Gangguan terhadap Nepenthes ampullaria Jack.

31 KU1 dan 0.255210 KU2 Lampiran 8. Nilai P-value pada komponen utama KU1 lebih kecil dari 0.1010 dan nilai P-value pada komponen utama KU2 lebih besar dari 0.1010. Artinya komponen utama KU1 tidak berpengaruh terhadap jumlah individu N. ampullaria Y di hutan rawa gambut. Sebaliknya, komponen utama KU2 berpengaruh terhadap jumlah individu N. ampullaria Y di hutan rawa gambut, sehingga komponen utama KU2 dapat digunakan pada tahap analisis regresi berikutnya. Analisis regresi menunjukkan nilai rata-rata keragaman R-square pada masing-masing tipe habitat sebesar 66.24 hutan kerangas dan 93.85 hutan rawa gambut Lampiran 9. Nilai R-square menunjukkan bahwa variabel faktor lingkungan yang ada mampu menjelaskan jumlah individu N. ampullaria pada setiap tipe habitat. Analisis regresi terhadap komponen utama KU1 di hutan kerangas menunjukkan bahwa variabel faktor lingkungan suhu, kelembaban dan gangguan dapat menjelaskan jumlah individu Y sebesar 66.24, dan sisanya 33.76 dijelaskan oleh variabel lain. Variabel faktor lingkungan di hutan kerangas adalah suhu, kelembaban dan gangguan. Jumlah variabel faktor lingkungan berbeda dengan jumlah variabel faktor lingkungan pada hutan rawa gambut. Perbedaan ini disebabkan faktor lingkungan jarak sungai tidak terukur pada hutan kerangas, sehingga tidak dimasukkan ke dalam proses analisis regresi. Analisis regresi terhadap komponen utama KU2 di hutan rawa gambut mampu menunjukkan bahwa faktor lingkungan suhu, kelembaban, jarak sungai dan gangguan mampu menjelaskan jumlah individu N. ampullaria Y sebesar 93.85, dan sisanya 6.15 dijelaskan oleh variabel faktor lingkungan lain. Variabel faktor lingkungan di hutan rawa gambut adalah suhu, kelembaban, jarak sungai dan gangguan. Bentuk regresi yang terbentuk pada masing-masing tipe habitat N. ampullaria di Cagar Alam Mandor sebagai berikut: Y hutan kerangas = 269.38 + 3.42suhu - 4.43kelembaban - 0.38gangguan Y hutan rawa gambut = -24.61 - 0.59suhu + 0.54kelembaban - 0.01jarak sungai + 0.01gangguan Pengujian lanjut dengan uji F menemukan bahwa nilai P-value yang dihasilkan dari komponen utama tersebut adalah 0.09 hutan kerangas dan 0.06 hutan rawa gambut Lampiran 10. Nilai P-value pada kedua tipe habitat 0.10. Artinya kedua nilai P-value pada masing-masing tipe habitat N. ampullaria hutan kerangas dan hutan rawa gambut di Cagar Alam Mandor menunjukkan bahwa terdapat satu variabel faktor lingkungan dalam komponen utama yang berpengaruh terhadap jumlah individu N. ampullaria pada masing-masing habitat tersebut. Uji t dilakukan untuk mencari faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah individu N. ampullaria di Cagar Alam Mandor. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap jumlah individu N. ampullaria pada masing-masing habitat hutan kerangas dan hutan rawa gambut adalah kelembaban. Nilai P-value variabel faktor lingkungan kelembaban pada masing-masing habitat adalah 0.0937 hutan kerangas dan 0.0568 hutan rawa gambut. Kedua nilai P-value tersebut menunjukkan 0.10, sehingga jika terjadi perubahan terhadap faktor lingkungan kelembaban udara akan menyebabkan penurunan atau penambahan terhadap jumlah individu N. ampullaria di Cagar Alam Mandor. Pengaruh tersebut berdasarkan nilai value hasil uji t pada variabel faktor kelembaban yang paling besar dibandingkan variabel faktor lainnya Lampiran 10. Nilai variabel ini memberikan informasi bahwa ketika terjadi kenaikan 1 kelembaban udara akan menyebabkan penurunan individu N. ampullaria sebanyak 4.42 individu di hutan kerangas. Sebaliknya, jika terjadi kenaikan 1 kelembaban udara akan menyebabkan peningkatan individu N. ampullaria sebanyak 0.54 individu di hutan rawa gambut. Hubungan interaksi yang terbentuk antara lingkungan dan spesies, dapat digunakan untuk menduga jumlah individu kelimpahan suatu jenis di alam. Perubahan yang terjadi pada faktor lingkungan suhu, kelembaban, gangguan dan jarak sungai pada habitat N. ampullaria mempengaruhi kelimpahannya di Cagar Alam Mandor. Penurunan dan peningkatan individu N. ampullaria pada hutan kerangas dan hutan rawa gambut yang disebabkan oleh faktor lingkungan kelembaban udara membuktikan bahwa telah terjadi interaksi antara individu N. ampullaria terhadap lingkungannya. Proses interaksi ini dapat menentukan eksistensi N. ampullaria di alam. Perubahan tingkat kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap eksistensi N. ampullaria di Cagar Alam Mandor. Kelembaban udara yang rendah akan meningkatkan jumlah individu N. ampullaria.

