19 3. Kawasan industri peternakan-sentra usaha peternakan ekspor
Berbeda dengan model sebelumnya, kemitraan dalam model ini mengkhususkan menjual produknya ke luar negeri. Dalam model ini, perusahaan
inti dapat melakukan budidaya untuk keperluan ekspor, namun sebagian besar produksinya dikerjasamakan dengan plasma. Peternak dalam kemitraan ini juga
merupakan peternak binaan terutama dalam hal teknologi khususnya untuk ekspor.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, dilakukan oleh Yunus 2009, Kusuma 2005, Purmiyanti 2002. Yunus 2009
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan
Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah
”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis perbedaan pendapatan rata-rata, menganalisis alokasi faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi produksi sekaligus tingkat efisiensi teknis, efisiensi hargaalokatif dan efisiensi ekonomi usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan
mandiri. Model analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Stochastic Frontier
Cobb Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model. Hasil analisis menyatakan bahwa, variabel bibit ayam DOC dan pakan berpengaruh nyata pada
taraf α satu persen dan berhubungan positif dengan produksi, dengan nilai koefisien yang cukup besar, artinya bahwa pertambahan bibit ayam DOC atau
pakan akan meningkatkan produksi, sedangkan vaksin, obat dan vitamin juga berpengaruh nyata, namun menunjukan hubungan yang negatif terhadap produksi,
20 artinya bahwa perlu adanya pembatasan penggunaan vaksin, obat dan vitamin
terhadap produksi agar produksi bisa optimal. Selain itu, yang juga berpengaruh nyata pada taraf α lima persen dan berhubungan positif dengan produksi adalah
tenaga kerja dan bahan bakar.
Analisis efisiensi yang dicapai peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan adalah sebesar 0.87. Pencapaian efisiensi hargaalokatif dan efisiensi
ekonomi pola kemitraan sebesar 1.82 dan 1.59, sedangkan efisiensi alokatif, harga dan efisiensi ekonomis peternak mandiri adalah sebesar 1.84 dan 1.59. Secara
keseluruhan kedua usahaternak tersebut belum mencapai tingkat efisiensi. Kusuma 2005, dalam penelitiannya menganalisis tentang pendapatan dan
efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi peternak probiotik dan non probiotik pada usahaternak ayam ras pedaging. Model analisis yang digunakan adalah
model fungsi produksi Cobb Douglas dengan analisis model komponen utama. Hasil penelitian tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam
ras pedaging peternak probiotik adalah bibit, pakan, pemanas dan obat-obatan, sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras
pedaging. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging peternak non probiotik adalah bibit, pakan, tenaga kerja, dan obat-
obatan, sedangkan pemanas tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging.
Analisis efisiensi teknis yang dicapai peternak probiotik dan non probiotik pada input produksi bibit, pakan, tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas diperoleh
nilai elastisitas produksi antara 0 sampai 1, yaitu masing-masing penggunaan input produksi berada pada daerah rasional daerah II. Penjumlahan seluruh
21 elastisitas produksi peternak probiotik diperoleh nilai 1.04, nilai penjumlahan
elastisitas produksi peternak non probiotik adalah 1.01. Hal tersebut menunjukan bahwa skala usaha pada peternak probiotik dan non probiotik berada pada daerah
increasing return to scale. Setiap kenaikan satu persen dari masing-masing faktor produksi, secara bersama-sama akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging
peternak probiotik sebesar 1.04 dan peternak non probiotik sebesar 1.01. Nilai FCR peternak probiotik sebesar 1.62, adapun peternak non probiotik sebesar 1.68.
Nilai FCR probiotik lebih kecil jika dibandingkan dengan peternak non probiotik, sehingga peternak probiotik lebih mampu mengefisiensikan penggunaan jumlah
pakan dan menekan biaya produksi. Hasil analisis efisiensi ekonomi kedua peternak diperoleh nilai NPMBKM tidak sama dengan satu, sehingga
penggunaan faktor-faktor produksi perlu untuk ditambahkan atau dikurangi dalam mencapai tingkat efisiensi ekonomi.
Purmiyanti 2002, dalam penelitiannya menganalisis tentang produksi dan daya saing bawang merah di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Salah satu tujuan
dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi bawang merah dan tingkat efisiensi penggunaan input produksi
bawang merah. Model fungsi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb Douglas. Hasil analsis menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi bawang merah adalah luas lahan, bibit bawang merah, pupuk P TSP dan DAP, pupuk K KCL dan kamas, peubah dummy status garapan, dan peubah
dummy varietas. Hasil analisis efisiensi ekonomi menunjukan bahwa usahatani bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Barat belum mencapai tingkat efisiensi
ekomoninya. Hal ini ditunjukan dari rasio NPMBKM tidak sama denga satu.
22 Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Purmiyanti 2002 dan Kusuma 2005 adalah model fungsi produksi yang digunakan adalah model
fungsi produksi Cobb Douglas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yunus 2009 adalah model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi
Stochastic Frontier Cobb Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model, sedangkan penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas.
Penjelasan lebih rinci mengenai persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan
mandiri di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
” dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya
Persamaan Perbedaan
Yunus 2009 Komoditas yang diteliti
Menggunakan model fungsi Stochastic Frontier Cobb
Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model
Kusuma 2005 Komoditas yang diteliti,
menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas
Menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas dengan
analisis komponen utama
Purmiyanti 2002 Menggunakan model fungsi
produksi Cobb Douglas Komoditas yang diteliti adalah
bawang merah
23
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis