3 mempengaruhi pertumbuhan induknya tidak terbukti. N. ampullaria hingga saat
ini masih dapat ditemukan tumbuh dan beregenerasi menghasilkan kantong seperti semula. Kegiatan dan teknik pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat
merupakan bagian dari kearifan lokal yang penting untuk dipelajari. Kegiatan pemanfaatan adalah bagian dari interaksi yang tercipta antara spesies dan manusia
sebagai faktor lingkungan biotik, sehingga diperlukan juga kajian tentang etnobotani N. ampullaria pada penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Cagar Alam Mandor merupakan salah satu habitat alami N. ampullaria yang sedang mengalami penurunan kualitas akibat kegiatan penambangan emas tanpa
izin PETI. Berdasarkan Peta Hasil Rekonstruksi Batas Kawasan Hutan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat pada tanggal 4
Bulan Agustus 2005, memberikan gambaran dan informasi bahwa seluruh areal seluas 3 080 ha tersebut sudah merupakan bekas penambangan BKSDA
Kalimantan Barat 2014. Luasan cagar alam yang terganggu mencapai kurang lebih 30 dari luasan total kawasan. Aktivitas PETI sangat berpengaruh terhadap
kondisi ekologi kawasan Cagar Alam Mandor. Beberapa tegakan dan pohon menjadi mati layu kering sebagai akibat pengaruh limbah mesin dongpeng yang
bercampur pasir kegiatan penambangan Djadmiko 2007. Kerusakan lapisan tanah menyebabkan kehilangan lapisan top soil dan unsur hara. Upaya restorasi
lahan secara kimiawi maupun biologi sudah pernah dilakukan, namun tingkat keberhasilan masih belum tercapai Wardani 2008.
N. ampullaria adalah spesies asli kawasan yang bernilai guna Wardani 2008. Berdasarkan studi awal peneliti, N. ampullaria merupakan spesies kantong
semar yang masih banyak dijumpai tumbuh di dalam kawasan Cagar Alam Mandor. Diketahui bahwa spesies kantong semar mampu beradaptasi pada daerah
marginal dan miskin hara. Kemampuan N. ampullaria beradaptasi pada kawasan Cagar Alam Mandor menjadi harapan sebagai tumbuhan pioner bagi areal-areal
yang terbuka akibat PETI. Melalui upaya konservasi populasi dan habitatnya diharapkan dapat meningkatkan kembali kualitas dan fungsi kawasan Cagar Alam
Mandor.
Sejarah hidup dan interaksi N. ampullaria terhadap faktor-faktor lingkungan di Cagar Alam Mandor menjadi hal penting yang perlu diketahui. Informasi
tersebut digunakan sebagai acuan untuk merumuskan upaya konservasi N. ampullaria, sehingga dapat berguna dalam upaya peningkatan kualitas dan fungsi
kawasan Cagar Alam Mandor. Untuk mempelajari sejarah dan interaksi N. ampullaria dan lingkungannya, maka diperlukan penelitian tentang autekologi.
Adapun pertanyaan yang harus dijawab pada penelitian ini, antara lain: 1.
Bagaimana kondisi populasi N. ampullaria di Cagar Alam Mandor? 2.
Bagaimana faktor lingkungan biotik dan abiotik N. ampullaria di Cagar Alam Mandor?
3. Faktor apakah yang mempengaruhi keberadaan N. ampullaria di Cagar Alam
Mandor?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1.
Mengidentifikasi kondisi populasi N. ampullaria di Cagar Alam Mandor. 2.
Mengidentifikasi faktor lingkungan biotik dan abiotik N. ampullaria di Cagar Alam Mandor.
3. Menganalisis faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan N.
ampullaria di Cagar Alam Mandor.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai populasi dan karakteristik habitat N. ampullaria, sehingga berguna dan bermanfaat
terhadap upaya konservasi N. ampullaria di Cagar Alam Mandor khususnya dan membantu upaya peningkatan kualitas dan fungsi kawasan sebagai kawasan
konservasi.
5
2 METODE
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian difokuskan pada tipe
habitat hutan kerangas dan hutan rawa gambut. Luas kawasan adalah 3 080 ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2015. Peta
lokasi penelitian digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Lokasi penelitian di Cagar Alam Mandor
2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain; Global Positioning System GPS, kompas, Thermohigrometer sebagai alat pengukur
suhu dan kelembaban, kertas lakmus untuk mengukur tingkat keasaman cairan kantong semar, gelas ukur untuk mengukur volume cairan kantong, pita ukur
diameter, buku Identifikasi Nepenthes Mansur 2006, parang, kamera digital, plastik, penggaris, spidol, botol spesimen, kertas koran, Peta Kawasan Cagar
Alam Mandor dan alkohol 70 untuk mengawetkan serangga mangsa.