3.7 Etnobotani Nepenthes ampullaria Jack.

Hasil wawancara terhadap masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor tentang etnobotani N. ampullaria, menemukan 5 responden kunci key informant. Responden kunci terdiri dari ketua adatjuru makam 1 orang, juru masak kampung 1 orang, ibu rumah tangga yang sering melakukan kegiatan meramu 2 orang dan ahli tumbuhan kampung 1 orang. Jumlah responden terdiri dari 2 laki-laki dan 3 perempuan. Karakteristik responden bervariasi berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik responden Responden Karakteristik Responden Keterangan Umur thn Pendidikan Pekerjaan Eko 51 SMA Petani Juru makam Ferdinant 25 SMA Tenaga honorer Ahli tumbuhan Heti Prihatin 40 SD Ibu rumah tangga Juru masak kampung Daniar 38 SD Ibu rumah tangga Masyarakat asli Rini 29 S1 Ibu rumah tangga Masyarakat asli Kantong semar merupakan spesies asli kawasan yang berguna bagi masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor. Spesies kantong semar yang sering dimanfaatkan adalah N. ampullaria dan N. mirabilis. Kedua spesies 33 kantong semar digunakan untuk sebagai, pembungkus ketupat, tumbuhan obat dan pengganti tali. Bagian yang dimanfaatkan adalah kantong, cairan kantong dan batang. Pada masyarakat di sekitar kawasan N. ampullaria lebih dikenal dibandingkan jenis lainnya, karena pemanfaatannya sebagai pembungkus makanan. N. ampullaria memiliki manfaat yang beragam dibandingkan spesies kantong semar lainnya di Cagar Alam Mandor. Bentuk kantong N. ampullaria yang menyerupai cangkang telur sering dimanfaatkan untuk membungkus ketupat. Kantong N. ampullaria sebagai bahan substitusi daun kelapa dalam pembuatan ketupat. Pengetahuan masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor tentang pemanfaatan N. ampullaria sebagai pembungkus ketupat sudah diketahui sejak dahulu. Ketupat kantong semar N. ampullaria dibuat untuk hidangan saat berkumpul masyarakat. Waktu berkumpul masyarakat biasanya pada permulaan penanaman dan pasca panen padi. Ketupat kantong semar N. ampullaria dianggap lebih enak dibandingkan ketupat yang terbungkus dari daun kelapa atau daun-daun lainnya. Ketupat kantong semar N. ampullaria menghasilkan aroma dan rasa yang khas terhadap beras yang dimasak di dalamnya. Masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor meyakini bahwa perlakuan khusus terhadap kantong N. ampullaria sebelum digunakan untuk membungkus dapat menghasilkan aroma dan rasa yang khas pada beras ketupatnya. Proses pembuatan ketupat kantong semar N. ampullaria terdiri dari 4 tahap, antara lain: 1. Pemanenan, yaitu memilih kantong N. ampullaria yang dapat dipanen. Kantong N. ampullaria dipanen memiliki keriteria antara lain; kantong warna dan corak hijau polos blirik, mulut kantong sudah terbuka dan ukuran kantong mencapai ukuran 1 genggaman tangan manusia. 2. Pencucian, yaitu membersihkan bagian dalam kantong N. ampullaria dari bangkai-bangkai serangga dan serasah. Kemudian, kantong N. ampullaria direndam selama 2 hari. Tahapan ini sangat penting, karena sifat kulit kantong N. ampullaria yang telah dipanen lebih mudah sobek, sehingga diperlukan perendaman untuk mebuatnya lebih liat pada saat pengukusan. 3. Pengisian, yaitu kantong N. ampullaria yang sudah direndam dicuci kembali, kemudian kantong N. ampullaria diisi dengan beras ketan atau beras biasa. Beras diisi ke dalam kantong N. ampullaria sebanyak ¾ dari ukuran kantong. setelah diisi dengan beras, santan kelapa dimasukkan hingga mencapai mulut kantong N. ampullaria volume santan kelapa harus lebih banyak dibandingkan volume beras. 4. Pengukusan, yaitu kantong N. ampullaria yang telah terisi oleh beras dan santan dimasukkan ke dalam wadah pengukusan. Proses pengukusan dilakukan hingga beras pada kantong N. ampullaria naik ke permukaan mulut kantong ketupat. Proses tahapan pembuatan ketupat dari kantong N. ampullaria ditunjukkan pada Gambar 13.