Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan masyarakat

menunjukkan bahwa LAI dan tinggi pohon merupakan parameter vegetasi yang mempunyai korelasi negatif dengan konsentrasi zat pencemar. LAI merupakan perbandingan antara luas proyeksi tajuk dan luas tajuk, sehingga semakin tinggi LAI maka tajuk pohon akan semakin luas. Hal ini akan meningkatkan penjerapan dan penyerapan partikel debu di udara oleh pekarangan akan semakin tinggi. Partikel debu merupakan salah satu zat pencemar yang akan memengaruhi kesehatan masyarakat sehingga dengan adanya pekarangan dapat mengurangi kadar debu di udara Wardhana 2004.

5.2.2 Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan masyarakat

Potensi pencemaran yang terdapat di lokasi penelitian akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Gangguan kesehatan ini akan dialami oleh semua orang baik laki-laki, perempuan, anak-anak maupun dewasa akan berpotensi terkena penyakit yang disebabkan karena pencemaran udara ini. Hal ini disebabkan oleh semua orang membutuhkan O 2 dari udara yang sama sedangkan kondisi udara yang ada sudah tercemar. Ada tiga cara masukkanya bahan pencemar udara ke tubuh manusia yaitu melalui sistem pernapasan atau inhalasi, melalui sistem pencernaan ingestasi dan penetrasi kulit Budiyono 2001. Jenis zat pencemar akan memberikan pengaruh yang berbeda untuk kesehatan. Zat pencemar yang banyak terjadi di lokasi penelitian adalah debu sehingga penyakit yang banyak terjadi di lokasi penelitian adalah jenis penyakit yang disebabkan karena debu. Gangguan kesehatan dari zat pencemar ini tergantung dari ukuran yang terhembus ke udara. Menurut Budiyono 2001 pada tingkat konsentrasi tertentu zat pencemar akan berakibat langsung terhadap kesehatan baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronis dengan gejala- gejala yang samar. Gejala ini biasanya dimulai dari iritasi saluran pernapasan, iritasi mata hingga timbulnya kanker paru-paru. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Gunung Putri ada 10 golongan penyakit dengan jumlah penderita terbanyak. Jumlah penderita terbanyak selama 5 tahun terakhir adalah jenis penyakit ISPA infeksi saluran pernapasan akut serta jenis penyakit lain yang berhubungan dengan saluran pernapasan antara lain nesofaringis akuta flu CC dan faringis akuta untuk lebih jelasnya pada Gambar 6. Sumber : Puskesmas Kecamatan Gunung Putri 2011. Gambar 6 Sepuluh penyakit terbesar Desa Gunung Putri dan Desa Keranggan. Berdasarkan Gambar 6 jenis penyakit gangguan pernapasan di duga akibat dari pencemaran udara yang terjadi di desa tersebut ISPA merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak di derita warga Desa Gunung putri. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan dari tahun 2007 hingga 2011 Puskesmas Kecamatan Gunung Putri jumlah penderita penyakit ini mengalami fluktuasi dari tahun ketahun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7. Sumber : Puskesmas Kecamatan Gunung Putri 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 Gambar 7 Jumlah penderita ISPA warga Desa Gunung Putri tahun 2007-2011. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di RW 03 dan RW 06 sebanyak 77 dan 50 responden menyatakan bahwa pencemaran udara yang terjadi di Desa Gunung Putri akan mempengaruhi kesehatan. Gangguan 34 19 9 9 9 7 4 3 3 3 ISPA CC Diare demam Migren Dermatis Myalgia Hypertensi faringitis Peny pulpa 100 200 300 400 500 600 2007 2008 2009 2010 2011 J um la h Tahun Jumlah penderita ISPA kesehatan yang dialami warga di kedua RW tersebut antara lain gangguan pernapasan, pusing, batuk dan iritasi mata. Gangguan kesehatan tersebut diduga karena adanya pencemaran udara. Jumlah warga, jenis penyakit dan jumlah kasusu yang terjadi per tahun yang diduga dampak dari pencemaran udara berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Pendugaan jumlah kasus dan jenis penyakit yang diduga karena pencemaran udara RW 03 dan RW 06 tahun 2012 No Jenis Penyakit Penderita Rata-rata frekuensi sakit orang per tahun Jumlah kasus per tahun RW 03 RW 06 RW 03 RW 06 RW 03 RW 06 1 Sakit kepala 12 10 4.67 1.90 56.04 19.00 2 Gangguan pernapasan 6 7 1.00 2.57 6.00 17.99 3 Batuk 20 6 5.40 1.30 108.00 7.80 4 Iritasi mata 8 3 2.75 4.00 22.00 12.00 5 Pelupa 1 0.00 0.00 0.00 0.00 6 Tidak sakit 1 6 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 192.04 56.79 Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa jumlah kasus penyakit yang terjadi di RW 03 cukup tinggi yaitu sebanyak 192,04 kasus dengan kasus batuk merupakan jenis penyakit terbanyak yang terjadi yaitu 108,00 kasus. Jumlah kasus di RW 06 lebih rendah dibanding dengan RW 03 yaitu 56,79 kasus. Pendugaan jumlah kasus pertahun akan menggambarkan kasus yang terjadi setiap tahun di RW 03 dan RW 06. Kasus Batuk merupakan jenis penyakit yang diduga karena pencemaran udara dan paling banyak diderita dan terjadi di warga RW 03 dibandingkan dengan RW 06. Hal ini disebabkan karena gangguan kesehatan ini disebabkan oleh debu yang terkandung di udara. Debu merupakan zat pencemar yang akan disebarkan oleh angin pada lahan yang luas atau kosong sedangkan kondisi RW 03 padat dengan perumahan warga serta kerapatan vegetasi yang rendah sehingga tidak ada pohon yang akan mampu menjerap debu yang terkandung dalam udara dan debu akan terus berada diruang yang sempit dan akan terhirup oleh manusia Satriyo 2008. Perbandingan jenis penyakit dan jumlah kasus penyakit yang terkena dampak pencemaran udara antara RW 03 dan RW 06 dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Pendugaan perbandingan jumlah kasus penyakit akibat pencemaran udara di RW 03 dan RW 06 tahun 2012. RW 03 merupakan daerah dengan kerapatan vegetasi yang rendah sehingga potensi pencemaran udara akan mengganggu kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan sebagian besar responden sering mengalami batuk sebanyak 56 dari seluruh kasus yang terjadi. Batuk merupakan jenis penyakit yang diduga karena pencemaran udara yang disebabkan oleh kadar debu di udara yang tinggi. Persentase gangguan kesehatan yang dialami oleh warga RW 03 dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Persentase penyakit yang diduga karena pencemaran udara warga RW 03 tahun 2012. Jenis penyakit yang diduga karena pencemaran udara warga RW 06 tidak jauh berbeda dengan warga yang berada di RW 03. Hal ini disebabkan letak kedua lokasi ini yang berdekatan serta mempunyai jarak yang sama dengan sumber pencemar. Berdasarkan hasil wawancara gangguan kesehatan yang paling 20 40 60 80 100 120 Sakit kepala Gangguan pernapasan Batuk Iritasi mata J um la h K a sus Jenis Penyakit RW 03 RW 06 Sakit kepala 29 Gangguan pernapasan 3 Batuk 56 Iritasi mata 12 banyak dialami adalah sakit kepala dan gangguan pernapasan sebanyak 33 dan 32 dari seluruh kasus yang terjadi. Jenis penyakit dan persentase warga RW 06 yang mengalami gangguan kesehatan dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Persentase penyakit yang diduga karena pencemaran udara warga RW 06 tahun 2012. Mengacu pada Tabel 9 maka dugaan terhadap jumlah kasus penyakit per kapita yang terkena dampak pencemaran udara akan dapat dihitung. Kasus perkapita ini akan menggambarkan peluang sakit setiap orang dalam satu tahun. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 10. Tabel 10 Pendugaan jumlah kasus penyakit karena dampak pencemaran udara di RW 03 dan RW 06 tahun 2012 Jenis penyakit Jumlah kasus per tahun kasus per kapita RW 03 RW 06 RW 03 RW 06 Sakit kepala 56,04 19,00 1,87 0,63 Gangguan pernapasan 6,00 17,99 0,20 0,60 Batuk 108,00 7,80 3,60 0,26 Iritasi mata 22,00 12,00 0,73 0,40 Pelupa 0,00 0,00 0,00 0,00 Tidak sakit 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah total 19,04 56,79 6,40 1,89 Tabel 10 memperlihatkan bahwa jumlah kasus penyakit karena dampak pencemaran udara di RW 03 lebih tinggi yaitu 192,04 kasus di bandingkan dengan RW 06 sebanyak 56,79 kasus penyakit. Jumlah kasus pertahun ini akan mempengaruhi kasus per kapita masing-masing RW. Berdasarkan Tabel 10 Sakit kepala 33 Gangguan pernapasan 32 Batuk 14 Iritasi mata 21 terlihat bahwa peluang sakit setiap orang RW 03 lebih tinggi yaitu sebanyak 6,04 kasus setiap tahun. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi vegetasi, lokasi tempat bekerja atau lokasi aktivitas keseharian. Wawancara di lakukan kepada responden dengan lokasi kerja di luar dari sumber pencemar sehingga faktor tempat bekerja untuk penelelitian ini dapat diabaikan. Responden yang bekerja di sumber pencemar secara langsung akan terpapar dengan zat pencemar.

5.2.3 Biaya pengobatan sebagai dampak pencemaran udara