Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana

6 Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan feromon sex serangga betina Z-3-dodecen-1-o1E-2-butenoate. Penggunaan feromon ini memiliki keefektifan sebagai perangkap massal untuk menarik serangga jantan. Kelebihan lain dari feromon ini adalah biaya yang dikeluarkan tidak mahal serta mudah dilaksanakan Hwang 2000. Penggunaan feromon sex dapat dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat populasi dan penyebaran hama boleng di lahan Komi 2000; Capinera 2003. Selain itu, pengendalian kimia juga dapat dilakukan menggunakan insektisida sintetis baik insektisida dalam bentuk cairan maupun butiran, terutama yang bersifat sistemik. Aplikasi insektisida pada saat tanam dapat mencegah kerusakan pada bibit, dan aplikasi setelah tanam dapat mencegah serangan hama boleng dari tanaman di sekitarnya Nonci 2005.

2.2. Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana

2.2.1. Taksonomi B. bassiana Balsamo Vuillemin berdasarkan klasifikasi fase aseksualnya digolongkan ke dalam cendawan divisi Deuteromycota, kelas Hyphomycetes, dan ordo Moniliales yang dikenal dengan nama white muscardine Tanada Kaya 1993. Disamping itu, cendawan ini berdasarkan fase seksualnya masuk ke dalam divisi Ascomycota, kelas Sordariomycetes, ordo Hypocreales dan famili Clavicipitaceae Roy et al. 2006; CABI 2007. 2.2.2. Morfologi Tanada Kaya 1993 menerangkan bahwa B. bassiana merupakan cendawan tidak sempurna imperfect fungi yang berkembang biak secara aseksual. Karakteristik konidiofor ditopang oleh hifa hialin, berkonidia tunggal, beralur zig zag dan memiliki konidia berbentuk oval. 2.2.3. Bioekologi B. bassiana ditemukan pertama kali pada ulat sutera di tahun 1912. Cendawan ini ditemukan secara luas di dunia sebagai saprofit di dalam tanah dan merupakan cendawan yang memiliki jumlah inang terbesar. B. bassiana telah dilaporkan dapat menginfeksi lebih dari 100 spesies serangga dari ordo Lepidoptera, Coeloptera, Hemiptera, Diptera dan Hymenoptera Tanada Kaya 1993; Prayogo 2006, namun demikian cendawan ini lebih efektif mengendalikan 7 hama ordo Coeloptera Varela Morales 1996, dimana hama boleng merupakan salah satu inangnya Capinera 2003. B. bassiana dapat diisolasi dari bangkai serangga maupun tanah, karena tanah merupakan tempat terbaik untuk propagul infektif dan bertahan hidup dalam bentuk konidia atau hifa safrofit Abebe 2002; Gottwald Tedders 1984. Jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan, cendawan ini akan melakukan dormansi dan akan aktif apabila mendapatkan inang untuk diinfeksi Boucias Pendland 1998. Penempelan konidia ke tubuh serangga biasanya terjadi secara pasif melalui bantuan angin atau air, sehingga menyebabkan kontak antara konidia dengan permukaan integumen Inglis et al. 2001. Setelah terjadi kontak, konidia B. bassiana membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat berkecambah dan menginfeksi serangga, karena perkecambahan konidia tergantung pada kelembaban, suhu, cahaya dan nutrisi Tanada Kaya 1993; Inglis et al. 2001. Perkembangan konidia memerlukan sumber karbon seperti glukosa, glukosamin, khitin, ragi serta sumber nitrogen untuk pertumbuhan hifa. Perkembangan konidia dapat terjadi pada integumen serangga dengan melakukan penempelan dan perkecambahan pada kutikula, kemudian melakukan penetrasi ke dalam hemosel dan akhirnya cendawan berkembang dalam tubuh serangga sehingga menyebabkan kematian Tanada Kaya 1993. Selain integumen, B. bassiana juga dapat menginfeksi melalui saluran makanan, trakea dan luka Broome et al. 1976 diacu dalam Trizelia 2005. Pada kondisi in vitro, cendawan ini mampu berkembang pada suhu 15-35 C dan kelembaban di bawah 95,5 Lecuona et al. 2001. Perbanyakan B. bassiana dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media seperti Potato Dextrose Agar PDA, Sabaroud Dextrose Agar SDA, jagung, kentang, kedelai, ubi kayu, kacang hijau dan dedak Tobing et al. 2006. Pada aplikasi laboratorium uji keefektifan B. bassiana tidak ditemukan banyak kendala. Akan tetapi pada aplikasi lapangan, keefektifan B. bassiana ditemukan berbagai macam kendala kondisi lingkungan seperti hujan, sinar matahari, waktu aplikasi, konsentrasi aplikasi serta frekuensi aplikasi Prayogo 2006. Selain itu, persistensi cendawan entomopatogen di dalam tanah juga 8 dipengaruhi oleh berbagai faktor tanah seperti tipe tanah, kadar air tanah dan mikroflora tanah Inglish et al. 2001. Shimazu et al. 2002 menyatakan bahwa kerapatan konidia B. bassiana dalam tanah akan menurun setelah 12 bulan dan aplikasi B. bassiana tidak mempengaruhi kerapatan mikroorganisme lain. 2.2.4. Proses Infeksi Konidia yang telah berkecambah membentuk tabung kecambah dengan mengambil makanan dari integumen serangga, setelah itu menembus integumen dan masuk ke dalam hemosel. Cendawan membentuk tubuh hifa yang kemudian ikut beredar dalam hemolimfa dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan lain seperti jaringan lemak, sistem syaraf, trakea dan saluran pencernaan. Pada saluran pencernaan konidia berkembang dalam waktu 72 jam, setelah itu hifa melakukan penetrasi pada dinding usus sekitar 60-72 jam. Kerusakan saluran pencernaan terjadi dengan hancurnya pencernaan, kemudian masuk ke hemosel dan mengubah pH hemolimfa, setelah itu serangga akan kehabisan nutrisi dan akhirnya mati Tanada Kaya 1993; Santoso 1993. Inglish et al. 2001, menambahkan bahwa selain akibat kehabisan nutrisi, kematian serangga juga dapat disebabkan adanya tekanan fisik akibat masuknya hifa pada jaringan serangga, peracunan oleh mikotoksin B. bassiana serta aksi kombinasi ketiganya. B. bassiana dapat memproduksi mikotoksin dalam tubuh serangga. Toksin ini dapat menyebabkan pembengkakan atau kekakuan pada tubuh serangga Tanada Kaya 1993. Mikotoksin yang dihasilkan dapat berupa beauvericin yang merupakan toksin penghambat perkembangan serangga, bassianolide dan oosporein Tanada Kaya 1993; Inglis et al. 2001. Selain itu, toksin tersebut dapat menghambat pembusukan yang disebabkan bakteri pada tubuh serangga sehingga cendawan dapat melakukan mumifikasi dengan baik pada tubuh serangga Hafez et al. 1994; Tanada Kaya 1993.

