sangatlah riskan untuk terpapar dari penyakit TBC tersebut.Mereka tidak memakai alat pelindung diri tersebut bias jadi karena pengetahuan yang
kurang atau ketidaktahuan mereka, hal ini sejalan menurut Green dalam Notoatmodjo 2007 yang mengatakan bahwa salah satu factor yang
mempunyai potensi dalam mempengaruhi perilaku kesehatan adalah factor ppredisposisi yaitu pengetahuan. Kurangnya pengetahuan mereka karena
minimnya pelatihan – pelatihan yang dilakukan ataupun diadakan untuk pihak petugas karena berdasarkan hasil penelitian responden yang pernah
mengikuti pelatihan hanya ada 6 orang 17,1. Berdasarkan hasil tersebut peneliti mengharapkan ada control
untuk petugas yang menangani pasien penderita TBC, dan juga tidak terlepas penyedian sarana alat pelindung diri bagi pihak rumah sakit, bila
persediaan telah mencukupi dan tidak dipakai juga perlu dilakukan sangsi, karena untuk perubahan perilaku yang paling baik adalah sangsi,
pernyataan ini sesuai menurut Notoatmodjo 2010 untuk perubahan perilaku perlu dilakukan adanya sangsi.
5.1.8. Interuksi T
ingkat kepatuhan dalam interuksi adalah seluruh responden patuh yaitu sebesar 35 orang 100.
Ini menunjukkan seluruhresponden mengetahuai adanya protap dalam pemakaian alat pelindung diri, dan juga
paham atas protap tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5.1.9. Interaksi
Tingkat kepatuhan dalam interaksi adalah seluruhnya tidak patuh sebesar 22 orang 62,9, dan kurang patuh ada sebesar 13 orang 37,1, dalaminteraksi
ini tidak menunjukkan adanya tingkat kepatuhan, maka dalam hal ini perlu dilakukan berupa sangsi terhadap petugas kesehatan yang menangani penyakit
tuberculosis agar mereka sendiri bias terhindar dar penularan penyakit tuberculosis tersebut.
5.1.10. Isolasi
Tingkat kepatuhan dalam isolasi petugas kesehatan Menunjukkan keseluruhan petugas tersebuttidak patuh sebesar 35 orang 100,
Ini sangat membahayakan dalam dirinya sendiri karena tidak adanya dukungan dari keluarga ataupun kerabat yang lain atau merekapun tidak mengerti juga
peraturan yang ada.
5.1.11. Motivasi Tingkat kepatuhan dalam motivasi petugas kesehatandalam hal pemakaian
alat pelindung diri untuk mencegah penyakit tuberculosis adalah tidak patuh sebesar 23 orang 65,7, dan kurang patuh ada 12 orang 34,3. Hal ini sangat
perlu dilakukantindakan keras dalam hal pemberian sangsi bila tidak memakai alat pelindung diri, untuk mengetahui hal tersebut selalu dilakukan pengawasan dan
perlu dilakukan tingkat kesadaran agar mereka bias terhindar atau tertular dari penyakit tuberculosis.
5.1.12 Kepatuhan
Berdasarkan hasil penelitian tentang kepatuhan para petugas dalam
Universitas Sumatera Utara
pemakaian alat pelindung diri menunjukkan yang paling besar adalahtidakpatuh yaitu sebesar 21 orang 60. Dan kurang patuh sebesar
14 orang 40. Dari hasil tersebut tidak terdapat petugas yang patuh dalam hal pemakaian alat pelindung diri tersebut. Hal ini menunjukan
petugas kesehatan yang menangani pasien penderita penyakit TBC tidak ada rasa takut ataupun khawatir dan dapat dikatakan tidak perduli sama
sekali, hal ini dapat dikatakan karena tingkat pengetahuan yang sedang dan tindakan yang kurang sehingga dalam hal kepatuhan pun tidak
menunjukkan hasil yang baik. Dalam hal ini agar terjadinya perubahan pada tingkat kepatuhan bagi pihak rumah sakit harus bekerja keras untuk
melakukan perubahan dan senjata yang paling ampuh dalam hal ini adalah sangsi bagi pihak yang tidak patuh, bagi tenaga honor perlu sangsi tidak
lagi diperpanjang honornya, bagi yang tekah PNS perlu dibuat sangsi untuk konditenya karena kalau tidak dilakukan hal seperti itu ini akan
membahayakan keselamatan petugas dan dapat menimbulkan citra yang jelak bagi pihak rumah sakit dan bisa menghambat dalam pembuatan
akreditasi berikutnya, karena dalam akreditasi perilaku petugas juga akan dinilai dan begitu juga tentang alat pelindung diri.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan