BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisms makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulal dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karma mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dan
yang dimaksud dengan perilaku pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain
berbicara, berjalan, menangis, tertawa, bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
perilaku adalah sernua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2003.
Green yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, Green mencoba menganalisis prilaku manusia dari tingkat kesehatan seseorang ,atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku behavior causes dan faktor dari luar perilaku non behavior causes selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor: a. Faktor Predisposisi predisposing factor yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan,nilai-nilai dan sebagainya. b. Faktor Pendukung enabling fakcor yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Faktor Pendorong reinforcing factor yang terwujud dalam sikap, dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat Notoatmodjo, 2003 Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosa perilaku adalah konsep
dari Green yaitu perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, seperti berikut :
Keturunan Pelayanan kesehatan
Status kesehatan Lingkungan
Perilaku
Proses pertumbuhan
Hubungan status kesehatan dan perilaku
2.2 Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
2.2.1 Pengetahuan Knowledge
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tabu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera. penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mats dan telinga Notoatmodjo, 2003.
Predisposing factor Pengetahuan, sikap,
Kepercayaan, tradisi, nilai, dsb.
Reinforcing Factor Sikap dan perilaku,
petugas Enabling Factor
Ketersediaan sumber fasilitas
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Pengetahuan yang tercakup
dalam Domain Kognitif mempunyai enam 6 tingkatan, yaitu 1. Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi, yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami conferhension Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari dari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4. Analisis analisys
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu, objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sarna, lain. 5. Sintetis sintetys
Sintetis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
Universitas Sumatera Utara
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada
Notoatmodjo, 2003.
2.2.2 Sikap Attitude
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah
laku yang terbuka Notoatmodjo, 2003. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yaitu. 1. Menerima receiving
Menerima diartikan bahwa orang subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek, misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespons responding
Merespon artinya memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu yang indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai valuating Menghargai diartikan mengajak orang lain untuk menger akan atau
mendiskusikan suatu masalah, merupakan indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi Notoatmodjo,
2003. Fungsi sikap dibagi dalam empat golongan, yaitu :
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu
yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan bersama
biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara
orang dengan kelompoknya atau dengan kelompok lain. Oleh karena itu anggota-angola kelompok yang mengambil sikap sama terhadap objek tertentu
dapat meramalkan tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya. 2. Sebagai alat pengatur waktu
Tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya perangsang itu pada umurnya tidak diberi reaksi spontan, akan tetapi terdapat
adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang tersebut. Antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkan yaitu sesuatu yang
berwujud pertimbangan atau penilaian terhadap perangsang tersebut bukanlah hal yang dapat berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya
dengan cita-cita sesorang, tujuan hidup, peraturan-peraturan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan sesorang, dan lain sebagainya.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman Manusia di dalam menerima pengalaman dan dunia luar, sikapnya tidak
pasif tetapi menerima secara aktif artinya bahwa semua pengalaman yang berasal dari luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi harus memilih
mana yang perlu dan mana yang tidak perlu, jadi semua pengalam tersebut diberi nilai, kemudian dipilih. Pemilihan tersebut ditentukan atas tinjauan
apakah pengalaman tersebut mempunyai arti baginya atau tidak. Manusia setiap saat mengadakan pilihan pilihan. Tanpa pengalaman tidak ada keputusan
dan tidak dapat melakukan perbuatan. Apabila manusia tidak dapat memilih ketentuan ketentuan dengan pasti akan terjadi kekacauan.
4. Sebagai pernyataan kepribadian Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini sebabnya sikap tidak
pernah terpisah dari kepribadian yang mendukungnya. Dengan melihat sikap- sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang
tersebut Ahmadi, 1991.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Tindakan Practice
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan support dari pihak-
pihak lain. Selanjutnya tingkat-tingkat tindakan secara teoritis adalah :
1. Persepsi perception, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama. 2. Respon terpimpin guided respons, dalam melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar, sesuai dengan contoh adalah merupakan praktik indikator tingkat dua.
3. Mekanisme mechanism, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasan
maka is sudah mencapai praktik tingkat ketiga. 4. Adaptasi adaptation, merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang
baik, artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut Notoatmodjo, 2003.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
atau beberapa bulan yang lalu, pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responder.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang organisms terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman Berta lingkungan, atau reaksi manusia baik bersifat pasif maupun bersifat aktif Dengan demikian perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Health Maintenance ini terdiri dari 3
aspek : a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan Health promotion
behavior b. Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit Health prevention
behavior c. Perilaku terhadap gizi makanan dan minuman Health nutrition behavior
2. Perilaku pencarian pengobatan Health seeking behavior 3. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan Environmental health behavior
Menurut pendapat Sadli 1982 dikutip oleh Notoatmodjo 2003, menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan sosial yang. Saling
mempengaruhi, yakni : 1. Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang erat
kaitannya dengan lingkungan. 2. Lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan. 3. Lingkungan terbatas, tradisi, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Lingkungan umum, kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.
2.4 Konsep Kepatuhan