2.3. Nematoda Entomopatogen Heterorhabditis

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium

4 89 58

Tanggap Beberapa Varietas Ubi Jalar Dan Frekuensi Pembumbunan Terhadap Serangan Hama Boleng Cylas formicarius Fabr. (Coleoptera : Curculionidae)

8 113 120

Uji Efektifitas Beauveria bassiana (Balsamo) Dan Daun Lantana camara L. Terhadap Hama Penggerek Umbi Kentang (Phthorimaea operculella Zell.) Di Gudang

1 40 72

Keefektifan beberapa isolat cendawan entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) vullemin terhadap hama boleng Cylas formicarius (Fabr)(Coleoptera : Curculionidae) di laboratorium

0 7 31

Keefektifan Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana (Bals.) Vuill terhadap Cylas formicarius (F.) (Coleoptera: Brentidae) dan Pengaruhnya pada Keperidian

0 5 55

Keefektifan Cendawan Metarhizium brunneum Petch terhadap Hama Ubi Jalar Cylas formicarius Fabricius (Coleoptera: Brentidae)

0 5 53

Keefektifan Cendawan Metarhizium brunneum Petch terhadap Hama Ubi Jalar Cylas formicarius Fabricius (Coleoptera: Brentidae).

0 3 30

Keefektifan cendawan metarhizium brunneum petch terhadap hama ubi jalar cylas formicarius fabricius (Coleoptera: Brentidae)

0 3 53

Pengaruh Umur Cendawan Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin terhadap Infektivitasnya pada Cylas formicarius Fabricius (Coleoptera: Brentidae)

0 4 43

Pengendalian hama penggerek ubi jalar Cylas formicarius (Fabricus) (Coleoptera: Curculionidae) menggunakan cendawan entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin

0 0 9