22
4.4. Pengaruh Aplikasi B. bassiana dan Heterorhabditis sp. terhadap
Serangan Hama Boleng
4.4.1. Pengaruh Aplikasi B. bassiana Hasil analisis ragam terhadap luas serangan hama boleng, intensitas
serangan hama boleng pada permukaan umbi dan intensitas serangan pada umbi saat panen, menunjukkan bahwa aplikasi B. bassiana 10
6
-10
8
konidia ml
-1
, tidak berpengaruh nyata pada uji BNT taraf nyata 5 Tabel 1. Walaupun secara
statistika tidak berbeda nyata, aplikasi B. bassiana dengan kerapatan 10
8
konidia ml
-1
mengakibatkan luas serangan hama boleng menjadi paling rendah yaitu 25,40, dibandingkan ketiga perlakuan lainnya. Petak yang tidak diaplikasikan B.
bassiana memperlihatkan luas serangan hama boleng tertinggi yaitu 34,70
Tabel 1. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan B. bassiana, walaupun tidak tinggi masih memiliki kemampuan untuk mengendalikan serangan hama boleng
di lahan. Aplikasi B. bassiana dengan kerapatan 10
8
konidia ml
-1
mengakibatkan intensitas serangan hama boleng pada permukaan umbi menjadi paling rendah
yaitu 9,38 , dibandingkan ketiga perlakuan lainnya. Petak yang tidak diaplikasikan B. bassiana memperlihatkan intensitas serangan hama boleng pada
permukaan umbi tertinggi yaitu 16,71 Tabel 1. Hal ini menunjukkan perlakuan B. bassiana
masih memiliki kemampuan untuk mengendalikan intensitas serangan hama boleng di permukaan umbi. Aplikasi B. bassiana dengan kerapatan
10
8
konidia ml
-1
mengakibatkan intensitas serangan hama boleng pada umbi menjadi paling rendah yaitu 13,79, dibandingkan ketiga perlakuan lainnya.
Petak yang tidak diaplikasikan B. bassiana memperlihatkan intensitas serangan hama boleng pada seluruh umbi tertinggi yaitu 22,16 Tabel 1. Hal ini
menunjukkan perlakuan B. bassiana masih memiliki kemampuan untuk mengendalikan intensitas serangan hama boleng di seluruh bagian umbi.
Tabel 1 Serangan hama boleng pada umbi saat panen setelah aplikasi B. bassiana Intensitas Serangan
B. bassiana konidia ml
-1
Luas Serangan Umbi
12
Permukaan umbi
12
Umbi
12
34,70 y 16,71 y
22,16 y 10
6
29,93 y 13,65 y
19,92 y 10
7
33,86 y 15,29 y
20,37 y 10
8
25,40 y 9,38 y
13,79 y
1
Untuk kepentingan analisis ragam, data ditransformasi menggunakan Arc Sin √x.
2
Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 BNT
23 Hasil analisis ragam terhadap populasi hama boleng per umbi, menun-
jukkan bahwa aplikasi B. bassiana 10
6
-10
8
konidia ml
-1
tidak berpengaruh nyata pada uji BNT taraf nyata 5, Tabel 2. Walaupun secara statistik tidak berbeda
nyata, aplikasi B. bassiana dengan kerapatan 10
8
konidia ml
-1
mengakibatkan populasi hama boleng per umbi paling rendah yaitu 1,26 dibandingkan perlakuan
lainnya. Petak yang tidak diaplikasikan B. bassiana memperlihatkan populasi hama boleng per umbi tertinggi yaitu 1,87. Hal ini menunjukkan perlakuan B.
bassiana memiliki kemampuan untuk mengendalikan populasi hama boleng di
umbi. Hasil analisis ragam terhadap berat rata-rata umbi sehat menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata antara aplikasi B. bassiana 10
6
konidia ml
-1
dan 10
7
konidia ml
-1
pada uji BNT taraf nyata 5 Tabel 2, tetapi petak yang diaplikasikan B. bassiana 10
7
konidia ml
-1
dan petak tanpa perlakuan B. bassiana menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Petak yang diaplikasikan B. bassiana
dengan kerapatan 10
6
konidia ml
-1
menunjukkan berat umbi paling tinggi yaitu 143,61 g per umbi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan petak yang
diaplikasikan B. bassiana dengan kerapatan 10
7
konidia ml
-1
memperlihatkan berat umbi sehat paling rendah yaitu 113,56 g per umbi. Hal ini berarti bahwa
perlakuan B. bassiana tidak mempengaruhi berat umbi sehat yang dihasilkan oleh tanaman.
Tabel 2 Populasi hama boleng per umbi dan berat umbi sehat setelah aplikasi B. bassiana
B. bassiana konidia ml
-1
Populasi hama boleng per umbi
1
Berat rata-rata umbi sehat g
1
1,87 y 118,23 xy
10
6
1,65 y 143,61 y
10
7
1,42 y 113,56 x
10
8
1,26 y 125,73 xy
1
Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 BNT
4.4.2. Pengaruh Aplikasi Heterorhabditis sp. Hasil analisis ragam terhadap luas serangan hama boleng menunjukkan
bahwa aplikasi Heterorhabditis sp. dengan kerapatan juvenil infektif 2 x 10
9
dan 3 x 10
9
ha
-1
berpengaruh nyata pada uji BNT taraf nyata 5 Tabel 3. Aplikasi Heterorhabditis
sp. dengan kerapatan juvenil infektif 2 x 10
9
ha
-1
dan 3 x 10
9
24 ha
-1
, jika dibandingkan dengan petak tanpa aplikasi Heterorhabditis sp. menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan aplikasi Heterorhabditis sp.
dengan kerapatan juvenil infektif 1 x 10
9
ha
-1
dan petak tanpa aplikasi Heterorhabditis
sp. tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Akan tetapi, aplikasi Heterorhabditis
sp. dengan kerapatan juvenil infektif 1 x 10
9
, 2 x 10
9
dan 3 x 10
9
ha
-1
menunjukkan tidak berpengaruh nyata antar tiap kerapatan. Aplikasi Heterorhabditis
sp. dengan kerapatan juvenil infektif 2 x 10
9
ha
-1
mengakibatkan luas serangan hama boleng terendah yaitu 25,80, dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Petak yang tidak diaplikasikan Heterorhabditis sp. memperlihatkan luas serangan tertinggi yaitu 39,31. Hal ini menunjukkan
bahwa perlakuan Heterorhabditis sp. dibandingkan petak yang tidak diaplikasikan Heterorhabditis
sp. memiliki kemampuan dalam mengendalikan serangan hama boleng di lahan.
Hasil analisis ragam terhadap intensitas serangan hama boleng pada permukaan umbi dan intensitas serangan pada umbi saat panen, menunjukkan
bahwa aplikasi Heterorhabditis sp. dengan kerapatan juvenil infektif 1 x 10
9
– 3 x 10
9
ha
-1
tidak berpengaruh nyata pada uji BNT taraf nyata 5 Tabel 3. Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, aplikasi Heterorhabditis sp. dengan
kerapatan populasi 3 x 10
9
j.i ha
-1
mengakibatkan intensitas serangan hama boleng pada permukaan umbi terendah yaitu 10,42, dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Petak yang tidak diaplikasikan Heterorhabditis sp. memperlihatkan intensitas serangan pada permukaan umbi tertinggi yaitu 17,01 Tabel 3. Hal
ini menunjukkan bahwa perlakuan Heterorhabditis sp. mampu mengendalikan intensitas serangan hama boleng di permukaan umbi. Aplikasi Heterorhabditis sp.
dengan kerapatan populasi 2 x 10
9
j.i ha
-1
mengakibatkan intensitas serangan hama boleng pada seluruh umbi terendah yaitu 15,34, dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Petak yang tidak diaplikasikan Heterorhabditis sp. memperlihatkan intensitas serangan pada umbi tertinggi yaitu 23,46 Tabel 3.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan Heterorhabditis sp. dibandingkan petak yang tidak diaplikasikan Heterorhabditis sp. masih mampu mengendalikan
intensitas serangan hama boleng di seluruh bagian umbi.
25 Tabel
3 Serangan hama boleng pada umbi saat panen setelah aplikasi Heterorhabditis
sp. Intensitas Serangan
Heterorhabditis sp.
J.I ha
-1
Luas Serangan Umbi
12
Permukaan Umbi
12
Umbi
12
39,31 x 17,01 y
23,46 y 1 x 10
9
32,01 xy 15,94 y
22,01 y 2 x 10
9
25,80 y 11,65 y
15,34 y 3 x 10
9
26,77 y 10,42 y
15,43 y
1
Untuk kepentingan analisis ragam, data ditransformasi menggunakan Arc Sin √x.
2
Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 BNT
Hasil analisis ragam terhadap populasi hama boleng per umbi dan berat rata-rata umbi sehat, Heterorhabditis sp. dengan kerapatan juvenil infektif 1 x 10
9
– 3 x 10
9
ha
-1
tidak berpengaruh nyata pada uji BNT taraf nyata 5 Tabel 4. Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, aplikasi Heterorhabditis sp. dengan
kerapatan juvenil infektif 3 x 10
9
ha
-1
mengakibatkan populasi hama boleng per umbi terendah yaitu 1,01, dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Petak yang
tidak diaplikasikan Heterorhabditis sp. memperlihatkan populasi per umbi tertinggi yaitu 1,99 Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
Heterorhabditis sp. dibandingkan petak yang tidak diaplikasikan Heterorhabditis
sp. masih mampu mengendalikan populasi hama boleng pada umbi. Aplikasi Heterorhabditis
sp. dengan kerapatan juvenil infektif 3 x 10
9
j.i ha
-1
mengakibatkan berat umbi sehat tertinggi yaitu 128,87 g, dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada petak yang tidak diaplikasikan Heterorhabditis sp.
memperlihatkan berat umbi sehat terendah yaitu 121,77 g Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan Heterorhabditis sp. dibandingkan petak yang
tidak diaplikasikan Heterorhabditis sp. masih memiliki kemampuan dalam mengendalikan hama boleng pada umbi, sehingga kerusakan umbi yang lebih
parah dapat dikurangi pada saat panen. Tabel 4 Populasi hama boleng per umbi dan berat umbi sehat setelah aplikasi
Heterorhabditis sp.
Heterorhabditis sp.
J.I ha
-1
Populasi hama boleng per umbi
1
Berat rata-rata umbi sehat g
1
0 1,99 y 121,77
y 1 x 10
9
1,76 y 126,21 y
2 x 10
9
1,45 y 124,26 y
3 x 10
9
1,01 y 128,87 y
1
Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 BNT
26 4.4.3. Pengaruh Interaksi B. bassiana dan Heterorhabditis sp.
Aplikasi B. bassiana
dan Heterorhabditis sp. tidak menunjukkan adanya interaksi dalam hal intensitas serangan pada permukaan umbi, intensitas serangan
pada seluruh bagian umbi, luas serangan, populasi hama boleng dan besaran berat umbi Lampiran 2-7. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh aplikasi B. bassiana
dan Heterorhabditis sp. bekerja terpisah dalam menurunkan serangan hama boleng di lahan.
4.1 4.2 4.3
4.4 4.5 4.6 Gambar 4 Hama boleng pada umbi
4.1 imago hama boleng
4.2 telur hama boleng
4.3 larva hama boleng
4.4 pupa hama boleng
4.5 serangan hama boleng pada permukaan umbi
4.6 serangan hama boleng di dalam umbi dengan indeks kerusakan = 5
V. PEMBAHASAN