56 Minggu ketiga dan keempat, tidak jauh berbeda dengan minggu kedua,
tirai sudah dibuka semua dan penerangan hanya dilakukan pada malam dan pemanas dinyalakan hanya pada cuaca dingin. Ketika sekam dirasa sudah cukup
lembab, basah serta menimbulkan bau yang tidak sedap maka dilakukan penambahan sekam dan penyemprotan disenfektan atau dilakukan penggantian
sekam. Pemantauan ayam dilakukan secara intensif dari minggu pertama hingga pasca panen. Ketika ditemukan ayam yang sakit, ayam dipisahkan untuk diberikan
pengobatan. Masa terakhir pemeliharaan, dilakukan penimbangan ayam, untuk melihat bobot ayam yang telah siap dipanen dan pemberian pakan, obat dan
vitamin dihentikan.
4. Masa Panen
Panen ayam biasanya dilakukan pada malam dan siang hari pada usia sekitar 25-30 hari ukuran ayam kecil dengan bobot ayam 0.8-1.2 kg. Sebelum
ayam dipanen, 3-4 hari pemberian obat-obatan dihentikan tetapi air minum tetap diberikan. Selama proses penangkapan, penimbangan dan pengangkutan hingga
penampungan dapat diberikan obat untuk mengatasi stres berlebihan, namun ada juga sebagian peternak yang tidak memberikan obat selama 3-4 hari sebelum
panen dengan alasan ayam yang akan dikonsumsi tidak mengandung obat-obatan.
5.4. Karakteristik Responden
Responden dalam penilitian ini terdiri dari 30 peternak plasma dan 30 peternak mandiri yang dipilih dari tiga desa, yaitu Desa Padurenan, Desa
Pabuaran dan Desa Pangasinan. Ketiga desa tersebut dipilih secara purposive karena desa tersebut memiliki peternak plasma terbanyak dari sepuluh desa yang
ada di Kecamatan Gunung Sindur.
57
Tabel 7. Karakteristik Responden Peternak di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
No Karakterstik
Jenis Peternak Responden
Mandiri Kemitraan
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase
1 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 28
93.33 23
76.67 b. Perempuan
2 6.67
7 23.33
2 Usia
a. 15 0.00
0.00 b. 15-64
29 96.67
29 96.67
c. 64 1
3.33 1
3.33 3
Tingkat Pendidikan a. SD
12 40.00
10 33.33
b. SLTP 10
33.33 10
33.33 c. SLTA
5 16.67
6 20.00
d. PT 3
10.00 4
13.33 4
Lama Usahaternak a. ≤ 5 tahun
19 63.33
17 56.67
b. 6-15 tahun 8
26.67 11
36.67 c. 15 tahun
3 10.00
2 6.67
5 Status Usaha
a. Pekerjaan Utama 25
83.33 27
90.00 b. Pekerjaan Sampingan
5 16.67
3 10.00
Sumber: Data Primer, diolah 2012
Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, status usahaternak, dan motivasi usahaternak peternak baik
peternak mandiri maupun peternak plasma. Motivasi beternak diikutsertakan, untuk mengetahui keberhasilan budidaya usahaternak ayam ras pedaging. Semua
karaktesistik tersebut sangat penting karena berpengaruh terhadap usahaternak ayam ras pedaging.
1. Jenis Kelamin dan Usia
Berdasarkan Tabel 7, baik pada peternak plasma dan peternak mandiri sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 93.33 persen dan 76.67
persen, sedangkan berjenis kelamin perempuan hanya sebesar 6.67 persen dan 23.33 persen. Hal ini menunjukan bahwa, baik pada peternak mandiri dan
peternak plasma masih terdapat peran wanita dalam usahaternak. Usahaternak yang dilakukan di Kecamatan Gunung Sindur, jika suami bekerja sebagai peternak
58 maka bersama-sama dengan istri mereka melaksanakan pekerjaan dibidang
peternakan dari sejak awal proses hingga pasca panen. Hal ini bertujuan mengurangi tenaga kerja dan menekan biaya tenaga kerja.
Usia responden pada penelitian berkisar antara 20-72 tahun. Penggolongan
usia responden dibagi ke dalam tiga interval, yaitu usia antara kurang dari 15 tahun, 15-64 tahun dan lebih dari 64 tahun. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat
bahwa peternak mandiri dan plasma sebagian besar berada pada usia produktif yaitu dengan rentan usia antara 15-45 tahun sebesar 96.67 persen. Hanya terdapat
3.33 persen peternak mandiri dan peternak plasma yang berada pada usia tidak produktif, biasanya pada responden dengan usia tersebut dibantu oleh keluarga
seperti istri dan anak dalam menjalankan usahaternaknya. Rata-rata usia responden pada penelitian adalah 42 tahun.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah berapa lama pendidikan formal yang pernah diikuti oleh peternak. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara
berfikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, cenderung akan memperhitungkan dan mempertimbangkan risiko dalam usahaternaknya dan lebih
cepat dalam mengadopsi inovasi dan teknologi. Responden dengan tingkat pendidikan SLTA dan PT Perguruan Tinggi memperoleh informasi atau cara
mengatasi permasalahan yang ada dalam usahaternaknya dari buku. Peternak dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP, cenderung mengelola usahaternaknya
secara turun temurun atau sekedar mendapat informasi dari orang lain. Tingkat pendidikan responden bervariasi dari SD hingga perguruan tinggi.
