2. Kualitas interaksi Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan
bagian yang penting dalam menentukan derajad kesehatan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan bersikap ramah dan memberikan informasi dengan singkat
dan jelas. 3. Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan
program pengobatan yang dapat mereka terima. 4. Motivasi
Motivasi dapat diperoleh dari diri sendiri, keluarga, teman, petugas kesehatan, dan lingkungan sekitarnya.
5. Pengetahuan Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin besar
kemungkinan untuk patuh pada suatu program pengobatan.
2.5 Konsep Sehat-Sakit
Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas
kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medic yang objektif berdasarkan symptom yang tampak gone mendiagnosa kondisi fisik seseorang
individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang Sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-
kadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab die tidak merasa mengidap penyakit. Atau jika si individu merasa,
Universitas Sumatera Utara
bahwa penyakitnya itu disebabkan oleh makhluk halus, maka is akan memilih untuk berobat pada. orang pandai yang dianggap mampu mengusir makhluk
halos tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang Sarwono, 1997.
2.6 Penyakit TBC
Tuberkulosis Paru 2.6.1
Defenisi
TBC Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mycobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu
penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting setelah penyakit malaria.
Sebagian besar basil Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui udara yang terhirup, dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal
sebagai fokus primer dari Ghon. Pada stadium permulaan, setelah pembentukan fokus primer, akan terjadi beberapa kemungkinan
1. Penyebaran bronkogen 2. Penyebaran limfogen
3. Penyebaran hematogen Keadaan ini hanya berlangsung beberapa saat. Penyebaran akan berhenti
bila jumlah kuman yang masuk sedikit dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik terhadap hasil tuberkulosis. Tetapi bila jumlah basil tuberkulosis yang
masuk ke dalam saluran pernapasan cukup banyak, maka akan terjadi tuberkulosis milier atau tuberkulosis meningitis Alsagaff, 2005.
2.6.2 Penyebab Penyakit TBC Paru
Kumar, Mycobacterium
tuberculosis sebagai kuman penyebab
Universitas Sumatera Utara
Tuberkulosis Para ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882, adalah suatu basil yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam BTA. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang bersifat aerob, panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron.
Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37°C yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada
suhu kamar dan dalam ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati terkena sinar matahari langsung sinar ultraviolet, dalam jaringan tubuh kuman ini
bersifat dormant tertidur lama selama beberapa tahun dan dapat kembali aktif jika mekanisme pertahanan tubuh lemah Alsagaff, 2005.
2.6.3 Penyebaran Kuman TBC Paru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah 1. Harus ada sumber infeksi
- Penderita dengan kasus terbuka- Hewan yang menderita tuberkulosis walaupun jarang ada
1.Jumlah basil sebagai penyebab infeksi harus cukup. 1.Virulensi yang tinggi dari hasil tuberkulosis.
1. Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan hash ‘berkembang
biak dan keadaan ini menyebabkan timbulnya penyakit tuberkulosis paru Alsagaff, 2005.
Sumber penularan adalah penderita TB Paru. BTA positif yang menularkan basil mycobacterium tuberculosis melalui batuk atau
bersin. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke
Universitas Sumatera Utara
udara dalam bentuk droplet atau percikan dahak. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup, ke dalam saluran pernafasan. Setelah
kuman masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung bagian-bagian tubuh lainnya Alsagaff, 2005.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat kuman, maka penderita
tersebut dianggap tidak menular Dep.KesRI, 2002. Sesuai dengan sifat proses perkembangan penyakit TB yang
menular melalui pereikan sputum atau infeksi melalui debu, maka paru adalah organ yang pada umurnya pertama kali berhubungan dengan
kuman TB. Sebagai produk mekanisme pertahanan paru, sputum merupakan bahan yang menjadi patokan dalam penatalaksanaan
penyakit TB secara luas Faizal, dkk., 1992. Pemeriksaan bakteriologik sputum TB sekalipun sederhana dan
murah dewasa ini masih kurang disadari.arti dan manfaatnya.
