4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nira Aren
Pengambilan nira aren secara umum hampir sama di setiap negara penghasil gula aren yaitu dengan cara penyadapan. Proses penyadapan nira aren dimulai dengan cara
mengikat dan mengayun-ayun untaian bunga aren jantan. Bersamaan dengan mengayun, lengan bunga jantan dipukul-pukul dengan pemukul kayu gendir atau paninggur untuk
membuka aliran nira dari batang pohon, kemudian ujung lengan bunga tanaman aren tersebut diiris tipis. Nira akan mengalir dari bekas irisan dan ditampung dengan
menggunakan tabung bambu lodong atau dengan jerigen plastik.nProduksi nira aren berbeda-beda antara masing-masing jenis aren yang tumbuh di dunia ini. Menurut Pollak
2010 dari 12 pohon aren dapat menghasilkan sekitar 100 liter nira per hari, yang dapat dikonversi menjadi sekitar 15 kg gula cetak sedangkan menurut Lay dan Heliyanto
2004 2011 produksi nira aren per hari berkisar antara 10-20 liter per pohon dengan konversi 10 menjadi gula. Nira merupakan makanan yang sangat bergizi dengan
kandungan air sebesar 75 - 90 , zat padat total sebesar 15 -19.7 yang meliputi kadar sukrosa sebesar 12.3-17.4, gula pereduksi 0.5-1, protein 0.23-0.32 dan abu 0.11-
0.41 Child 1974. Karakteristik nira adalah 84.4 air, 14.35 karbohidrat terutama sukrosa, 0.66 abu, 0.11 protein, 0.17 lemak dan 0.31 lainnya Anonim 1989.
Produksi nira aren secara nasional masih sangat kecil jika dibandingkan dengan nira tebu. Pada Tabel 1 disajikan perkembangan produksi nira aren Indonesia sejak
tahun 2004 sampai tahun 2009.
Total luas kebun aren di Indonesia pada tahun 2010 adalah sekitar 62,009 Ha dengan produksi nira aren sebesar 164.4 juta kg konversi gula ke nira 1:12 berasal dari
seluruh indinesia. Sebaran tanaman aren di seluruh Indonesia belum terdata dengan baik karena selama ini tanaman aren masih tumbuh secara liar dan baru sedikit daerah yang
membudidayakan. Beberapa daerah yang telah melakukan budidaya dan mendata luas area penanaman tanaman aren Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Bengkulu dan Kalimantan Selatan. Produk gula cetak aren selama ini berasal dari bahan baku nira aren hasil penyadapan. Nira memiliki sifat mudah mengalami
kerusakan karena fermentasi sehingga petani umumnya memberikan pengawet alami
Tabel 1 Perkembangan produksi nira aren indonesia
Tahun Luas Areal
Ha Produksi Nira
Ton 2004
59557 141384
2005 60361
154366 2006
61762 163735
2007 61885
164062 2008
62009 164389
2009 60482
303760 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009
Data diolah dari konversi gula aren ke nira aren
Dedi 2010
5 berupa akar kawao, getah manggis, tatal nangka atau bagian tanaman lain yang bersifat
antimikrobial. Bahan pengawet tersebut dimasukkan ke dalam lodong jerigen selama penyadapan Iskandar dan Sunarti 1991. Saat ini petani sudah biasa juga menggunakan
bahan pengawet kimia natrium meta bisulfit untuk pengawetan nira saat penyadapan. Mutu nira hasil penyadapan sangat menentukan mutu gula yang dihasilkan. Ciri-ciri nira
yang bermutu antara lain berwarna bening, rasanya manis, berbau harum, pH 6 sampai 7 dan kadar sukrosa lebih dari 12 .
Proses produksi gula aren cetak secara tradisional diawali dengan pengumpulan nira, kemudian nira disaring dengan tujuan untuk memisahkan kotoran yang terdapat
pada nira. Nira selanjutnya dikentalkan dengan dipanaskan dalam wajan dengan menggunakan kompor atau kayu bakar pada suhu 100 sampai 117
o
C sampai menjadi kental jenuh. Proses pemanasan selesai ditandai dengan melihat intensitas warna
kecoklatan dan viscositas produk. Produk selanjutnya dituangkan pada cetakan dan didiamkan selama beberapa menit agar menjadi keras. Selanjutnya gula cetak dikeluarkan
dari cetakan Phaichamnan et al. 2010. Tahapan proses pembuatan gula merah ini hampir sama dengan yang dilakukan di beberapa negara penghasil gula merah seperti di
India, Vietnam, Thailand dan Afrika Sunantyo dan Utami 1998; Jagannadha et al. 2007; Suwansri et al. 2009; Phaichamnan et al. 2010.
Beberapa indikator mutu gula aren cetak antara lain warna, bentuk, kadar air dan rasa. Indikator tersebut biasanya saling berpengaruh antara yang satu terhadap yang
lainnya. Gula aren yang memiliki mutu tinggi umumnya berwarna merah-kecoklatan, cerah, tekstur keras dan rasa manis. Standar mutu gula aren menurut SNI diperlihatkan
pada Tabel 2. Variasi mutu gula aren dapat disebabkan oleh banyak hal. Marsigit Tabel 2 Syarat mutu gula cetak menurut SNI 01-3743-1995
Mutu I Mutu II
Bau Normal
Normal Rasa
Normal, Khas Normal, Khas
Warna Kuning sampai kecoklatan Kuning sampai
kecoklatan Air maks bb
8.0 10
Abu maks bb 2
2 Gula pereduksi maks bb
11 14
Jumlah gula sebagai sukrosa maks bb
65 60
Bagian yang tak larut dalam air maks bb
1.0 5.0
Bahan tambahan makanan mgkg
20 200
Cemaran Logam maks mgkg
Seng Zn 40
40
Timbal Pb 2
2
Tembaga Cu 2
2
Raksa Hg 0.03
0.03
Timah Sn 40
40
Cemaran Arsen As 0.1
1 Sumber : Badan Standarisasi Nasional 1995