Analisis Faktor Lingkungan Autekologi Nepenthes Ampullaria Jack. Di Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat

33 kantong semar digunakan untuk sebagai, pembungkus ketupat, tumbuhan obat dan pengganti tali. Bagian yang dimanfaatkan adalah kantong, cairan kantong dan batang. Pada masyarakat di sekitar kawasan N. ampullaria lebih dikenal dibandingkan jenis lainnya, karena pemanfaatannya sebagai pembungkus makanan. N. ampullaria memiliki manfaat yang beragam dibandingkan spesies kantong semar lainnya di Cagar Alam Mandor. Bentuk kantong N. ampullaria yang menyerupai cangkang telur sering dimanfaatkan untuk membungkus ketupat. Kantong N. ampullaria sebagai bahan substitusi daun kelapa dalam pembuatan ketupat. Pengetahuan masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor tentang pemanfaatan N. ampullaria sebagai pembungkus ketupat sudah diketahui sejak dahulu. Ketupat kantong semar N. ampullaria dibuat untuk hidangan saat berkumpul masyarakat. Waktu berkumpul masyarakat biasanya pada permulaan penanaman dan pasca panen padi. Ketupat kantong semar N. ampullaria dianggap lebih enak dibandingkan ketupat yang terbungkus dari daun kelapa atau daun-daun lainnya. Ketupat kantong semar N. ampullaria menghasilkan aroma dan rasa yang khas terhadap beras yang dimasak di dalamnya. Masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor meyakini bahwa perlakuan khusus terhadap kantong N. ampullaria sebelum digunakan untuk membungkus dapat menghasilkan aroma dan rasa yang khas pada beras ketupatnya. Proses pembuatan ketupat kantong semar N. ampullaria terdiri dari 4 tahap, antara lain: 1. Pemanenan, yaitu memilih kantong N. ampullaria yang dapat dipanen. Kantong N. ampullaria dipanen memiliki keriteria antara lain; kantong warna dan corak hijau polos blirik, mulut kantong sudah terbuka dan ukuran kantong mencapai ukuran 1 genggaman tangan manusia. 2. Pencucian, yaitu membersihkan bagian dalam kantong N. ampullaria dari bangkai-bangkai serangga dan serasah. Kemudian, kantong N. ampullaria direndam selama 2 hari. Tahapan ini sangat penting, karena sifat kulit kantong N. ampullaria yang telah dipanen lebih mudah sobek, sehingga diperlukan perendaman untuk mebuatnya lebih liat pada saat pengukusan. 3. Pengisian, yaitu kantong N. ampullaria yang sudah direndam dicuci kembali, kemudian kantong N. ampullaria diisi dengan beras ketan atau beras biasa. Beras diisi ke dalam kantong N. ampullaria sebanyak ¾ dari ukuran kantong. setelah diisi dengan beras, santan kelapa dimasukkan hingga mencapai mulut kantong N. ampullaria volume santan kelapa harus lebih banyak dibandingkan volume beras. 4. Pengukusan, yaitu kantong N. ampullaria yang telah terisi oleh beras dan santan dimasukkan ke dalam wadah pengukusan. Proses pengukusan dilakukan hingga beras pada kantong N. ampullaria naik ke permukaan mulut kantong ketupat. Proses tahapan pembuatan ketupat dari kantong N. ampullaria ditunjukkan pada Gambar 13. Ketupat kantong semar mulai jarang dibuat oleh masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor. Penyebabnya karena masyarakat mulai mengerti dan memahami tentang larangan mengambil spesies-spesies yang dilindungi di dalam kawasan Cagar Alam Mandor. Pemahaman masyarakat tentang aturan tersebut timbul setelah diadakannya kegiatan sosialisasi oleh pengelola kawasan Cagar Alam Mandor. Keberadaan N. ampullaria pada habitat-habitat hutan yang terdapat di dalam kawasan Cagar Alam Mandor menyebabkan masyarakat tidak dapat memperoleh kantong-kantong N. ampullaria untuk membungkus ketupat. Kantong-kantong N. ampullaria yang dipanen saat ini berasal dari individu N. ampullaria yang tumbuh di kebun-kebun karet masyarakat. Jumlah kantong yang dapat dipanen sangat terbatas, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk dapat memanennya kembali. Proses regenerasi N. ampullaria di kebun- kebun karet masyarakat lebih lambat dibandingkan di habitat aslinya di Cagar Alam Mandor. Masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor pernah mencoba membudidayakan N. ampullaria di sekitar halaman pekarangan rumah dan kebun-kebun mereka, tetapi N. ampullaria tidak berkembang. N. ampullaria yang tumbuh di kebun-kebun karet masyarakat merupakan hasil penyerbukan alami, sehingga masyarakat lokal tidak berusaha untuk melakukan pembudidayaan kembali. Kriteria pemilihan kantong N. ampullaria yang dapat dipanen merupakan nilai kebudayaan yang mengakar dalam kehidupan masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor. Pemanenan kantong N. ampullaria dengan kriteria tersebut dapat menjaga ketersediaan kantong dan populasi N. ampullaria di alam. Pemilihan kriteria kantong N. ampullaria dilakukan berdasarkan pengalaman masyarakat tentang kekhawatiran terhadap ketahan kulit kantong N. ampullaria pada saat pengukusan. Kantong N. ampullaria yang berwarna dan bercorak seperti hijau polos, merah blirik dan merah polos memiliki kulit kantong lebih tipis dibandingkan kantong yang berwarna dan bercorak hijau polos blirik. Masyarakat juga meyakini bahwa kantong N. ampullaria yang dipanen dengan mulut kantong sudah terbuka akan menghasilkan rasa dan aroma beras ketupat yang lebih enak dan harum. Kantong N. ampullaria yang terbuka terdapat pada individu dewasa. Individu dewasa N. ampullaria memiliki jumlah kantong yang lebih banyak dibandingkan individu muda, tidak akan mempengaruhi pertumbuhan individu N. ampullaria dewasa. Pengetahuan masyarakat di sekitar Cagar Alam Mandor tentang pemanfaatan N. ampullaria sebagai tumbuhan obat masih sedikit. Masyarakat lokal hanya mengetahui bahwa cairan kantong N. ampullaria dapat mengobati kesulitan berbicara pada anak kecil. Informasi ini belum diketahui secara luas, bahkan ada masyarakat yang menganggapnya sebagai mitos. Cairan kantong yang dimanfaatkan adalah cairan kantong N. ampullaria yang masih tertutup. Gambar 13 Tahapan pembuatan ketupat dari kantong N. ampullaria Pemanenan Pencucian Pengisian berasketan dan santan kelapa Pengukusan 35 Pengobatan dilakukan dengan cara meminumkan langsung cairan kantong N. ampullaria kepada anak kecil yang mederita kesulitan berbicara. Masyarakat meyakini bahwa, dalam beberapa waktu kemudian anak kecil tersebut dapat berbicara dengan normal. Informasi ini dapat dijadikan acuan untuk mengkaji potensi cairan N. ampullaria sebagai antibakteri terhadap B. subtilus dan E. Coli terhadap pengaruhnya pada penyakit kesulitan berbicara pada anak. Pemanfaatan lain yang pernah oleh masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor adalah penggunaan beberapa spesies kantong semar sebagai hiasan pada perayaan-perayaan di masyarakat. Spesies kantong semar yang digunakan memiliki jumlah kantong yang banyak dalam satu individu, seperti; N. ampullaria, N. gracilis dan N. mirabilis. Alasan lain masyarakat menggunakan ketiga spesies kantong semar ini karena memiliki warna yang lebih cerah. Bagian batang N. ampullaria juga digunakan sebagai tali pengikat. Penggunaan batang N. ampullaria hanya bersifat substitusi. Masyarakat lebih sering menggunakan tali dari batang rotan. Batang rotan lebih mudah dijumpai di sekitar kebun-kebun masyarakat dibandingkan batang N. ampullaria.

3.8 Implikasi Autekologi Nepenthes ampullaria Jack. terhadap Konservasi

Kawasan Cagar Alam Mandor Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya mendefinisikan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang ditetapkan untuk dilindungi karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya, serta perkembangannya berlangsung secara alami. Mengacu pada definisi tersebut, pengelolaan kawasan Cagar Alam Mandor seharusnya dapat terlaksana sesuai fungsinya. Kerusakan yang terjadi hampir diseluruh kawasan Cagar Alam Mandor menyebabkan penurunan terhadap kualitas dan fungsinya. Kawasan ini seharusnya menjadi daerah pelestarian bagi keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat di dalam ekosistemnya. Kegiatan PETI menimbulkan berbagai masalah di kawasan Cagar Alam Mandor. Salah satu masalah yang ditimbulkan, yaitu kerusakan pada permukaan lapisan tanah atas, sehingga tanah menjadi tidak subur. Kondisi tanah yang tidak subur berdampak pada penurunan jumlah spesies asli di Cagar Alam Mandor. Jumlah jenis tumbuhan berkayu menurun akibat benih tidak mampu bertahan pada kondisi tanah yang berpasir dan kering. Penurunan jumlah spesies vegetasi di Cagar Alam Mandor menyebabkan areal-areal bekas PETI terus terbuka. Areal-areal yang terbuka tidak dapat menyimpan air hujan. Debit air sungai akan meningkat pada musim hujan sehingga menyebabkan banjir di desa-desa sekitar kawasan Cagar Alam Mandor. Keberadaan spesies vegetasi pada kawasan sangat penting membantu penyerapan air, sehingga kawasan dapat berfungsi sebagai daerah resapan air. Peningkatan jumlah individu N. ampullaria pada hutan kerangas menjadi pertanda bahwa faktor lingkungannya dapat mendukung proses kehidupannya. Faktor lingkungan yang dibutuhkan N. ampullaria di Cagar Alam Mandor adalah tanah memiliki unsur hara rendah, persentase pasir tinggi dan bersifat masam serta suhu udara yang tinggi. Kondisi habitat N. ampullaria sangat mirip dengan areal- areal terbuka bekas PETI pada kawasan Cagar Alam Mandor. Sinyal ini