2.6.4 Diagnosa TBC Tuberkulosis Paru
Diagnosa penyakit TBC Paru dapat dilakukan dengan cars 1.Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
2. Pemeriksaan Foto Toraks
1. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Universitas Sumatera Utara
Penemuan basil tahan asam BTA merupakan suatu alat penentu yang arnat penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang
dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan apabila sedikitnya dua dari tiga
spesimen hasilnya positif Dep.Kes RI, 2002. Tujuan pemeriksaan dahak adalah untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan klasifikasitipe penyakit, menilai kemajuan pengobatan dan untuk menentukan tingkat penularan. Pemeriksaan dilakukan pada penderita
Tuberkulosis Paru dan suspek Tuberkulosis. Pengambilan spesimen dahak yaitu : Dep.Kes RI, 2002
a. S Sewaktu : dahak dikumpulkan pada saat suspek datang berkunjung pertarma kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
dahak hari kedua. b.P Pagi : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK Unit Pelayanan Kesehatan.
c.S Sewaktu : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, Tuberkulosis Paru dibagi dalam : a. Tuberkulosis Paru BTA Positif
i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif. ii. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif ditentukan oleh dokter, selanjutnya
dibagi menjadi bentuk berat dan ringan tergantung pada gambaran luas kerusakan paru pada foto rontgen dan melihat kepada keadaan Harus penderita yang buruk.
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai
2.Pemeriksaan Foto Toraks
Tidak dibenarkan mendiagnosa penyakit TBC Paru hanya dengan berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
khas pada TBC Paru Din.Kes Provinsi SU, 2007. Indikasi pemeriksaan foto toraks adalah sebagai berikut :
1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif 2. Mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan
penanganan khusus Din.Kes Provinsi SU, 2007.
2.6.5 Gejala TBC Tuberkulosis Paru
Gambaran klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi atas dua golongan, yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik Faizal, dkk.,1992.
A. Gejala Respiratorik Gejala Respiratorik seperti
1. Batuk Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 tiga minggu atau, lebih.
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus dan terjadi iritasi. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif
yang berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan.
Universitas Sumatera Utara
2.Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulenkuning atau kuning hijau sampai
purulen dan kemudian dapat bercampur dengan darah. 3. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang sangat
banyak. Kehilangan darah yang banyak kadang akan mengakibatkan kematian yang cepat.
4. Sesak Nafas Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
cukup luas atau pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi tuberkulosis paru.
5. Nyeri Dada Nyeri kadang berupa, nyeri menetap yang ringan. Kadang-kadang lebih
sakit sewaktu menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan otot karena batuk Faizal, dkk.,1992.
B. Gejala Sistemik
Gejala sistemik merupakan gejala selain gejala respiratorik yang dijumpai pada penderita tuberkulosis paru antara lain badan lemah, nafsu makan menurun,
berat badan turun, rasa kurang enak badan malatse, berkeringat pada malam hari walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Setiap penderita yang mempunyai gejala tersebut diatas disebut sebagai suspek tuberkulosis atau tersangka penderita TBC Tuberkulosis Paru perlu
mendapat pemeriksaan secara mikroskopis langsung.
Universitas Sumatera Utara
Bila menderita satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut di atas, dapat memeriksakan diri ke Puskesmas, Balat pengobatan, klinik PPTI setempat, Dokter
Umum atau Dokter spesialis paru PPTI, 1999.
2.6.6 Tipe Penderita TBC Tuberculosis Paru
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pende rita yaitu: Dep.Kes RI, 2002
a. Kasus Baru Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 30 dosis harian. b. Kambuh Relaps
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali
lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif c. Pindahan Transfer In
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten tersebut. Penderita
pindahan tersebut harus membawa Surat rujukanpindah Form TB. 09. d. Setelah Lalat Pengobatan setelah defaultdrop out
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
e. Lain-lain 1. Gagal
Universitas Sumatera Utara
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 satu bulan sebelum akhir
pengobatan atau lebih. Adalah penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhiri bulan ke 2
pengobatan. 2. Kasus Kroni
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 Faizal, dkk., 1992.
