Masalah yang timbul akibat tidak adanya ikatan kelembagaan antar pelaku dalam bisnis perikanan menurut Klein et al. 1998 dalam DKP 2004, yakni:
a. Terjadi transmisi harga yang tidak simetris. b. Informasi pasar, termasuk preferensi konsumen ditahan dan bahkan dijadikan
alat untuk memperkuat oligopolistik dan monopolistik oleh bisnis perikanan disektor hilir.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki atau yang dapat diperoleh bisnis perikanan hilir tidak ditransmisikan ke nelayan.
d. Modal investasi yang relatif lebih banyak dimiliki oleh bisnis perikanan hilir pedagangan, eksportir tidak ditrasmisikan dengan baik dan bahkan
cenderung digunakan untuk mengeksploitasi nelayan.
2.5 Komunikasi
Istilah komunikasi sering digunakan dalam berbagai kegiatan percakapan sehari-hari, akan tetapi karena begitu luas pemakaiannya sering kali perkataan
komunikasi tidak dapat dipahami secara semakna oleh semua orang. Secara etimologis Treece 1989 dalam Yuhana 2006 menyebutkan, istilah komunikasi
berasal dari bahasa latin communicatio, berasal dari kata communis yang berarti kesamaan makna tentang suatu hal. Karena itu komunikasi dapat diartikan sebagai
“proses sosial dari orang-orang yang terlibat dalam hubungan sosial dan memiliki makna mengenai sesuatu hal”. Secara terminologis, komunikasi diartikan “suatu
proses berbagi pesan melalui kegiatan penyampaiaan dan penerimaan pesan simbol-simbol yang bermakna baik secara verbal lisan dan tulisan maupun
nonverbal gerakan tubun, wajah ,dan mata, sehingga orang-orang yang berperan sebagai pengirim dan penerima pesan memperoleh makna yang timbal balik atau
sama terhadap pesan yang dipertukarkan”. Dalam sosiologi komunikasi memiliki arti yang luas pula, oleh karenanya
digunakan istilah komunikasi sosial. Jadi kata komunikasi sosial memiliki arti tersendiri, merujuk pada Sutaryo 2005, komunikasi sosial diartikan sebagai
suatu proses interaksi dimana seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain supaya pihak lain itu dapat menangkap maksud yang
dikendaki penyampai.
Sebagai suatu proses maka komunikasi memiliki tujuan dalam pelaksanaanya. Tujuan komunikasi telah banyak dirumuskan oleh para pakar,
diantaranya Berlo 1960 dalam Yuhana et al. 2006 telah merumuskan tiga tujuan komunikasi sebagai berikut:
a. Informative: cara berkomunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan sesuatu hal, ide-ide, gagasan-gagasan, rumusan pemikiran baru, perasaan dengan
melakukan pendekatan pikiran mind. Agar hal ini efektif maka informasi yang disampaikan bersifat faktual dan objektif.
b. Persuasive: cara berkomunikasi yang bertujuan untuk menggugah perasaan seseorang dari suatu situasi ke situasi lainnya, dari tidak suka menjadi suka.
Dengan demikian pendekatan yang dilakukan tidak lagi ditekankan hanya pada pendekatan pikiran semata tetapi sudah menyangkut aspek pendekatan
emosional. c. Entertainment: pada tipe ini komunikasi bertujuan untuk menghibur atau
menyenangkan seseorang melalui peragaan-peragaan tertentu. Proses komunikasi harus berlangsung secara efektif dimana pesan yang
diterima oleh si penerima receiver harus sama dengan yang disampaikan oleh sumber source. Tanda-tanda dari sebuah proses komunikasi yang efektif
menurut Tubbs dan Moss 1974 dalam Rakhmat 2005 paling tidak menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan
yang makin baik, dan tindakan. Komunikasi sebagi proses tidaklah sederhana, tetapi bersifat dinamis dan
selalu mengalami perubahan. Oleh karena itu proses komunikasi tidak dapat direkonstruksi 100 persen. Akan tetapi untuk dapat mengerti bagaimana proses
komunikasi berlangsung perlu diciptakan suatu bentuk atau model komunikasi yang statik Yuhana et al, 2006.
Elemen-elemen proses komunikasi yang dapat diisolasi terdiri dari Verderber, 1981; De Vito, 1997 dalam Yuhana et al. 2006: orang yang terlibat
dalam komunikasi-sumber source dan penerima receiver, pesan messages yang dipertukarkan melalui komunikasi, media atau saluran channels melalui
mana komunikasi terjadi, konteks contexts komunikasi, aturan-aturan rules
yang mengarah pada pelaku komunikasi, hadir tidaknya gangguan noise, dan umpan balik feedback baik verbal maupun nonverbal.
Peran komunikasi dalam pembangunan sangat besar untuk menjembati suatu proses interaksi yang berlangsung antar elemen-elemen masyarakat.
Sehingga akan menghasilkan suatu keterpaduan makna yang menjadi tujuan bersama. Wilbur Schram mengatakan dalam Sutaryo 2005, bahwa tugas
komunikasi dalam perubahan sosial dalam rangka pembangunan nasional antara lain adalah:
a. Menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang pembangunan nasional agar mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, sarana-
sarana perubahan dan membangkitkan aspirasi nasional; b. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara
aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang akan membuat keputusan mengenai perubahan, memberi
kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, dan menciptakan arus informasi yang
berjalan lancar dari bawah ke atas; c. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan, sejak orang
dewasa, hingga anak-anak, dari pelajaran baca-tulis, hingga keterampilan teknis yang mengubah hidup masyarakat.
Dalam masyarakat nelayan, proses komunikasi yang efektif sangat dibutuhkan untuk meningkatakan taraf hidup agar lebih baik.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat