Karakteristik morfologi Populasi Nepenthes ampullaria Jack.

Daun Rata-rata hasil pengukuran lebar dan panjang daun N. ampullaria pada kedua tipe habitat di Cagar Alam Mandor adalah 3.60 cm lebar dan 6.80 cm panjang di hutan kerangas, serta 3.50 cm lebar dan 9.50 cm panjang di hutan rawa gambut. Bagian ujung daun ditumbuhi sulur yang menghubungkan ke bagian kantong. Sulur berfungsi menyalurkan nutrisi dari kantong ke seluruh bagian tubuh kantong semar. Rata-rata panjang tangkai sulur N. ampullaria pada kedua tipe habitat adalah 5.24 cm hutan kerangas dan 4.14 cm hutan rawa gambut. Nepenthes memiliki daun tunggal yang terdiri dari lamina, sulur, dan kantong. Kedudukan daun pada batang N. ampullaria di Cagar Alam Mandor adalah selang-seling Gambar 5. Bentuk, warna, tekstur dan ukuran daun sangat beragam. Bentuk lamina lanceolatus, oblongus atau spathulatus, memiliki tekstur seperti kertas chartaceous dan kulit coriaceous, pertulangan daun pinnatus, pinggir daun integer dan ujung daun acutus, acuminatus atau obtusus Hernawati dan Akhriadi 2006; Susanti 2012. Daun N. ampullaria berbentuk sudip hingga lanset, tangkai daun pendek terkadang tidak ada dan panjang sulur mencapai 15 cm Mansur 2006. Kantong Kantong adalah organ penting bagi spesies kantong semar. Kantong berfungsi sebagai tempat mencerna serangga atau mamalia kecil, sehingga dapat diserap sebagai nutrisi. Bentuk kantong dibedakan menjadi lima, yaitu bentuk tempayan, bulat telur, silinder, corong dan pinggang Mansur 2006. Kantong N. ampullaria berbentuk tempayan. Kantong memiliki enzim yang disebut enzim nepenthesin. Nepenthesin merupakan enzim yang dihasilkan dari protein serangga atau binatang kecil yang teperangkap di dalam kantong Mansur 2006. Gambar 5 Morfologi daun N. ampullaria 17 Rata-rata jumlah kantong N. ampullaria pada kedua tipe habitat di Cagar Alam Mandor adalah 17.80 kantong hutan kerangas dan 6.60 kantong hutan rawa gambut. Ukuran kantong di hutan kerangas lebih kecil dibandingkan di hutan rawa gambut. Rata-rata ukuran diameter dan tinggi kantong N. ampullaria pada kedua tipe habitat di Cagar Alam Mandor adalah 3.05 cm diameter dan 5.17 cm tinggi pada hutan kerangas, serta 3.70 cm diameter dan 6.14 cm tinggi pada hutan rawa gambut. Rata-rata ukuran panjang sayap kantong pada kedua tipe habitat hutan kerangas dan hutan rawa gambut adalah 1.65 cm hutan kerangas dan 2.10 cm hutan rawa gambut. Rata-rata tingkat keasaman pH cairan kantong N. ampullaria pada kedua tipe habitat di Cagar Alam Mandor adalah 3.80 hutan kerangas dan 4.80 hutan rawa gambut. Hasil pengukuran pH cairan di hutan rawa gambut bertolak belakang dengan pernyataan Mansur 2006 yang menyebutkan bahwa setiap spesies Nepenthes memiliki nilai pH cairan kantong 4. Jentsch 1972 juga berpendapat bahwa pH cairan kantong semar yang masih tertutup sekitar 5.5 tertutup dan ≥2 terbuka. Sejalan dengan kedua pendapat sebelumnya, Susanti 2012 mengemukakan bahwa kantong yang masih tertutup memiliki pH berkisar 7-8. Rata-rata pH cairan kantong N. ampullaria di hutan rawa gambut sangat berbeda dengan ukuran pH cairan kantong semar pada umumnya. Kondisi kantong N. ampullaria yang ditemukan di hutan rawa gambut umumnya sudah terbuka. Kantong N. ampullaria yang masih tertutup hanya terdapat pada kantong- kantong muda. Jumlah kantong muda N. ampullaria hanya ditemukan di hutan rawa gambut sebanyak 3 kantong. Kondisi terbukanya kantong N. ampullaria menyebabkan peningkatan pH cairan kantong di hutan rawa gambut. Kantong N. ampullaria yang sudah terbuka lebih mudah terkontaminasi oleh faktor-faktor lingkungan lainnya, seperti keberadaan serangga mangsa dan air hujan. Kedua faktor ini akan mempengaruhi tingkat keasaman cairan kantong N. ampullaria. Serangga mangsa dan air hujan berpotensi sebagai penyebab kontaminasi pada cairan kantong N. ampullaria di hutan rawa gambut. Pengaruh bentuk dan ukuran serangga mangsa berpotensi mempengaruhi proses enzimatis yang terjadi di dalam kantong N. ampullaria. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengenai mulut kantong N. ampullaria yang sudah terbuka, kemudian air hujan akan tertampung dan menambah volume cauran kantong, sehingga pH cairan kantong semar N. ampullaria akan meningkat dari tingkat keasaman semula. N. ampullaria memiliki variasi warna dan corak kantong yang beragam di Cagar Alam Mandor. Variasi kantong N. ampullaria yang ditemukan pada kedua tipe habitat hutan kerangas dan hutan rawa gambut antara lain; blirik merah, hijau polos, hijau polos blirik dan merah polos Gambar 6. Variasi warna dan corak kantong N. ampullaria di hutan kerangas memiliki variasi lebih banyak dibandingkan di hutan rawa gambut. Variasi warna dan corak kantong N. ampullaria di hutan kerangas, antara lain; hijau polos blirik, hijau polos, merah blirik dan merah polos. Variasi warna dan kantong N. ampullaria di hutan rawa gambut hanya terbentuk 2 variasi. Variasi warna dan corak kantong N. ampullaria di hutan rawa gambut, yaitu hijau polos blirik dan hijau polos. Keragaman variasi warna dan corak kantong N. ampullaria di Cagar Alam Mandor disebabkan karena proses persilangan alami yang terjadi antara N. 19 3.3 Faktor Lingkungan Biotik 3.3.1 Komposisi vegetasi penyusun Analisis vegetasi menemukan 69 spesies dari 30 famili vegetasi penyusun pada kedua tipe habitat hutan kerangas dan hutan rawa gambut di Cagar Alam Mandor Lampiran 1 dan 2. Dipterocarpaceae merupakan famili yang mendominasi pada kedua tipe habitat tersebut. Spesies dari famili Nepenthes banyak ditemukan di hutan kerangas. Jumlah spesies yang ditemukan adalah 5 spesies. Spesies dari famili Myrtaceae banyak ditemukan di hutan rawa gambut. Jumlah spesies yang ditemukan adalah 6 spesies. Tabel 2 Nilai INP tiga tertinggi pada kedua tipe habitat N. ampullaria Tingkat Spesies F FR K KR D DR INP Pohon G. nobile 1 0.12 21.43 6 28.57 1.70 18.87 68.87 Gluta cf. Wallichii 1 0.12 21.43 3 14.29 2.27 25.24 60.95 F. grossularioides 1 0.08 14.29 6 28.57 1.03 11.49 54.35 C. soulattri 2 0.20 18.52 5 14.29 8.07 0.20 40.87 D. oblongifolia 2 0,16 14.82 7 20.00 6.01 0.16 40.82 S. stenoptera 2 0,12 11.11 4 11.43 11.94 0.12 34.48 Tiang P. alternifolium 1 0.20 17.86 44 24.44 1.35 8.99 51.29 F. grossularioides 1 0,2 17.86 40 22.22 1.60 10.71 50.79 Syzygium sp.2 1 0.16 14.29 28 15.56 1.65 11.04 40.88 D. oblongifolia 2 0.16 20.00 28 29.17 15.44 0.16 64.61 C. soulattri 2 0.20 25.00 20 20.83 17.22 0.20 63.06 L. sundaicus 2 0.12 15.00 12 12.50 16.54 0.12 44.04 Pancang S. cerinum 1 0.24 22.22 352 24.18 - - 46.40 P. alternifolium 1 0.16 14.82 368 25.28 - - 40.09 Dyera costulata 1 0.08 7.41 128 8.79 - - 16.20 R. tomentosa 1 0.08 7.41 128 8.79 - - 16.20 Pandanus sp. 2 0.16 9.76 112 13.21 - - 22.96 D. suffruticosa 2 0.12 7.32 80 9.43 - - 16.75 Eliodoxa coferta 2 0.12 7.32 6 