2.6.7 Riwayat Terjadinya Tuberkulosis. 1. Infeksi Primer
Tuberkulosis paru primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pemah mempunyai kekebalan
yang spesifik terhadap basil tersebut. Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga
dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana.
Kelanjutan dari infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh imunitas seluler. Pada umumnya
reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis. Meskipun demikian, ada beberapa, kuman akan menetap sebagai
kuman persivten atau dormant tidur. Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,
yang bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar
Universitas Sumatera Utara
6 bulan Dep.Kes RI, 2002.
2. Tuberkulosis Pasca Primer Post Primary TBQ
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah tuberkulosis primer. Infeksi dapat berasal dari luar eksogen yaitu
infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis, infeksi dari dalam endogeny yaitu infeksi berasal dari basil yang sudah ada dalam tubuh, merupakan
proses lama yang pada mulanya, tenang dan oleh suatu keadaan menjadi aktif kembali, misalnya karena daya, tahan tubuh yang menurun akibat terinfeksi HIV
atau status gizi yang buruk Dep.Kes RI, 2002.
2.6.8 Faktor Determinan Penyakit Tuberkulosis 1. Host
a. Umur Sebagian besar masuknya TB pada anak tidak menimbulkan penyakit tetapi tetap
tinggal dalam paru sampai anak menjadi dewasa. Pada negara berkembang cenderung terjadi pada kelompok umur produktif 15-50 tahun, hal ini
disebabkan karena orang pada usia produktif mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga untuk terpapar kuman Tuberkulosis lebih besar Crofton, 2002.
b. Jenis Kelamin Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung terkena
TB Paru dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki mobilitas yang tinggi, selain itu adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
alkohol dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena TB Paru Crofton, 2002.
c. Nutrisi dan Sosial Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Keadaan malnutrisi akan mempermudah terjadinya penyakit TB Paru Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik
pada orang dewasa maupun anak-anak Crofton, 2002. d. Faktor Toksik
Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, selain itu obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan juga
dapat menurunkan kekebalan tubuh Crofton, 2002. e. Penyakit lain
Pada beberapa negara, infeksi HIVAIDS Sering ditemukan bersamaan dengan penyakit Tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena rusaknya sistem
pertahanan tubuh Crofton, 2002.
2. Agent
Tuberkulosis Paru disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Untuk dapat mempengaruhi seseorang menjadi sakit tergantung dari :
1. Jumlah basil sebagai penyebab infeksi yang mencukupi 2. Virulensi yang tinggi dari basil Tuberkulosis.
3. Lingkungan
Lingkungan yang buruk, misalnya pemukiman yang padat dan kumuh, rumah yang lembab, gelap dan kamar tanpa ventilasi serta Lingkungan kerja yang
jelek akan mempermudah penularan infeksi TB Paru.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Konsep
PERILAKU KEPATUHAN Intruksi
Interaksi Isolasi sosial dan keluarga Penggunaan Alat Pelindung
Motivasi Diri Terhadap Pencegahan
Pengetahuan Penyakit TBC
Sikap
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam
penggunaan alat pelindung diri terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru. di Ruang rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H.Yuliddin
Away Tapaktuan Tahun 2011.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan. Pemilihan lokasi didasarkan atas :
1. Rumah Sakit Umum tersebut merupakan Rumah Sakit Rujukan di Kabupaten Aceh Selatan
2. Penelitian diatas belum pernah dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit tersebut.
3. Peneliti pernah bekerja di Rumah Sakit Umum tersebut sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan data di lapangan.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah petugas Kesehatan yang melayani perawatan kesehatan pada penyakit TBC yang berjumlah 35 orang.
Universitas Sumatera Utara