28
5.3. Pengamatan Hama Boleng di Lahan
Tidak ditemukan adanya hama boleng selama pemasangan pitfall trap mulai 14, 16 dan 18 MST. Hal ini bukan disebabkan populasi hama boleng di
lahan tidak ada, akan tetapi dikarenakan aktifitas hama boleng dari satu tanaman ke tanaman lain lebih banyak melalui tajuk-tajuk tanaman yang rindang dan
menutupi tanah, sehingga hama boleng tidak ditemukan di permukaan tanah. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengamatan terhadap kerusakan umbi yang
disebabkan oleh hama boleng di lahan pada 16 dan 18 MST. Pengamatan terhadap umbi ditemukan adanya kerusakan akibat serangan
hama boleng. Kerusakan umbi yang ringan, serangan hama boleng hanya mencapai permukaan umbi hingga sedikit ke bagian dalam umbi, sedangkan
kerusakan umbi yang berat, hama boleng dapat menyerang hingga mencapai bagian dalam umbi yang dicirikan adanya lubang-lubang bekas gigitan hama
boleng pada permukaan umbi. Lubang tersebut ada yang hanya terdapat di permukaan umbi maupun menyambung hingga ke bagian dalam umbi sehingga
kelihatan seperti terowongan. Lubang bagian dalam terbentuk karena hama boleng melakukan peletakan telur pada permukaan dalam umbi, kemudian setelah
menetas menjadi larva, larva menggerek umbi dan membuat terowongan- terowongan dalam umbi dalam upaya melakukan aktifitas makan. Capinera
2003, menjelaskan bahwa hama boleng pada fase larva menyebabkan lebih banyak kerusakan pada umbi dibandingkan fase dewasa yang kerusakannya hanya
terbatas pada permukaan umbi. Selain itu, di sekitar terowongan juga terdapat sisa gerekan dari hama boleng yang memiliki bau khas dan bewarna gelap.
5.4. Pengaruh Perlakuan B. bassiana terhadap Luas Serangan, Intensitas
Serangan, Populasi Hama Boleng dan Berat Umbi
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan B. bassiana dengan kerapatan 10
6
– 10
7
konidia ml
-1
dibandingkan dengan petak yang tidak diaplikasikan B. bassiana tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dalam
mengendalikan hama boleng pada peubah pengamatan luas serangan, intensitas serangan pada permukaan umbi, intensitas serangan di seluruh bagian umbi, dan
populasi hama boleng..
29 Hal ini mungkin disebabkan B. bassiana baru dapat mematikan hama
boleng dalam waktu 4 hari setelah tertular Bari 2006, sedangkan dalam waktu sebelum itu hama boleng masih bisa menyerang umbi dan melakukan peletakan
telur, sehingga dari telur-telur yang telah diletakkan imago betina, ketika menetas menjadi larva mampu untuk membuat kerusakan di dalam umbi. Kalshoven
1981 menyatakan bahwa imago betina hama boleng mampu meletakkan rata- rata telur sekitar 2 butir setiap hari di umbi.
Penyebaran B. bassiana juga bersifat pasif Inglis et al. 2001, sehingga hanya mampu menginfeksi hama boleng jika terjadi kontak konidia B. bassiana
secara langsung pada bagian tubuh hama boleng. Dalam hal ini dapat dianggap bahwa B. bassiana hanya mampu untuk mengendalikan hama boleng di luar umbi
saja imago, sedangkan untuk mengendalikan fase lain dari hama boleng yaitu berupa telur, larva, pupa hingga imago muda tidak dapat dilakukan karena siklus
hidupnya berada di dalam umbi Capinera 2003; Nonci 2005. Pada penelitian ini, formulasi yang digunakan merupakan suspensi dalam
air yang diduga lebih mudah tercuci dibandingkan formulasi lain, sehingga menyebabkan kerapatan konidia B. bassiana lebih cepat berkurang di atas
permukaan tanah. Inglish et al. 2000 menyatakan bahwa konidia yang disuspensikan dalam air akan lebih mudah hilang dibandingkan dengan konidia
dalam formulasi minyak atau wettable powder WP. Selain itu, faktor iklim seperti curah hujan yang hampir setiap hari terjadi di lahan percobaan dan guludan
dengan saluran air pada petak percobaan dapat menyebabkan semakin cepatnya penyebaran konidia B. bassiana di lahan, sehingga kerapatan konidia B. bassiana
pada petak perlakuan menjadi cepat berkurang. Inglis et al. 2001 mengemukakan bahwa air hujan dapat membantu penyebaran konidia cendawan
pada permukaan tanah. Selain itu, Bruck dan Lewis 2000 juga menyatakan bahwa semakin sering hujan terjadi maka akan menyebabkan semakin
berkurangnya kerapatan konidia. Walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, nilai-nilai pada
perlakuan B. bassiana cenderung menunjukkan serangan hama boleng yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal ini dapat dilihat dari seluruh hasil
pengamatan kecuali rata-rata berat umbi sehat, pengaruh B. bassiana terhadap
30 serangan hama boleng pada umbi menunjukkan pengaruh yang lebih rendah
dibandingkan kontrol. Hal ini dikarenakan B. bassiana dapat menginfeksi hama boleng dan mematikannya sehingga dapat menurunkan populasi hama boleng
yang akan menyerang umbi di lahan tersebut, sedangkan tanpa perlakuan umbi tidak mendapatkan perlindungan sehingga hama boleng dapat dengan mudah
menyerang umbi karena tidak ada hambatan yang dapat mematikan dan menurunkan populasinya pada lahan.
Berat rata-rata umbi sehat menunjukkan perbedaan yang nyata antara aplikasi B. bassiana 10
6
konidia ml
-1
dibandingkan petak dengan aplikasi B. bassiana
10
7
konidia ml
-1
, sedangkan aplikasi B. bassiana 10
7
konidia ml
-1
menunjukkan berat yang lebih rendah dibandingkan dengan petak tanpa aplikasi B. bassiana
. Hal ini bukan disebabkan karena adanya pengaruh aplikasi B. bassiana
tetapi karena mungkin kesuburan tanah dalam tiap petak perlakuan sangat beragam dalam mempengaruhi fisiologi perkembangan tanaman ubi jalar
tersebut dalam pembentukan masing-masing umbi.
5.5. Pengaruh Perlakuan Heterorhabditis sp. terhadap Luas Serangan,