kepada pihak investor untuk diinvestasikan kepada issuer dengan pengharapan atas laba yang dibagikan dividen, sedangkan untuk pihak issuer mendapatkan
dana segar dari investor yang bisa dipergunakan untuk kepentingan operasi perusahaan. Adapun pasar modal memiliki fungsi keuangan karena keberadaan
pasar modal diharapkan kegiatan dan aktivitas perekenomian menjadi lebih meningkat,dimana pasar modal menjadi tempat pendanaan bagi perusahaan untuk
beroperasi lebih besar lagi dan hasilnya untuk mensejahterakan masyarakat luas. Dalam pasar modal terdapat surat berharga atau efek yang dapat
diperjualbelikan di bursa. Adapun instrumen pasar modal tersebut antara lain saham, obligasi, dan lain-lain.
a. Saham
Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka manfaat
yang diperolehnya diantaranya sebagai berikut : 1. Dividen adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemilik saham, 2. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga
belinya, 3. Manfaat non–finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan
memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Dalam bursa efek yang memperjualbelikan berbagai saham terdiri dari dua
jenis, yaitu saham biasa common stock dan preferen preferred stock. Saham biasa merupakan salah satu jenis efek yang paling banyak diperdagangkan di
pasar modal. Bahkan saat ini dengan semakin banyaknya emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek perdagangan saham semakin marak dan
menarik para investor untuk terjun dalam jual beli saham. Saham biasa merupakan
saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh keuntungan.
Saham preference merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan dividen
dan atau bagian kekayaan pada saat perusahaan di likuidasi lebih dahulu dari saham biasa, disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul
pencalonan direksi komisaris.
b. Obligasi
Menurut Sawidji 2009, obligasi adalah surat berharga dalam bentuk kontrak antara pembeli pinjaman dengan yang diberi pinjaman. Jadi, surat
berharga obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada yang diberi pinjaman melalui sebuah
kontrak dan akibat adanya kontrak tersebut. Pemberi pinjaman memiliki hak untuk dibayar kembali pada waktu tertentu dan dengan jumlah tertentu pula.
Obligasi sendiri dibedakan menurut penerbitnya, antara lain : 1. Obligasi Negara,
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Pemerintah Indonesia sendiri memperdagangkan obligasi di BEI antara lain : obligasi negara seri Fixet rate,
seri variable rate dan seri zero coupon serta obligasi negara ritel dan yang paling tinggi diperdagangkan adalah seri Fixet rate, seri variable rate.
2. Obligasi Perusahaan Corporate bond,
Obligasi yang diterbitkan pihak swasta dan ditawarkan dalam bentuk mata uang Rupiah dan dolar Amerika.
2.1.2. Bursa Efek
Bursa Efek adalah suatu system convenant yang terorganisir dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual efek pihak defisit dana dengan
pembeli efek pihak yang surplus dana secara langsung atau melalui wakil- wakilnya. Menurut Husnan 1998, di dalam bukunya ia menjelaskan bahwa
bursa efek adalah perusahaan yang jasa utamanya adalah menyelanggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder. Dalam undang-undang yang
mengatur tentang pasar modal nomor 8 tahun 1995 menjelaskan pengertian bursa efek, yaitu pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak yang lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Saat ini bursa efek yang tersedia di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia BEI. Pemegang saham bursa efek itu sendiri adalah perusahaan efek yang telah
memperoleh izin usaha sebagai perantara pedagang efek. Sebagai fasilitator bursa efek mempunyai tugas yang harus dilakukan kepada calon investor agar dapat
menjadikan bursa efek lebih dikenal oleh publik, yaitu : 1. Menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien,
2. Menyediakan sarana pendukung serta mengawasi kegiatan anggota bursa efek, 3. Menyusun rancangan anggaran tahunan dan penggunaan laba bursa efek, dan
melaporkannya kepada Bapepam,
4. Mengupayakan likuiditas isntrumen yaitu mengalirkan dana secara cepat pada efek-efek yang dijual,
5. Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat 6. Memasyarakatkan pasar modal untuk menarik investor dan perusahaan yang
go pubic ,
7. Menciptakan instrumen dan jasa baru.
2.1.3. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta
BEJ. IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ. Indeks ini mencakup pergerakan harga
seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Indeks inilah yang paling banyak digunakan dan dipakai sebagai acuan tentang perkembangan
kegiatan di pasar modal dan juga digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penuruan.
Untuk perhitungan Indeks Harga Saham secara umum, ada rumusan dasar yang dikenal dengan nama Weighted Average. Rumus dasar penghitunganya
adalah : IHSG
∑ P
X
Q ∑ N
dimana ; P = harga penutupan saham di pasar reguler,
Q = bobot saham jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
Nd = nilai dasar, yaitu nilai yang dibentuk berdasarkan jumlah saham yang tercatat di BEI yang masuk dalam daftar penghitungan indeks.
