hidup
hanya sebesar 40,00 ± 0,00, sedangkan pada kontrol negatif tingkat kelangsungan hidup mencapai 80,00 ± 0,00. Perlakuan kontrol positif
memilki tingkat kelangsungan hidup terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sedangkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi adalah pada perlakuan
dosis 40 ppt. Tingginya tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan dosis 40 ppt menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya efektif dalam mengobati infeksi dan
menekan angka mortalitas ikan yang diakibatkan oleh serangan bakteri A. hydrophila.
21
Rendahnya tingkat kelangsungan hidup ikan pada kontrol positif diduga karena pakan yang diberikan tidak ditambahkan dengan ekstrak lidah buaya,
sehingga manfaat ekstrak lidah buaya yang dapat meningkatkan sistem imun tidak terjadi pada ikan kontrol positif. Hal ini mengakibatkan ikan kontrol positif
menjadi lebih rentan terhadap penyakit MAS dan laju penyembuhan lukanya lambat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ekstrak lidah buaya mampu
meningkatkan sistem imun ikan, seperti yang terjadi pada ikan yang diberikan pakan dengan campuran ekstrak lidah buaya.
3.4 Hematologi Ikan