Diagnosa TBC Tuberkulosis Paru

udara dalam bentuk droplet atau percikan dahak. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup, ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung bagian-bagian tubuh lainnya Alsagaff, 2005. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat kuman, maka penderita tersebut dianggap tidak menular Dep.KesRI, 2002. Sesuai dengan sifat proses perkembangan penyakit TB yang menular melalui pereikan sputum atau infeksi melalui debu, maka paru adalah organ yang pada umurnya pertama kali berhubungan dengan kuman TB. Sebagai produk mekanisme pertahanan paru, sputum merupakan bahan yang menjadi patokan dalam penatalaksanaan penyakit TB secara luas Faizal, dkk., 1992. Pemeriksaan bakteriologik sputum TB sekalipun sederhana dan murah dewasa ini masih kurang disadari.arti dan manfaatnya.

2.6.4 Diagnosa TBC Tuberkulosis Paru

Diagnosa penyakit TBC Paru dapat dilakukan dengan cars 1.Pemeriksaan Dahak Mikroskopis 2. Pemeriksaan Foto Toraks

1. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Universitas Sumatera Utara Penemuan basil tahan asam BTA merupakan suatu alat penentu yang arnat penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen hasilnya positif Dep.Kes RI, 2002. Tujuan pemeriksaan dahak adalah untuk menegakkan diagnosis dan menentukan klasifikasitipe penyakit, menilai kemajuan pengobatan dan untuk menentukan tingkat penularan. Pemeriksaan dilakukan pada penderita Tuberkulosis Paru dan suspek Tuberkulosis. Pengambilan spesimen dahak yaitu : Dep.Kes RI, 2002 a. S Sewaktu : dahak dikumpulkan pada saat suspek datang berkunjung pertarma kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak hari kedua. b.P Pagi : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK Unit Pelayanan Kesehatan. c.S Sewaktu : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, Tuberkulosis Paru dibagi dalam : a. Tuberkulosis Paru BTA Positif i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif. ii. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif Universitas Sumatera Utara Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif ditentukan oleh dokter, selanjutnya dibagi menjadi bentuk berat dan ringan tergantung pada gambaran luas kerusakan paru pada foto rontgen dan melihat kepada keadaan Harus penderita yang buruk. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai 2.Pemeriksaan Foto Toraks Tidak dibenarkan mendiagnosa penyakit TBC Paru hanya dengan berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TBC Paru Din.Kes Provinsi SU, 2007. Indikasi pemeriksaan foto toraks adalah sebagai berikut : 1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif 2. Mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus Din.Kes Provinsi SU, 2007.

2.6.5 Gejala TBC Tuberkulosis Paru

Gambaran klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi atas dua golongan, yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik Faizal, dkk.,1992.

A. Gejala Respiratorik Gejala Respiratorik seperti

1. Batuk Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 tiga minggu atau, lebih. Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus dan terjadi iritasi. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif yang berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan. Universitas Sumatera Utara 2.Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulenkuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian dapat bercampur dengan darah. 3. Batuk darah Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang sangat banyak. Kehilangan darah yang banyak kadang akan mengakibatkan kematian yang cepat. 4. Sesak Nafas Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang cukup luas atau pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi tuberkulosis paru. 5. Nyeri Dada Nyeri kadang berupa, nyeri menetap yang ringan. Kadang-kadang lebih sakit sewaktu menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan otot karena batuk Faizal, dkk.,1992.

B. Gejala Sistemik

Gejala sistemik merupakan gejala selain gejala respiratorik yang dijumpai pada penderita tuberkulosis paru antara lain badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan malatse, berkeringat pada malam hari walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Setiap penderita yang mempunyai gejala tersebut diatas disebut sebagai suspek tuberkulosis atau tersangka penderita TBC Tuberkulosis Paru perlu mendapat pemeriksaan secara mikroskopis langsung. Universitas Sumatera Utara Bila menderita satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut di atas, dapat memeriksakan diri ke Puskesmas, Balat pengobatan, klinik PPTI setempat, Dokter Umum atau Dokter spesialis paru PPTI, 1999.

2.6.6 Tipe Penderita TBC Tuberculosis Paru

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pende rita yaitu: Dep.Kes RI, 2002 a. Kasus Baru Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 30 dosis harian. b. Kambuh Relaps Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif c. Pindahan Transfer In Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten tersebut. Penderita pindahan tersebut harus membawa Surat rujukanpindah Form TB. 09. d. Setelah Lalat Pengobatan setelah defaultdrop out Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif e. Lain-lain 1. Gagal Universitas Sumatera Utara Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih. Adalah penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhiri bulan ke 2 pengobatan. 2. Kasus Kroni Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 Faizal, dkk., 1992.

2.6.7 Riwayat Terjadinya Tuberkulosis. 1. Infeksi Primer

Tuberkulosis paru primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pemah mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap basil tersebut. Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Kelanjutan dari infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh imunitas seluler. Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis. Meskipun demikian, ada beberapa, kuman akan menetap sebagai kuman persivten atau dormant tidur. Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar Universitas Sumatera Utara 6 bulan Dep.Kes RI, 2002.

2. Tuberkulosis Pasca Primer Post Primary TBQ

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah tuberkulosis primer. Infeksi dapat berasal dari luar eksogen yaitu infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis, infeksi dari dalam endogeny yaitu infeksi berasal dari basil yang sudah ada dalam tubuh, merupakan proses lama yang pada mulanya, tenang dan oleh suatu keadaan menjadi aktif kembali, misalnya karena daya, tahan tubuh yang menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk Dep.Kes RI, 2002.

2.6.8 Faktor Determinan Penyakit Tuberkulosis 1. Host

a. Umur Sebagian besar masuknya TB pada anak tidak menimbulkan penyakit tetapi tetap tinggal dalam paru sampai anak menjadi dewasa. Pada negara berkembang cenderung terjadi pada kelompok umur produktif 15-50 tahun, hal ini disebabkan karena orang pada usia produktif mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga untuk terpapar kuman Tuberkulosis lebih besar Crofton, 2002. b. Jenis Kelamin Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung terkena TB Paru dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki mobilitas yang tinggi, selain itu adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena TB Paru Crofton, 2002. c. Nutrisi dan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara Keadaan malnutrisi akan mempermudah terjadinya penyakit TB Paru Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak Crofton, 2002. d. Faktor Toksik Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, selain itu obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan juga dapat menurunkan kekebalan tubuh Crofton, 2002. e. Penyakit lain Pada beberapa negara, infeksi HIVAIDS Sering ditemukan bersamaan dengan penyakit Tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena rusaknya sistem pertahanan tubuh Crofton, 2002.

2. Agent

Tuberkulosis Paru disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Untuk dapat mempengaruhi seseorang menjadi sakit tergantung dari : 1. Jumlah basil sebagai penyebab infeksi yang mencukupi 2. Virulensi yang tinggi dari basil Tuberkulosis.

3. Lingkungan

Lingkungan yang buruk, misalnya pemukiman yang padat dan kumuh, rumah yang lembab, gelap dan kamar tanpa ventilasi serta Lingkungan kerja yang jelek akan mempermudah penularan infeksi TB Paru. Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014

17 158 133

Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe

7 97 94

Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe

12 147 94

Pengaruh Pengawasan Dan Kepatuhan Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Sakit Umum Daerah Kisaran

19 151 144

Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi Tahun 2004-2008

1 34 92

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD) PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PARU JEMBER

14 90 168

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG.

2 6 36

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

0 0 18

Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pada Tahun 2012

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku - Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pa

0 0 21