Semua responden mengalami tingkat pendidikan formal. Mayoritas tingkat
59 pendidikan formal terakhir peternak mandiri adalah SD. Berdasarkan Tabel 6,
dapat dilihat bahwa peternak mandiri yang memiliki tingkat pendidikan formal SD sebesar 40.00 persen, SLTP sebesar 33.33 persen, SLTA sebesar 16.67 persen
dan PT 10.00 persen. Peternak plasma sebagian besar memiliki tingkat pendidikan formal SD dan SLTP yaitu masing-masing sebesar 33.33 persen, peternak plasma
dengan tingkat pendidikan SLTA 20.00 persen dan PT sebesar 13.33 persen. Maka dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar peternak ayam ras pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur masih berada pada tingkat pendidikan rendah.
3. Pengalaman Berusahaternak
Pengalaman berusahaternak yang dimaksud adalah mulai diperhitungkan sejak seorang peternak mulai terlibat dalam usahaternak. Pengalaman
berusahaternak merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan bekerja dan berpikir peternak dalam mengelola usahaternaknya.
Pengalaman usahaternak dapat menentukan keberhasilan dari usaharternaknya, karena dengan pengalaman tersebut menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan
selanjutnya. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak responden memiliki pengalaman usahaternak di bawah lima tahun yaitu sebesar
63.33 persen peternak mandiri dan 56.67 persen peternak plasma. Artinya, sebagian besar peternak belum cukup berpengalaman dalam melakukan
usahaternak ayam ras pedaging. Namun demikian, sebagian peternak sudah berpengalaman dengan lama berusahaternak antara 6-15 tahun yaitu sebesar 26.67
persen untuk peternak mandiri dan peternak plasma sebesar 36.67 persen. Sedangkan responden yang paling berpengalaman, yaitu lebih dari 15 tahun dalam
usahaternak ayam ras pedaging, hanya terdapat sebesar 10.00 persen peternak
60 mandiri dan 6.67 persen peternak kemitraan. Rata-rata lama peternak responden
melakukan usahanya adalah lima tahun, sehingga dapat disimpulkam bahwa peternak ayam ras pedaging belum cukup berpengalaman dalam melakukan
usahaternaknya karena sebagian besar peternak baru memulai membangun usahanya.
3. Status Usaha
Mayoritas usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur sebagai pekerjaan utama, yaitu sebesar 83.67 persen peternak mandiri dan sebesar
90.00 persen peternak plasma. Status usaha peternak sebagai usahaternak sampingan hanya sebesar 16.33 persen untuk peternak mandiri dan 10.00 persen
untuk peternak plasma. Status usaha berpengaruh terhadap keberlanjutan dari usahaternak responden. Ketika terjadi risiko harga, seperti anjloknya harga ayam
ataupun kenaikan harga sarana produksi, responden dengan usahaternak sebagai pekerjaan sampingan cenderung memilih untuk tidak berproduksi hingga harga
kembali stabil. Peternak dengan status usahaternak sebagai pekerjaan utama lebih memilih tetap melanjutkan usahanya.
61
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras
Pedaging 6.1.1. Analisis Model Fungsi Produksi
Model analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging adalah model fungsi produksi Cobb
Douglas yang diaplikasikan untuk peternak mandiri dan peternak plasma dan peternak secara keseluruhan di Kecamatan Gunung Sindur. Variabel-variabel
bebas yang dimasukan ke dalam model ini adalah pakan X1, tenaga kerja X2, vaksin X3, pemanas X4, sekam X5, mortalitas X6, dan kepadatan kandang
X7. Setelah dilakukan analisis menggunakan metode OLS, hasil pendugaan yang diperoleh untuk model Cobb Douglas adalah sebagai berikut:
Fungsi Produksi Peternak Mandiri:
Ln Y = -0.102 + 0.895 ln X1 + 0.023 ln X2 + 0.019 ln X3 + 0.168 ln X4 + 0.0009 ln X5 + 0.005 ln X6
– 0.037 ln X7 ………………………..6.1
Fungsi Produksi Peternak Kemitraan:
Ln Y = -0.686 + 0.298 ln X1 + 0.190 ln X2 + 0.055 ln X3 + 0.194 ln X4 + 0.262 ln X5 - 0.218 ln X6 + 0.696 ln X7
…………………………...6.2 Fungsi Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan Peternak
Mandiri dan Kemitraan:
Ln Y = 1.012 + 0.517 ln X1 + 0.108 ln X2 + 0.011 ln X3 + 0.261 ln X4 + 0.139 ln X5 - 0.127 ln X6 + 0.145 ln X7 + 0.070 D
……...………6.3 Berdasarkan Tabel 8, hasil pendugaan model Cobb Douglas, untuk
peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan diperoleh koefisien determinasi terkoreksi R
adj
sebesar 83.71 persen. Hal