Penyebab Penyakit TBC Paru Penyebaran Kuman TBC Paru.

bahwa penyakitnya itu disebabkan oleh makhluk halus, maka is akan memilih untuk berobat pada. orang pandai yang dianggap mampu mengusir makhluk halos tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang Sarwono, 1997.

2.6 Penyakit TBC

Tuberkulosis Paru 2.6.1 Defenisi TBC Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mycobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting setelah penyakit malaria. Sebagian besar basil Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui udara yang terhirup, dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon. Pada stadium permulaan, setelah pembentukan fokus primer, akan terjadi beberapa kemungkinan 1. Penyebaran bronkogen 2. Penyebaran limfogen 3. Penyebaran hematogen Keadaan ini hanya berlangsung beberapa saat. Penyebaran akan berhenti bila jumlah kuman yang masuk sedikit dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik terhadap hasil tuberkulosis. Tetapi bila jumlah basil tuberkulosis yang masuk ke dalam saluran pernapasan cukup banyak, maka akan terjadi tuberkulosis milier atau tuberkulosis meningitis Alsagaff, 2005.

2.6.2 Penyebab Penyakit TBC Paru

Kumar, Mycobacterium tuberculosis sebagai kuman penyebab Universitas Sumatera Utara Tuberkulosis Para ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882, adalah suatu basil yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan Asam BTA. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang bersifat aerob, panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37°C yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan dalam ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati terkena sinar matahari langsung sinar ultraviolet, dalam jaringan tubuh kuman ini bersifat dormant tertidur lama selama beberapa tahun dan dapat kembali aktif jika mekanisme pertahanan tubuh lemah Alsagaff, 2005.

2.6.3 Penyebaran Kuman TBC Paru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah 1. Harus ada sumber infeksi - Penderita dengan kasus terbuka- Hewan yang menderita tuberkulosis walaupun jarang ada 1.Jumlah basil sebagai penyebab infeksi harus cukup. 1.Virulensi yang tinggi dari hasil tuberkulosis. 1. Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan hash ‘berkembang biak dan keadaan ini menyebabkan timbulnya penyakit tuberkulosis paru Alsagaff, 2005. Sumber penularan adalah penderita TB Paru. BTA positif yang menularkan basil mycobacterium tuberculosis melalui batuk atau bersin. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke Universitas Sumatera Utara udara dalam bentuk droplet atau percikan dahak. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup, ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung bagian-bagian tubuh lainnya Alsagaff, 2005. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat kuman, maka penderita tersebut dianggap tidak menular Dep.KesRI, 2002. Sesuai dengan sifat proses perkembangan penyakit TB yang menular melalui pereikan sputum atau infeksi melalui debu, maka paru adalah organ yang pada umurnya pertama kali berhubungan dengan kuman TB. Sebagai produk mekanisme pertahanan paru, sputum merupakan bahan yang menjadi patokan dalam penatalaksanaan penyakit TB secara luas Faizal, dkk., 1992. Pemeriksaan bakteriologik sputum TB sekalipun sederhana dan murah dewasa ini masih kurang disadari.arti dan manfaatnya.

2.6.4 Diagnosa TBC Tuberkulosis Paru

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014

17 158 133

Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe

7 97 94

Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe

12 147 94

Pengaruh Pengawasan Dan Kepatuhan Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Sakit Umum Daerah Kisaran

19 151 144

Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi Tahun 2004-2008

1 34 92

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD) PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PARU JEMBER

14 90 168

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG.

2 6 36

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

0 0 18

Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pada Tahun 2012

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku - Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pa

0 0 21