lebih dari Rp 100 juta, hal ini dapat berpengaruh pada ketidakamanan dana yang diinvestasikan.
Berdasarkan Analisis SWOT terhadap produk perbankan lainnya, jika Pemerintah Daerah Kota Depok menginginkan suku bunga yang tinggi,
maka dapat memilih investasi pada obligasi pemerintah, namun jika membutuhkan investasi dengan likuiditas tinggi maka dapat memilih
simpanan jenis tabungan atau deposito berjangka satu bulan. Sedangkan dari sisi yang berpeluang tinggi, maka dapat memilih deposito. Namun, dari
faktor ancaman Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih obligasi pemerintah yang memiliki rendah risiko.
4.6 Analisis Finansial
Analisis finansial mencakup perbandingan EPS Earning Per Share, ROE Return On Equity, dan tingkat suku bunga. Obligasi Negara
Republik Indonesia yang ditawarkan seri ORI003-ORI004, kupon rate yang ditawarkan adalah ORI003 sebesar 9.4000, ORI004 sebesar 9.5000,
ORI005 sebesar 11.4500, ORI006 sebesar 9.1500, dan ORI007 sebesar 7.9500, serta jenis Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 sebesar 12.0000,
dan Sukuk Negara Ritel Seri SR-002 sebesar 8.7000. Pemerintah Daerah Kota Depok dapat membeli obligasi pemerintah sebagai salah satu investasi
jangka panjang yang memberikan nilai suku bunga yang tinggi seperti Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang memberikan suku bunga sebesar
12,00. Namun, pembelian obligasi pemerintah ini harus bersifat permanen yakni tidak berpindah tangan atau diperjualbelikan di pasar sekunder, hanya
boleh diperjualbelikan di pasar primer. Dari sisi EPS, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9 bahwa rata-rata
EPS tertinggi diraih oleh BRI yakni Rp. 429,23 dan yang terendah dimiliki oleh Bank Panin sebesar 38,96. Hal ini menunjukkan bahwa BCA
memberikan rata-rata pengembalian dari saham yang ditanamkan lebih besar dibandingkan keenam bank lainnya. Sedangkan EPS dari Bank BJB
menempati peringkat kelima dari ketujuh bank. Hal ini terlihat bahwa sebagai bank yang masih berskala daerah dan baru melakukan IPO, Bank
BJB dapat bersaing dengan memberikan nilai rata-rata EPS sebesar Rp 76.18,- dibandingkan dengan bank yang sudah berskala nasional maupun
internasional seperti Bank ANZ Panin.
Tabel 9. Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya
Nama Bank
EPS dalam Rupiah Rata-rata
EPS 2005 2006 2007 2008 2009 2010
BRI 321.7
355.62 403.64 496.99
442.17 555.25
429.23 Bank
Danamon 407.71 268.91 423.27 303.7 186.36 262.12
308.68 BCA 213
345 183
236 209
251 239.50
BNI 106 145
64 80
163 193
125.17 Bank BJB
- 29.58
69.56 91.82
113.75 -
76.18 Bank
Permata 38.1 40.23 64.45 58.43 62.01 67.33
55.09 Bank Panin
31.48 37.46
42.32 34.6 41.01 46.87 38.96 Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan
Bank Panin dari Tahun 2005-2010
Untuk rata-rata ROE tertinggi diraih juga oleh BRI yakni sebesar 34.40 dan terendah pada Bank Panin. Dilihat dari sisi ROE bahwa pada
hampir semua bank mengalami tingkat ROE yang fluktuatif, namun pada BNI dan BCA cenderung naik dari tahun 2007-2010 seperti yang disajikan
pada Tabel 10. Dilihat dari ROE Bank BJB, terlihat jelas bahwa Bank BJB memiliki rata-rata tertinggi kedua setelah BRI, mengalahkan bank lainnya
seperti BCA dan BNI. Dari hal ini, maka pengembalian atas ekuitas Bank BJB berkategori baik dan dapat bersaing dengan bank lainnya yang berskala
nasional. Dengan ROE yang tinggi maka akan berdampak pada peningkatan laba yang akan diperoleh perusahaan sehingga akan berdampak pula
terhadap deviden. Deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham adalah minimum 40 dari laba yang diperoleh perusahaan. Maka, dengan
ROE yang tinggi akan meningkatkan deviden. Tabel 10. Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya
Nama Bank
ROE Rata-rata
ROE 2005 2006 2007 2008 2009 2010
BRI 38.00
33.75 31.64
34.50 34.23 34.28 34.40
Bank BJB 23.54
22.28 19.58 25.54 28.09 31.70
25.12 BCA 27.35
29.07 26.74
30.16 32.00 32.25 29.60
Bank Danamon
24.20 15.10 22.90 22.30 14.90 19.70 19.85
Lanjutan Tabel 10.
Bank Permata
14.30 13.10 18.10 12.40 18.02 25.10 16.84
BNI 12.64 22.61
8.03 9.01
16.34 25.12
15.63 Bank Panin
14.14 14.27
13.98 10.16 10.40 15.48 13.07
Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan Bank Panin dari Tahun 2005-2010
Pada Tabel 11 yang telah diolah, EPS dari tahun 2005-2010 dan data ROE dari tahun 2006-2010, Bank BJB memiliki rata-rata ROE sebesar
25.12 dan rata-rata EPS sebesar Rp. 76.18. Rata-rata pertumbuhan EPS dari tahun 2006-2009 yakni 33.67 dan rata-rata pertumbuhan EPS dari
tahun 2005-2010 sebesar 4.88. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan EPS Bank BJB terlihat bahwa pertumbuhan dari tahun ke tahun mengalami
penurunan, sedangkan pertumbuhan ROE Bank BJB berada dalam keadaan yang fluktuatif seperti yang dittampilkan pada Gambar 5.
Tabel 11. Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB
Tahun Pertumbuhan EPS
Pertumbuhan ROE
2005-2006 ------ .
. .
2006-2007 .
. .
. .
. 2007-2008
. .
. .
. .
2008-2009 .
. .
. .
. 2009-2010 -------
. .
.
Rata-Rata 33.67 4.88
Sumber : www.bankjabar.co.id diolah
Gambar 5. Grafik Perkembangan EPS dan ROE Bank BJB
50 100
150
2006 2007
2008 2009
EPS Rp
EPS Rupiah
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00
ROE
ROE
Selanjutnya dilakukan analisis tren dengan metode kuantitatif pada ROE dan EPS Rupiah pada Bank BJB Data historis yang digunakan
adalah tahun 2006 sampai dengan 2010. Untuk peramalan EPS, bentuk persamaan yang dihasilkan merupakan hubungan antara variabel dependen
Yt yang berupa EPS Rp dan variabel independen t yang berupa deret waktu tahun sedangkan untuk ROE variabel dependen Yt yang berupa
ROE dan variabel independen t yang berupa deret waktu tahun. Tampilan perhitungan analisis tren menggunakan program komputer
MInitab untuk EPS dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Forecasting untuk EPS Bank BJB Dari data yang telah diperoleh pada Gambar 6, sehingga model
matematis untuk peramalan EPS adalah Yt =7.485+27.477t dengan nilai kesalahan peramalan, yakni MAD = 4.5125, MSD = 24.1428, MAPE =
8.4270. Model matematis tersebut dapat meramalkan EPS untuk masa yang akan datang. Dari data pada Tabel 12, menunjukkan peramalan untuk EPS
Bank BJB lima tahun ke depan akan mengalami peningkatan, sehingga dengan keadaan EPS yang meningkat dapat menguntungkan para pemegang
saham Bank BJB.