12.98 - - 12.98 H. pallidicaula 2 0.12 7.32 48 56.60 - - 12.98 Semai Tmb. bawah P. alternifolium 1 0.24 9.52 5400 15.61 - - 25.13 N. mirabilis 1 0.16 6.35 5000 14.45 - - 20.80 N. gracilis 1 0.24 9.52 3700 10.69 - - 20.22 S. stenoptera 2 0.20 6.85 1300 8.55 - - 15.40 Dyera polyphylla 2 0.12 4.11 1500 9.87 - - 13.98 Alseodaphne cf. Borneensis 2 0.16 5.48 1100 7.24 - - 12.72 Keterangan: 1 Hutan kerangas, 2 Hutan rawa gambut INP adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam komunitas tumbuhan Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2006. Nilai INP pada setiap tingkat pertumbuhan bervariasi pada kedua tipe habitat N. ampullaria Tabel 2. Hasil perhitungan INP menunjukkan secara keseluruhan tidak ditemukan satu spesies yang lebih mendominasi pada setiap tingkat pertumbuhan INP≤100. Pada tingkat pertumbuhan semai nilai INP dikedua tipe habitat hutan kerangas dan hutan rawa gambut tergolong rendah. Artinya pada tingkat pertumbuhan semai tidak ditemukan spesies yang superior mempengaruhi spesies lainnya pada kedua habitat. Penjelasan lengkap tentang INP per spesies dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Jumlah spesies vegetasi penyusun sangat bervariasi berdasarkan tingkat pertumbuhan pohon, tiang, pancang dan semai pada habitat N. ampullaria di Cagar Alam Mandor. Jumlah total individu spesies yang ditemukan pada masing- masing habitat N. ampullaria sebanyak 48 individu hutan kerangas dan 79 individu hutan rawa gambut. Jumlah spesies terendah terjadi pada tingkat pertumbuhan pohon hutan kerangas dan tiang hutan rawa gambut di Cagar Alam Mandor. Gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah spesies yang ditemukan pada tingkat pertumbuhan pohon adalah 7 spesies hutan kerangas dan tingkat pertumbuhan tiang adalah 8 spesies hutan rawa gambut. Jumlah spesies vegetasi penyusun berdasarkan tingkat pertumbuhan menggambarkan keanekaragaman jenis yang terjadi dalam sebuah komunitas. Jumlah spesies vegetasi penyusun paling sedikit pada kedua tipe habitat hutan kerangas dan hutan rawa gambut di Cagar Alam Mandor terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon hutan kerangas dan tiang hutan rawa gambut. Jumlah spesies vegetasi penyusun yang tergolong sedikit pada tingkat pohon dan tiang, menunjukkan bahwa komunitas sedang mengalami proses suksesi awal pada kedua tipe habitat hutan kerangas dan hutan rawa gambut di Cagar Alam Mandor. Gambar 7 Jumlah spesies vegetasi penyusun berdasarkan tingkat pertumbuhan pada kedua tipe habitat N. ampullaria 7 9 13 20 11 8 23 37 5 10 15 20 25 30 35 40 Pohon Tiang Pancang Semai Ju m lah S p esies Tingkat Pertumbuhan Hutan kerangas Hutan rawa gambut 21 Spesies vegetasi penyusun di sekitar habitat N. ampullaria teridentifikasi memiliki nilai manfaat hasil hutan kayu HHK dan hasil hutan bukan kayu HHBK. Hasil identifikasi menemukan 51 spesies tumbuhan berpotensi dan bernilai guna sebagai HHK dan HHBK pada habitat N. ampullaria di Cagar Alam Mandor Lampiran 5. Spesies vegetasi penyusun yang berpotensi dan bernilai guna pada habitat N. ampullaria di Cagar Alam Mandor dibedakan menjadi penghasil kayu, tumbuhan obat, bahan kerajinan, tumbuhan hias, penghasil buah dan getah Gambar 8. Penggolongan spesies vegetasi penyusun berdasarkan potensi dan nilai guna menunjukkan bahwa nilai persentase manfaat tertinggi adalah pemanfaatan sebagai kayu. Nilai manfaat sebagai tumbuhan obat dan penghasil buah berada pada urutan kedua dan ketiga. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa kawasan Cagar Alam Mandor memiliki peranan penting terhadap pelestarian spesies-spesies yang memiliki potensi dan nilai guna bagi kehidupan manusia. Kebutuhan terhadap kayu dan tumbuhan obat merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia. Keberadaan Cagar Alam Mandor dapat menyelamatkan beberapa spesies-spesies tumbuhan yang berpotensi dan bernilai guna, sehingga manfaatnya masih dapat dirasakan di masa mendatang. Gambar 8 Jumlah jenis tumbuhan berguna di sekitar habitat N. ampullaria

3.3.2 Serangga mangsa

Hasil identifikasi serangga mangsa menemukan 21 famili serangga mangsa. Setiap tipe habitat N. ampullaria di Cagar Alam Mandor ditemukan masing- masing 11 famili hutan kerangas dan 12 famili hutan rawa gambut serangga mangsa. Formicidae dan Entomobryidae adalah famili serangga mangsa yang ditemukan di kedua tipe habitat N. ampullaria, yaitu hutan kerangas dan hutan rawa gambut. Bentuk serangga mangsa yang ditemukan di dalam kantong N. ampullaria bervariasi antara lain berupa; individu utuh, larva, pupa serta bagian- bagian tubuh yang terpisah seperti antena dan sayap. Formicidae merupakan Tumbuhan obat 24 Kayu 41 Kerajinan 2 Tumbuhan hias 8 Buah 20 Getah; 5 famili serangga mangsa yang paling banyak terperangkap oleh kantong N. ampullaria di kedua tipe habitat. Setiap habitat ditemukan masing-masing 420 individu hutan kerangas dan 50 individu hutan rawa gambut Tabel 3. Tabel 3 Famili serangga mangsa N. ampullaria pada kedua tipe habitat No Famili Hutan Kerangas Hutan Rawa Gambut 1 Amphinectidae 2 2 Argasidae 1 3 Blattellidae 2 4 Chaoboridae 3 5 Chironomidae 2 6 Cosmetidae 1 7 Entomobryidae 1 1 8 Euzetidae 2 9 Formicidae 420 50 10 Gryllidae 1 11 Linyphiidae 1 12 Lycosidae 2 13 Lygaeidae 2 14 Nabidae 1 15 Nicodamidae 3 16 Phalacridae 1 17 Psoquillidae 1 18 Scarabaeidae 1 19 Simulidae 5 20 Termitidae 3 21 Titanoecidae 7 Formicidae merupakan serangga semut yang paling banyak ditemukan pada kantong semar di hutan kerangas Kessinger 2006. Semut adalah serangga mangsa yang penting bagi N. ampullaria Peng at al. 2015. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini. Spesies serangga Formicidae yang ditemukan pada kedua tipe habitat bervariasi Gambar 9. Keanekaragaman dan jumlah individu semut yang tinggi di hutan kerangas mengindikasi bahwa daya tangkap N. ampullaria terhadap semut sangat tinggi di hutan kerangas. Suhu tanah pada hutan kerangas yang panas dan kering juga menyebabkan tingginya jumlah individu semut yang terperangkap oleh N. ampullaria. Menurut Yuniar dan Haneda 2015, suhu tanah yang tidak terlalu dingin akan disukai oleh Arthopoda, terutama fauna permukaan tanah epifauna seperti semut. Bagian bibir kantong N. ampullaria yang berwarna lebih terang dibandingkan bagian lainnya dapat menguntungkan dalam proses pemangsaannya. Gerigi pada bibir kantong N. ampullaria merupakan bagian yang licin dan berwarna lebih terang. Hal ini menjadi daya tarik bagi serangga mangsa untuk mendekati kantong N. ampullaria. Menurut Purwanto 2007 bagian bibir kantong semar terdapat gerigi yang bewarna mencolok dan terdapat nektar pada glandular crest yang berada tepat diatasnya. Semut sebagai salah satu spesies serangga yang sangat peka terhadap rasa manis. Ketika berada di bagian kantong secara tidak