Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Analisis Data

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilapangan dilaksanakan bulan Maret sampai April 2009 dan bertempat di kawasan PPI Cisolok, Desa Cikahuripan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

3.2 Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner, recorder, kamera dan berbagai alat tulis yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengolah data penelitian.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini akan membahas mengenai struktur interaksi tokoh kunci di Desa Cikahuripan, kondisi kelembagaan dalam komunitas nelayan di kawasan PPI Cisolok, dan pandangan stakeholder perikanan tangkap untuk pemberdayaan masyarakat nelayan di kawasan PPI Cisolok. Pendekatan kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan strategi penelitian menggunakan metode studi kasus. Menurut Bogadan dan Taylor 1975 dalam Moleong 2005, metode kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik. Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Kasus yang diangkat dalam penelitian ini berupa kondisi interaksi sosial masyarakat nelayan di kawasan PPI Cisolok, di sana para nelayan lebih memilih bekerja sama dengan kelembagaan-kelembagaan informal dibandingkan dengan pemerintah daerah setempat.

3.3.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner, wawancara baik secara pribadi personal interview maupun kelompok group interview kepada responden, wawancara kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, serta dilakukan pula pengamatan terhadap gejala-gejala sosial yang khas yang ada di masyarakat nelayan Desa Cikahuripan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari TPI Cisolok, dan studi literatur.

3.3.2 Metode Pengambilan Data

Responden di pilih dengan menggunakan tehnik Non-random Sampling sebanyak 30 orang responden, terdiri dari nelayan pemilik, nelayan buruh, bakul, dan supplier.

3.4 Analisis Data

1. Struktur interaksi tokoh kunci di Desa Cikahuripan. Struktur interaksi tokoh kunci di Desa Cikarupan di analisis menggunakan analisis jaringan network analysis, yakni dengan mencari nilai koneksi dan derajat integrasi yang dimiliki oleh masing-masing tokoh kunci. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi tokoh kunci yang terdapat di komunitas nelayan Cikahuripan. Pada tahap ini dilakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci. Informan didapatkan dengan teknik snowballing, yaitu teknik untuk mencari nara sumber tokoh kunci dengan cara berantai yang di mulai dengan aparat pemerintah seperti Kepala Desa, Sekretaris Desa atau Ketua BPD Badan Pengawas Desa. Selanjutnya, di buat peta interaksi tokoh kunci di atas kertas lalu dihitung nilai koneksi dan derajat interaksinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai koneksi dan derajat integrasi adalah: Nilai Koneksi = Σn ΣM Derajat Integrasi = Σm ΣN Combinasi 2 Keterangan: m : Garis yang terbentuk dalam sebuah jaringan interaksi. M : Jumlah tokoh kunci. n : Garis yang dimiliki seorang tokoh kunci dalam interaksinya. N : Tokoh kunci yang berinteraksi dalam satu jaringan. 2. Analisis tipologi kelembagaan Tipologi kelembagaan ini akan ditampilkan dalam bentuk kuadran yang memiliki dua variabel: “keseimbangan pelayanan-peranserta” dan “good governance ”. Garis horizontal ordinat menggambarkan tingkat keberhasilan proses manajemen yang diindikasikan dengan rendah sampai tinggi “keseimbangan pelayanan-peranserta” dalam suatu kelembagaan. Garis vertikal absis menggambarkan tidak berfungsi bad governance sampai tinggi berfungsinya good governance. Perpotongan garis ordinat dan absis inilah yang membentuk kuadran untuk menjelaskan posisi tipologi kelembagaan dalam komunitas lokal. Kuadran pertama Tipe-1 merupakan gambaran dari tingginya tingkat “keseimbangan pelayanan-peranserta” dan berfungsinya prinsip-prinsip good governance dengan baik. Pada kuadran ini komunitas lokal merupakan manifestasi dari suatu bentuk kelembagaan yang sustain. Kuadran kedua Tipe-2 menjadi gambaran bagi rendahnya “keseimbangan pelayanan-peranserta”, tetapi prinsip-prinsip good governance berfungsi. Kuadran dua ini menjelaskan bahwa kelembagaan komunitas lokal merupakan suatu kelembagaan yang semi sustain dengan kendala manajemen. Kuadran ketiga Tipe-3 menjadi tempat bagi sejumlah kelembagaan yang memiliki tingkat “keseimbangan pelayanan- peranserta” rendah dan tidak berfungsinya prinsip-prinsip good governance bad governance . Kuadran ketiga ini menunjukan kelembagaan yang tidak sustain. Terakhir, kuadran keempat Tipe-4 menjadi tempat bagi sejumlah kelembagaan yang memiliki tingkat “keseimbangan pelayanan-peranserta” tinggi, namun prinsip-prinsip good governance tidak berfungsi bad governance. Kuadran ini menunjukan posisi kelembagaan yang semi sustain dengan kendala good governance . Sumber: Tonny 2006 Gambar 1. Model tipologi kelembagaan 3. Pandangan stakeholder untuk pemberdayaan masyarakat nelayan di kawasan PPI Cisolok. Pada tahap ini dilakukan pengidentikasian kebutuhan masyarakat oleh komunitas nelayan. Responden di minta untuk menyebutkan kebutuhan mereka terkaitan pengelolaan perikanan tangkap di kawasan PPI Cisolok, selanjutnya di tanya mengenai harapan mereka terhadap pemerintah kabupaten sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penelolaan PPI. Lalu responden kembali di minta untuk memberikan persepsinya atas kinerja pemerintah kabupaten terkait program pemberdayaan masyarakat yang selama ini telah diberikan. Kebutuhan dan harapan tersebut selanjutnya di klasifikasi menjadi social capital, physical capital, dan human capital. Hal serupa juga dilakukan terhadap pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam hal ini diwakili oleh Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi. Persepsi yang telah terkumpul tersebut kemudian dirumuskan dan di cari proses penyatuannya. “Keseimbangan Pelayanan Peranserta” Sustain Semi- Sustain dengan Kendala Governance Tidak Sustain Semi- Sustain dengan kendala Manajemen Rendah Tinggi “Bad Governance” “Good Governance” 1 3 2 “Keseimbangan Pelayanan Peranserta” 4 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian