Pengukuran kapasitas antioksidan dengan metode DPPH

48

D. Pengukuran kapasitas antioksidan dengan metode DPPH

DPPH digunakan secara luas untuk menguji kemampuan senyawa untuk bereaksi sebagai penghambat radikal atau donor hidrogen. DPPH akan bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH tereduksi DPPH-H. DPPH tereduksi tidak memiliki absorpsi maksimum pada kisaran gelombang sinar tampak, sedangkan DPPH itu sendiri berwarna ungu. Menurut Benabadji et al. 2004, reaksi yang terjadi adalah pembentukan α,α- diphenyl-β-picrylhidrazine, melalui kemampuan antioksidan untuk menyumbang hidrogen. Pada Gambar 19 dapat dilihat kapasitas antioksidan dari masing-masing sampel pada berbagai macam pengenceran dibandingkan dengan tulang noniradiasi. Hasil pengukuran kapasitas antioksidan memberikan data yang unik untuk masing-masing sampel pada berbagai perlakuan pengenceran. Hasil pengukuran kapasitas antiokasidan pada konsentrasi C1 berkisar antara 7.98- 20.85 , pada konsentrasi C2 sebesar 10.64-37.23 , dan pada konsentrasi C3 sebesar 4.79-33.19 . Gambar 19. Kapasitas antioksidan ekstrak tulang iradiasi dibandingkan dengan tulang noniradiasi Berdasarkan hasil penelitian, kapasitas sisa antioksidan pada tulang noniradiasi secara umum paling kecil dibandingkan dengan sampel lainnya. Hal 49 ini diduga karena pada proses iradiasi menyebabkan pelunakan jaringan sehingga antioksidan yang terdapat pada rempah-rempah dapat menetralkan radikal yang terbentuk secara optimal, sedangkan pada tulang yang tidak diiradiasi tidak terjadi. Matriks sampel yang diiradiasi akan lunak Kubisz, 2007, sehingga antioksidan dapat terekstraksi dengan lebih baik dibandingkan sampel yang tidak diiradiasi. Antioksidan yang terdeteksi merupakan antioksidan yang berasal dari tulang dan berasal dari rempah-rempah. Perlakuan pengenceran C1 pada semua sampel menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan pada perlakuan pengenceran C2. Hal ini berkebalikan dengan hasil penelitian dari Rao et al. 2005 yang meneliti pengaruh iradiasi pada chitosan. Menurut Rao et al. 2005, perlakuan iradiasi pada chitosan dengan semakin meningkatnya konsentrasi maka persentase penangkapan radikal oleh DPPH semakin meningkat. Hal ini diduga karena karakteristik dari chitosan dan tulang berbeda dalam hal komponen penyusunnya. Iradiasi pada chitosan membentuk kitooligosakarida dengan bobot molekul yang rendah dan terjadi penurunan viskositas dengan meningkatnya dosis iradiasi. Kitooligosakarida ini dapat menangkap radikal DPPH, artinya dengan meningkatnya dosis maka konsentrasi kitoligosakarida yang terbentuk akan semakin rendah dan dari hasil penelitian tersebut diketahui kapasitas antioksidan semakin tinggi.

E. Pengukuran kadar malonaldehida