Masyarakat Nelayan Sebagai bahan rujukan untuk menemukan starategi pemberdayaan masyarakat

dan dihargai sepanjang waktu, di mana orang menganggap sebagai hal penting untuk mencapai kesejahteraan hidup mereka. Bagi masyarakat kecil dan lokal, kehidupan kekerabatan merupakan suatu sistem yang seringkali bersifat amat ketat, yang memang mempengaruhi suatu lapangan kehidupan yang sangat luas, sehingga menyangkut banyak sektor kehidupan masyarakat. Meneliti sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat serupa itu dapat memberi pengertian mengenai banyak kelompok dan pranata sosial lain. Demikian juga menganalisis prinsip-prinsip sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat kecil sama dengan menganalisa kerangka dasar dari seluruh masyarakat Koentjaraningrat, 2002.

2.3 Masyarakat Nelayan

Masyarakat merupakan istilah yang paling lazim di pakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Inggris di pakai istilah society yang berasal dari kata latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syakara yang berarti “ikut serta atau berpartisipasi”. Namun, tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus yakni pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Lagi pula, pola itu harus bersifat mantap dan kontinu dengan kata lain, pola khas itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Berdasarkan penjelasan di atas masyarakat didefinisikan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Koentjaraningrat, 2002. Berdasarkan definisi dari Direktorat Jendaral Perikanan 1987 dalam Sari 2002 nelayan adalah orang-orang yang mata pencahariannya menangkap ikan binatang air lainnya di laut. Nelayan dapat diklasifikasikan dan dibedakan dalam tiga macam, yaitu nelayan tetap, nelayan sambilan utama, nelayan sambilan tambahan. Nelayan tetap adalah orang yang keseharian hidupnya bermatapencaharian khusus sebagai penangkap ikan di laut dan menetap di daerah-daerah pemusatan nelayan di sepanjang pantai. Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya bermatapencaharian sebagai nelayan sedangkan nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk menangkap ikan sedangkan ia memiliki mata pencaharian lainnya yang lebih menyita waktu kerjanya. Nelayan biasa hidup di wilayah pesisir, oleh karenanya nelayan digolongkan sebagai masyarakat pesisir. Menurut Syarif 2008 dalam wilayah pesisir terdapat banyak terdapat kelompok kehidupan masyarakat diantaranya: a. Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat nelayan pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan di laut. Kelompok ini di bagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Kedua kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapalperalatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapnya. b. Masyarakat nelayan pengumpul atau bakul, adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual kemasyarakat sekitarnya atau dibawa kepasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan. c. Masyarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumya mereka bekerja sebagai buruh atau anak buah kapal ABK pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim. d. Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan masyarakat nelayan buruh. Kehidupan nelayan di Indonesia secara umum memang masih memprihatinkan, mereka menjadi masyarakat miskin yang terbelakang dalam program pembangunan. Sebagai negara agraris, seharusnya pemerintah dapat lebih memperhatikan kesejahteran mereka dengan memberikan kebijakan pembangunan yang berpihak kepada nelayan kecil Nikijuluw, 2005. Nelayan memang sering dicap sebagai the poorest of the poor, atau kelompok termiskin diantara yang miskin. Mereka miskin ide, gagasan, serta tindakan dan aksi ekonomi. Mereka miskin modal usaha, informasi, pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan usaha. Mereka tinggal di tengah lingkungan yang miskin sarana, prasarana serta pranata sosial ekonomi yang seharusnya adalah prasyarat atau modal dasar bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk sosial ekonomi Nikijuluw, 2005. Banyak hal yang menjadi penyebab kemiskinan nelayan, mulai dari faktor internal yang berkaitan dengan pribadi nelayan sendiri dan juga faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan secara umum. Salah satu hal yang memberi andil besar dalam kemiskinan nelayan ini adalah termarjinalisasinya kawasan pesisir yang menjadi lingkungan hidup nelayan. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan Chua dan Pauly 1989 dalam Nikijuluw 2005 mengenai masalah ini di Indonesia, ditemukan beberapa penyebab: 1. Sebagian besar sumberdaya hayati pesisir telah mengalami eksploitasi lebih Over Exploitation dan ekositem pesisir mengalami tekanan yang berat. 2. Terjadi degradasi lingkungan karena kerusakan dan polusi baik yang berasal dari laut maupun dari darat. 3. Sebagian besar penduduk hidup dalam kondisi miskin, sementara pemiskinan berlangsung terus dan dipihak lain makin terjadi ketimpangan pendapatan. 4. Kelembagaan yang ada tidak tepat untuk menjawab masalah-masalah yang muncul. 5. Penegakan hukum yang tidak berjalan dengan baik. 6. Sangat kurang apresiasi publik terhadap pengelolaan yang berkelanjutan. 7. Sangat kurang pelaksanaan pembangunan secara terintegrasi. 8. Sangat rendah kapasitas masyarakat, meskipun dipihak lain potensinya ada dan cukup besar. Pada kenyataannya ternyata masyarakat mampu bertahan hidup dalam kekuatannya sendiri, terutama nelayan buruh atau nelayan-nelayan kecil. Kelompok masyarakat ini mencapai 3,2 juta orang, yang mendiami 3632 desa nelayan penangkapan BPS, 2003 dalam Sari 2002. Indikator desa nelayan penangkapan dicirikan oleh adanya: jumlah rumah tangga perikanan tangkap RTPK, jumlah perahu dan kapal, alat tangkap perikanan tangkap, produksi hasil tangkapan, tempat pendaratan ikan dan pelabuhan perikanan. Diperkirakan sebanyak 70 dari total penduduk yang digolongkan sebagai nelayan, mereka telah berupaya agar tetap dapat hidup dengan kekuatan yang memang mereka miliki, yaitu tenaga dan semangat hidup. Kedua faktor ini tenaga dan semangat adalah modal dasar yang menjadi jaminan utama untuk memenuhi kehidupannya. Nelayan tradisional walaupun berperan secara signifikan dalam ikut meningkatkan produksi perikanan nasional, ternyata belum ikut di hitung mampu secara positif meningkatkan kesejahteraan sosial. Indikator belum ikut di hitungnya nelayan tradisonal dalam produksi perikanan nasional, salah satunya adalah hingga saat ini belum ada sistem baku yang berpihak pada mereka, seperti lembaga penjamin resiko kehidupan akibat keterbatasan daya dukung sumberdaya manusia dan finansial yang diberikan pemerintah melalui kompensasi perlindungan pendidikan dan ekonomi DKP, 2004. Nelayan dapat disebut sebagai komunitas tanpa pembela. Hal ini ditandai oleh tidak banyak mendapat perhatian serius dari kalangan masyarakat lain. faktor penting yang menyebabkan tidak mendapat perhatian publik adalah karena kebijakan pembangunan selama ini tidak menempatkan sektor kelautan sebagai salah satu penentu masa depan bangsa. Bailey, et al 1987 dalam Nikijuluw 2005 melakukan telaah komprehensif tentang perikanan Indonesia, tiba pada kesimpulan bahwa memang nelayan Indonesia secara umum tergolong miskin.

2.4 Kelembagaan Sosial Perikanan Tangkap