Nilai dasar bisa berubah jika ada aksi korporasi yang menyebabkan jumlah saham berkurang atau bertambah. Sederhananya, setiap saham dihitung terlebih
dahulu kapitalisasi pasar, kemudian dijumlahkan seluruh kapitalisasi pasar per saham atas saham-saham yang diperhitungkan dalam indeks, lalu dibagi dengan
nilai dasar, kemudian dikalikan dengan 100. Jika kapitalisasi pasar per saham yang di total ini berbeda dengan nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI, itu
dikarenakan ada saham-saham yang tidak perhitungkan dalam penghitungan indeks. Saham-saham yang tidak diperhitungkan ini menjadi rahasia BEI. Pihak
BEI memiliki kriteria sendiri atas saham-saham yang bisa dimasukkan dalam penghitungan IHSG. Jadi bisa dikatakan, IHSG merupakan nilai representatif atas
rata-rata harga seluruh saham di BEI berdasarkan jumlah saham tercatat. Itulah alasan disebut sebagai Weightened Average nilai harga rata-rata terhadap bobot
atau jumlah saham.
2.1.4. Indeks Sektoral
Indeks sektoral Bursa Efek Jakarta BEI adalah sub indeks dari Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Semua saham yang tercatat di BEI di
klasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA Jakarta Industrial Classification. Ke
sembilan sektor tersebut adalah :
1. Sektor-sektor Primer Ekstraktif a. Sektor 1 : Pertanian
b. Sektor 2 : Pertambangan 2. Sektor-sektor Sekunder Industri Pengolahan Manufaktur
a. Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia b. Sektor 4 : Aneka Industri
c. Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi 3. Sektor-sektor Tersier Industri Jasa Non-manufaktur
a. Sektor 6 : Properti dan Real Estate b. Sektor 7 : Transportasi dan Infrastruktur
c. Sektor 8 : Keuangan d. Sektor 9 : Perdagangan, Jasa dan Investasi
Selain sembilan sektor tersebut di atas, BEI juga menghitung Indeks Industri Manufaktur Industri Pengolahan yang merupakan gabungan dari saham-
saham yang terklasifikasikan dalam sektor 3, sektor 4 dan sektor 5. Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks
adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995. www.vibiznews.com, 12 April 2011
2.1.5. Return dan Volatilitas Saham
Ang 1997 mengatakan bahwa return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukan. Return saham
memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada
tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pun memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham.
Jogiyanto 1998 menjelaskan bahwa terdapat dua unsur pokok return total saham, yaitu capital gain dan yield. Capital gain merupakan hasil yang
diperoleh dari selisih antara harga pembelian kurs beli dengan harga penjualan kurs jual. Artinya jika kurs beli lebih kecil dari pada kurs jual maka investor
dikatakan memperoleh capital gain, dan sebaliknya disebut dengan capital loss. Yield
merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase dividen
terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode
sebelumnya. Dengan demikian return total dapat dinyatakan sebagai berikut;
Dalam penelitian ini, return saham yang dimaksud adalah capital gain atau capital loss yang didefinisikan sebagi selisih dari harga investasi sekarang
relatif dengan harga periode yang lalu. Berdasarkan definisi tersebut, return saham dapat dicari dengan rumus sebagai berikut;
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang
dihadapinya. Return saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka
dealer tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum saham tersebut
diperdagangkan. Definisi volatilitas itu sendiri adalah kecepatan naik turunnya return
sebuah reksadana. Volatilitas tidak hanya terbatas pada reksadana, tetapi juga seluruh instrumen investasi, baik saham, emas, obligasi atau instrumen-instrumen
lainnya. Semakin tinggi volatilitasnya, maka kepastian return suatu reksadana semakin rendah, akan tetapi umumnya, dimana semakin tinggi volatilitas, nilai
return akan semakin tinggi. Untuk volatilitas yang rendah menunjukkan
kestabilan nilai return, akan tetapi umumnya nilai return tidak terlalu tinggi.
2.1.6. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah suku bunga yang diukur dari pergerakan yield obligasi pemerintah. Yield obligasi itu
sendiri adalah hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi dan dinyatakan dalam persentase.
Ada tiga ukuran yield obligasi yang sering digunakan oleh para dealer dan portfolio manager
yaitu; 1 yield sekarang current yield, 2 yield sampai jatuh tempo yield to maturity, dan 3 yield to call yield untuk membeli kembali.
Ketiga yield ini sering dipergunakan untuk menentukan pemilihan obligasi masuk dalam portofolio para manajer investasi atau pihak lain dalam rangka untuk
membeli obligasi. Untuk currrent yield adalah yield yang dihitung berdasarkan jumlah kupon yang diterima selama satu tahun terhadap harga obligasi tersebut.
