Analisis Nilai Tambah Rekayasa Proses Granulasi Gula Aren Cetak

50 Analisis Nilai Tambah Finansial Untuk menghitung nilai tambah produk, dilakukan perhitungan dengan metoda hayami. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan petani dan pedagang gula aren granul serta hasil penelitian. Selain itu, untuk menghitung komponnen sumbangan input lain pada point 9 Tabel 11, maka dilakukan perhitungan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : 1. Perhitungan nilai tambah dibatasi pada proses transformasi dari bahan baku sampai menjadi GAG. 2. Tidak memperhitungkan biaya investasi untuk fasilitas lainnya selain untuk alat produksi. 3. Basis perhitungan untuk dimulai pada saat nira siap dicetak menjadi GAC. Oleh karena itu biaya bahan baku dianggap sama sesaat sebelum dicetak jadi GAC pendekatan harga GAC di lokasi produksi. 4. Harga bahan baku untuk GAG- Nira = GAG- GAC = Rp. 13500 per kg 5. Biaya cetak gula diasumsikan Rp 500 per kg ditambahkan kepada sumbangan input lain sebagai beban bagi GAG- GAC . 6. Biaya sumbangan input lain untuk GAG- NIRA adalah kayu bakar dan penyusutan peralatan produksi wajan, tungku sedangkan untuk GAG- GAC adalah biaya listrik ’ gas dan penyusutan peralatan produksi slicer, pengering-glanulator. 7. Basis perhitungan biaya berdasarkan kemampuan kerja sehari 5 jam jika seorang petani membuat GAG- Nira dari bahan setara GAC, yaitu sekitar 200 kg bahan baku setara GAC. 8. Kapasitas produksi GAG- GAC sebesar 2000 kg per 5 jam. Basis biaya dan tenaga kerja dikonversi ke basis 200 kg bahan baku setara produksi seorang petani. 9. Produk jadi GAG- GAC dengan kadar air dibawah 3 sedangkan GAG-Nira sekitar 5-6. 10. Harga jual GAG- GAC Rp 18000 per kg sedangkan GAG- Nira Rp. 16500 per kg akibat perbedaan mutu. Produk GAG- GAC dengan mutu siap jual, sedangkan GAG- Nira masih perlu pengolahan lanjut seperti pengeringan dan pengayakan jika akan dijual sampai kadar air dibawah 3 . Perbedaan harga sebagai penghargaan nilai pada mutu yang lebih baik. Pada Tabel 12 disajikan perhitungan nilai tambah produksi gula aren granul dari nira aren segar GAG- Nira yang selama ini dilakukan oleh petani dibandingkan dengan yang diproduksi dengan bahan baku GAC GAG- GAC . Nilai tambah dari kegiatan produksi tersebut sebesar Rp 1 298 per kg gula aren granul, sedangkan jika pengolahan oleh petani nilai tambahnya hanya Rp 835 per kg gula aren granul. Nilai tambah GAG- GAC lebih tinggi Rp 445 per kg dibandingkan dengan GAG- Nira . Nilai tambah tersebut timbul karena proses produksi GAG- GAC dapat dilakukan dengan lebih cepat sehingga secara keseluruhan menjadi lebih efisien. 51 Dengan perhitungan metoda Hayami pada Tabel 12 dapat dibandingkan bahwa metoda granulasi dari gula aren cetak memberikan nilai tambah dan rasio nilai tambah yang lebih besar. Dilihat dari marjin, GAG-GAC memberikan marjin yang tinggi kepada pengusaha dan lebih efisien tenaga kerja Tabel 12 point 14a dan 14c Ini menunjukkan bahwa granulasi dari gula aren cetak lebih menguntungkan dibandingkan dengan dari nira aren segar. Implementasi granulasi dari gula aren cetak harus dilaksanakan dengan kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan dari nira aren segar atau pengolahan dengan mesin. Dengan operasi skala yang lebih besar, maka investasi yang relatif besar akan menjadi lebih efisien dan ekonomis karena biaya tetap per kg akan menjadi lebih rendah. Meningkatnya kapasitas produksi akan membawa perbaikan harga pada tingkat GAC, sehingga petani akan semakin berminat untuk melakukan usaha produksi GAC. Dengan makin berkembangnya skala produksi, permintaan GAC meningkat dan akan merangsang pengembangan di bidang budidaya aren. Dengan demikian, diharapkan produksi GAC dan GAG semakin besar dan dapat membantu penyedian gula masyarakat. Tabel 11 Dasar Perhitungan sumbangan input lain point 9 Item investasi GAG- Nira GAG- GAC 1 Peralatan : Slicer Pengeringgranulator Tungku Wajan 750,000 100,000 5,000000 30,000000 Biaya Pengadaan Peralatan 850,000 35.000.000 Beban tetap per hari asumsi umur ekonomi 3 tahun untuk GAG-GAC dan 1 tahun untuk GAG-Nira 2,833 38,888 Listrik Gas LPG Kayu bakar 5kW 5 tabung 1 pikul 100,000 25,000 440,000 Biaya tidak tetaphari 100,000 465,000 Total bebanhari 102,833 503,888 Total Kemampuan produksi per hari kg bahan baku Operator 200 1 orang 2,000 5 orang 52 Tabel 12 Perhitungan nilai tambah GAG dari GAC dengan metoda Hayami 1987 Variabel Perhitungan Nilai GAG- Nira GAG- GAC I. Output, Input dan Harga 1. Output kg 1 180 170 2. Input kg Basis 200 kg GAC 2 200 3. Tenaga Kerja HOK 3 1 0.5 4. Faktor Konversi 4 = 1 2 0.9 0.85 5. Koefesien Tenaga Kerja HOKkg 5 = 3 2 0.005 0.0025 6. Harga output Rp 6 16 500 18 000 7. Upah tenaga kerja RpHOK 7 50 000 50 000 II. Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku RpKg 8 13 500 13 500 9. Sumbangan input lain RpKg 9 514.17 501.94 10. Nilai Output RpKg 10 = 4 x 6 14 850 15 300 11. a. Nilai tambah RpKg 11a = 10 - 9 - 8 835.83 1 298.06 b. Rasio nilai tambah 11b = 11a10 x 100 5.6 8.5 12. a. Pendapatan tenaga kerja RpKg 12a = 5 x 7 250 125 b. Pangsa tenaga kerja 12b = 12a11a x 100 29.9 9.6 13. a. Keuntungan RpKg 13a = 11a – 12a 585.83 1 173.06 b. Tingkat keuntungan 13b = 13a11a x 100 70.1 90.4 III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin RpKg 14 = 10 – 8 1350 1 800 a. Pendapatan tenaga kerja 14a = 12a14 x 100 18.5 6.9 b. Sumbangan input lain 14b = 914 x 100 38.1 27.9 c. Keuntungan pengusaha 14c = 13a14 x 100 43.4 65.2 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Sifat fisiko-kimia GAC bervariasi dengan kadar air 11.05-14.36, bahan tak larut 0.35-0.67, total asam antara 143.36-319.84, kadar abu 2.06-3.29, gula pereduksi 1.00-4.27 dan sukrosa 83.74-93.45. Karakterisik GAC dengan kadar sukrosa relatif tinggi 78.0 dan kadar gula pereduksi relatif rendah 5 tepat digunakan sebagai bahan baku GAG. Pada saat granulasi dari gula aren cetak, kristalinitas meningkat sampai 73-74 pada menit ke-20 dan kemudian menurun menjadi 71-70 pada akhir proses granulasi. Fraksi amorf pada GAC sekitar 35-37 dan pada GAG sekitar 29-30 sehingga GAC dan GAG bersifat higroskopis dan mudah melumer. Selama proses granulasi suhu bahan meningkat sampai menit ke-20-25 kemudian relatif mendatar sampai akhir proses baik 53 suhu udara masuk 70, 80 dan 90 o C. Kadar air menurun tajam sampai menit ke 30-35, lalu berkurang kecepatannya sampai akhir proses. Pembentukan granul terjadi pada sekitar kadar air lapisan multilayer 3.86 db terjadi sekitar menit ke 25-30. Warna granul berubah lebih cerah, lebih merah dan lebih kuning, chroma meningkat dari 83 menjadi 85 dan sudut Hue berubah sekitar 2.5 dibanding warna GAC. Penggunaan suhu pada tingkat 70, 80 dan 90 o C menghasilkan morfologi semakin kasar, tonjolan kristal semakin jelas dengan pengikat yang semakin menciut sejalan dengan semakin tinggi suhu. Kadar air terikat untuk GAG, GAG-kontrol dan GAC masing-masing 3.77, 3.87 dan 5.08 dengan a W masing-masing 57 , 64 dan 66 menunjukkan bahwa GAG perlu disimpan pada RH yang lebih rendah dibanding GAC. Suhu proses yang paling baik adalah 70 o C dengan lama waktu proses 40 menit GAG mempunyai keunggulan bilangan indeks glikemik lebih rendah 38 dibanding dengan gula pasir 68-70 menunjukkan bahwa GAG termasuk gula yang lambat diserap oleh darah menjadi gula darah sedangkan gula pasir termasuk cepat. Komposisi GAG terdiri dari gula majemuk dan gula sederhana yang menimbulkan indeks glikemik rendah. GAG mengandung gula majemuk sukrosa dan gula sederhana D- galaktosa, D-glukosa, L-sorbosa dan D-Ribosa. GAG dari gula aren cetak memberikan nilai tambah yang lebih besar Rp 1 298 per kg dibanding dengan GAG dari nira aren segar Rp 835 per kg, sehingga granulasi dari gula aren cetak berpotensi untuk diusahakan.

5.2 Saran

1. Untuk pengggandaan skala menggunakan operasi sinambung, jenis pengeringan yang digunakan dapat berupa gabungan pengering ban berjalan dilengkapi dengan pengaduk pada tahap awal sekitar 10 menit dan dilanjutkan dengan pengering fluidized. 2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang penghitungan indeks glikemik dengan menggunakan bahan lain dengan rumus IG 3. Dalam penelitian ini belum dilakukan penelitian intensif tentang pengemasan yang sesuai untuk GAG. Sehubungan dengan sifat GAG yang higroskopis, penelitian tentang bahan kemasan yang sesuai untuk GAG disarankan dilakukan terlebih dahulu sebelum diimplementasi. 54 DAFTAR PUSTAKA Agrawal R dan Naveen Y. 2011. Pharmaceutical Processing – A Review on Wet Granulation Technology. International Journal of Pharmaceutical Frontier Research IJPFR, 11:65-83 Aider M, de Halleux D, Belkacemi K, Brunet S. 2007. Contribution to the.improvement of maple sugar production. Journal of Food Engineering, 80:798-804 Aider M, de Halleux D, Belkacemi K, Brunet K. 2007. Production of granuled sugar from maple syrup with high content of inverted sugar. Journal of Food Engineering. 80:791-797. Airaksinen S, Karjalainen M, Shevchenko A, Westermarck S, Leppänen E, Rantanen J, Yliruusi J. 2005a. Role of water in the physical stability of solid dosage formulations. J. Pharm. Sci. 95:2147-2165 Airaksinen S, Karjalainen M, Kivikero, N, Westermarck, S, Shevchenko A., Rantanen J, Yliruusi, J., 2005b. Excipient selection can significantly affect solid-state phase transformation in formulation during wet granulation. AAPS PharmSciTech. 6 41 Amin NAM, Mustaph WAW, Maskat MY, Wai HC. 2010. Antioxidative activities of palm sugar-like flavouring. The Open Food Science Journal. 4:23-29 Barh D, Mazumdar BC. 2008. Comparative Nutritive Values of Palm Saps Before and after Their Partial Fermentation and Effective Use of Wild Date Phoenix sylvestris Roxb. Sap in Perlakuan of Anemia. Research Journal of Medicine and Medical Sciences, 32:173-176 Berteli MN, Rodier E dan Marsaioli Jr A. 2009. Study Of The Microwave Vacuum Drying Process For A Granulated Product. Brazilian Journal of Chemical Engineering, 26 2:317-329 Breneman B. 2012. Effect of Size Reduction Parameters in Pharmaceutical Manufacturing Process Biomedical and General Engineering Department, California Polytechnic State University, SLO Brooker DB, Bakker-Arkema FW, dan Hal CW. 1992. Drying and Storage of Grains and Oilseeds. An Avia Book, New York Coulson, JM, Richardson JF, Backhurst JR, Harker JH. 1991. Chemical Engineering Vol 2 fourth edition. Platenta Tree, Butterworth - Heiemann [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan ID. 2009. Luas Area dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Propinsi dan Status Pengusahaan Area and Production by Province an Category of Producers KomoditiComodity: Aren Tahun 2008 . Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta. Ezhilmuthu RP, Senthilkumar KL, Vasanthan A, Vimalan G, Chenchuratnam B. 2005. Process development and scale-up of fluid-bed granulation process. Tamilnadu, India, International Journal of Pharma Research and Development – Online IJPRD, VOV-3ISSUE-1:45-49 Fennema OR. 1985. Food Chemistry. Edisi 2. Marcel Dekker Inc, New York USA Hafidiana. 2006. Inhibisi Aktivitas Invertase pada Sukrosa dengan Menggunakan Tembaga Sulfat CuSO4. Skripsi. Pada Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Indonesia. Haisya NBS, Utama BD, Edy RC, Aprilia HM. 2011. The Potential of Developing Siwalan Palm Sugar Borassus flabellifer Linn. as One of the Bioethanol Sources to Overcome Energy Crisis Problem in Indonesia. 2nd International Conference on 55 Environmental Engineering and Applications IPCBEE vol.17 2011 © 2011 IACSIT Press, Singapore Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y dan Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java A Perspective from Sunda Village. The CGPRT Centre, Bogor Indonesia. Harnkarnsujarit N, Charoenrein S. 2011. Effect of water activity on sugar crystallizzation and β-caroten stability of freeze-dried manggo powder. Journal of Food Engineering. Heldman DR, Lund DB. 1992. Handbook of Food Engineering. Maecel Dekker Inc, New York USA. Ho CW, Wan Aida MW, Maskat MY, Osman H. 2008. Effect of Thermal Processing of Palm Sap on the Physico-Chemical Composition of Traditionlal Palm Sugar. Pakistan Journal of Biological. 117:989-995. Iskandar A, Sunarti TC. 1991. Diversifikasi Produk Gula Merah Menjadi Gula Merah Cair. P3PM, Jakarta. Johnson D. 1992. Palm Utilization and Management in Asia Examples for The Neotropics. Bull. Inst. Fr. Etudes andines. 212:727-740 Jagannadha Rao, Madhusweta Das dan Das SK. 2007. Jaggery - A Traditional India Sweetener. Indian Journal of Traditional Knowledge. 61:95-102 Jagannadha Rao, Das M, Das SK. 2010, Effect of moisture content on glass transition and sticky point temperatures of sugarcane, palmyra-palm and date-palm jiggery granules. International Journal of Food Science and Technology. 45:94 –104 Jaminet P. 4014. How to minimize hyperglycemic toxicity [Internet]. Perfect Health Diet hal 1-5 [diunduh 1 Agustus 2014]. Tersedia pada: httpperfecthealthdiet.com2011-how-to-minimze-hyperglycemic-toxiicity Kirpitch AR, Melinda D, Maryniuk. 2011. The 3 R’s of glycemic indeks: Recomendations, research, and real world. Clinical diabetes, 294:155-159 Khogencamp. 2012. Eneggize Yourself with D-Ribose. The Albany Journal. http:thealbanyjournal.com201201energize-yourself-with-d-ribose. 6 Januari 2012 Lay A dan Heliyanto B. 2011. Prospek Agro-Industri Aren Arenga Pinnata. Perspektif 101:1-10 Levin M. 2011. How to Scale-Up Scientifically. Metropolitan Computing Corporation, New Jersey, USA. www.mcc-online.com . September 2011 Malbasa RV, Loncar ES, Djuric MS, Kolarov LA, Klasnja MT. 2005. Batch fermentation of black tea by kombucha a cotribution to scale up. AFTEFF. 36:221- 229. Mansfield S. 1993. Engineering Design for Process Fasilities. McGraw-Hill, New York Marsigit W. 2005. Penggunaan bahan tambahan pada nira dan mutu gula aren yang dihasilkan di sentra produksi di Bengkulu. Jurnal UNIB. 111: 42-48 Mattes RA, Root DE, Birkmire AP. 2005. In-line Process Analysis of Residual Moisture in a Fluid Bed Granulor –Dryer Using NIR Spectroscopy. January 2005, An Advanstar Publication, USA Mujumbar A. 2007. Principles, classification, and selection of dryers. Handbook of industrial drying. Third edition. Taylor francis Group Naknean P, Meenune M, Roudaut G. 2009. Change in physical and chemical properties during the production of palm sugar syrup by open pan and vacuum evaporator. Asian journal of food and agro-industry. 204:448-456