Sementara itu yield to maturity YTM menurut Tandelilin, 2001 adalah tingkat pengembalian atau pendapatan yang akan diperoleh investor apabila memiliki
obligasi sampai jatuh tempo, dan Yield to call itu sendiri adalah ukuran tingkat return
yang akan diterima investor jika membeli obligasi callable bond pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga waktu obligasi tersebut
di-call.
2.1.7. Nilai Tukar Uang Kurs
Nilai tukar suatu mata uang sebenarnya adalah ‘harga’ mata uang suatu negara terhadap negara asing lainnya, sedangkan nilai tukar rupiah adalah harga
rupiah terhadap mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS, nilai tukar rupiah terhadap yen, dan lain sebagainya. Nilai tukar mata
uang ini bersifat stabil dan bisa labil atau terlalu bergerak naik atau turun. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke
dalam mata uang negara lain. Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis
yakni Dornbusch dan Fischer, 1992: a. Selling Rate kurs jual yakni kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu, b. Middle Rate kurs tengah adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh bank sentral pada suatu saat tertentu,
c. Buying Rate kurs beli adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu,
d. Flat Rate kurs flat adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes
dan traveller chaque, dimana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainya.
Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan
maupun variabel-variabel makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan
pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjualbelikan terhadap mata uang
domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang.
Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh
pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan penawaran dan
permintaan di dalam pasar market mechanism dan umumnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu:
a. Depresiasi depreciation adalah penurunan harga mata uang nasional berbagai terhadap mata uang asing lainya, yang terjadi karena tarik
menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar market mechanism
, b. Appresiasi appreciation adalah peningkatan harga mata uang nasional
terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik
menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar market mechanism
, c. Devaluasi devaluation, adalah penurunan harga mata uang nasional
terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara,
d. Revaluasi revaluation, adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh
pemerintah suatu negara.
2.2. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian sebelumnya telah dikaji hubungan antara nilai tukar dan tingkat suku bunga terhadap pasar saham di berbagai negara dan sejalan dengan
penelitan ini menggunakan metode GARCH. Penelitian yang dilakukan oleh Gulin, ddk. 2008 mengkaji mengenai hubungan nilai tukar dan suku bunga yaitu,
yield obligasi, terhadap return dan volatilitas indeks harga saham gabungan dan
tiap sektor, antara lain; teknologi, industri, finansial, dan service di Bursa Saham Istambul ISE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return dari saham indeks
saham gabungan dan tiap sektor keseluruhan berpengaruh signifikan negatif terhadap suku bunga yield dan untuk nilai tukar, hanya return saham sektor
service yang berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai tukar. Selain itu, untuk
pengaruh nilai tukar terhadap volatilitas indeks saham berpengaruh signifikan positif pada semua sektor, kecuali sektor teknologi. Mengenai pengaruh suku
bunga terhadap volatilitas return tiap sektor, yang signifikan antara lain; sektor tekhnologi, finansial dan indeks komposit.
Aloui 2006 dalam penelitiannya mengeksplorasi sifat dari mean, volatilitas dan mekanisme transmisi kausalitas antara pasar saham dan mata uang
untuk Amerika Serikat dan beberapa pasar Eropa untuk periode sebelum dan pasca-Euro. Dalam penelitianya, ia menggunakan model perpanjangan multivariat
EGARCH untuk menjelaskan mekanisme transmisi volatilitas asimetris. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara asimetris dalam jangka panjang terdapat
pengaruh signifikan pada volatilitas dan menunjukkan bukti-bukti kuat kausalitas di mean dan variance, antara nilai tukar dan harga saham untuk periode sebelum
dan pasca-Euro. Jayasinghe dan Tsui 2007 memeriksa fluktuasi nilai tukar dari tingkat
return dan volatilitas pada sektor saham. Dalam penelitiannya, mereka
menggunakan model GJR-GARCH untuk melihat pengaruh nilai tukar di indeks sektor di negara industri Jepang. Berdasarkan data sampel dari empat belas sektor,
terbukti signifikan ditemukanya pengembalian return dan volatilitas bersyarat asimetris dari nilai tukar.
Hyde 2007 menginvestigasi respon return saham sektor industri terhadap pasar, nilai tukar dan suku bunga. Dalam penelitianya ia menfokuskan pada return
saham sektor industri, guncangan nilai tukar dan suku bunga di empat negara terbesar di Eropa yaitu Perancis, Jerman, Italia dan Inggris. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa signifkan di level pada resiko nilai tukar di keempat negara dan risiko suku bunga signifikan di Perancis dan Jerman.
Selain itu, Raghavan dan Dark 2008 menggunakan Vektor Autoregressive GARCH VAR-GARCH untuk memeriksa kembali efek
volatilitas dan return nilai tukar dolar ASAustralia di seluruh Australia Ordinaries Index AOI. Dalam tulisan penelitianNya, mereka menemukan bukti
pengembalian searah dan efek spillover volatilitas USDAUD ke AOI.
2.3. Kerangka Penelitian