Tabel 12. Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010 - 2014
Tahun Forecast Rupiah
2010 144,870 2011 172,347
2012 199,824 2013 227,301
2014 254,778
I ndex C
1
9 8
7 6
5 4
3 2
1 250
200 150
100 50
Accuracy Measur es MAPE
8.4270 MAD
4.5125 MSD
24.1428 Variable
For ecasts Actual
Fits
Trend Analysis Plot for C1 0
Linear Trend Model Yt = 7.485 + 27.477 t
Sedangkan untuk peramalan ROE diperoleh model matematis Yt = 25.924+1.04886t dengan nilai MAPE = 2.7903, MAD = 0.77686, dan
MSD = 1.22786 seperti yang terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Forecasting untuk EPS Bank BJB Sehingga dari model matematis yang diperoleh dapat meramalkan
ROE Bank BJB untuk masa yang akan datang yakni untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2010 - 2014
Tahun Forecast
2011 33,2660 2012 34,3149
2013 35,3637 2014 36,4126
2015 37,4614
Data peramalan ROE Bank BJB menunjukkan untuk peramalan lima tahun ke depan yakni sampai tahun 2015, ROE Bank BJB akan mengalami
kenaikan, walaupun kenaikan tersebut hanya sekitar 1 per tahun. Dengan nilai ROE yang diprediksikan mengalami peningkatan, hal ini akan
berdampak terhadap laba yang diperoleh Bank BJB sehingga berdampak juga terhadap deviden yang diberikan kepada para pemegang saham Bank
BJB. Sebagai bank memiliki kriteria untuk dapat dikatakan baik atau tidak,
seperti dalam faktor pertumbuhan bisnis dan rasio keuangannya. Pertumbuhan bisnis Bank BJB dapat dilihat dari tahun 2005-2010 memiliki
rata-rata aset sebesar Rp 26,79 Miliar, rata-rata kredit yang diberikan sebesar Rp 16.55 Miliar, rata-rata Simpanan dari Pihak Ketiga sebesar Rp
I ndex C
2
11 10
9 8
7 6
5 4
3 2
1 38
36 34
32 30
28 26
A ccu r acy Measu r es MAPE
2.75603 MAD
0.77686 MSD
1.22786 Var iab le
Fo r ecasts A ctu al
Fits
Trend Analysis Plot for C2
Linear Trend Model Yt = 25.924 + 1.04886 t
21,56 Miliar, dan rata-rata Ekuitas modal saham, modal ditempatkan dan disetor, modal disetor lainnya, serta saldo laba sebesar Rp 2,65 Miliar.
Pertumbuhan bisnis Bank BJB ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten Jika dilihat dari sisi lainnya seperti EBIT dan laba bersih
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yakni dari tahun 2005 sampai bulan September tahun 2010 Bank BJB memiliki rata-rata EBIT
sebesar Rp 727,39 Miliar dan laba bersih sebesar Rp 495,39 Miliar yang ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Financial Highlights Bank Jabar Banten
Bank BJB memiliki rasio-rasio keuangan yang tergolong baik seperti dari sisi CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO. Dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2010, rata-rata CAR Rasio kecukupan modal Bank BJB sebesar 17,81, rata-rata NIM Marjin Pendapatan Bunga Bersih sebesar
7,61, rata-rata ROA Imbal Hasil Investasi sebesar 3,06, rata-rata ROE Imbal Hasil Ekuitas sebesar 25,12, dan rata-rata LDR Rasio jumlah
kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga sebesar 79,59, serta rata-rata BOPO rasio total beban operasional dibagi total pendapatan
operasional sebesar 77,15. Grafik Rasio Keuangan Bank BJB dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2010 disajikan dalam Gambar 10.
Gambar 10. Rasio Keuangan Bank Jabar Banten
Selain dari rasio keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO, masih terdapat lima rasio keungan lainnya. Pada Tabel 12 dapat dilihat
bahwa Bank BJB menduduki peringkat 15 dari 20 bank terbesar yang telah
didata oleh Bank Indonesia. Dalam penyertaan modal ini, ada beberapa rasio yang penting diperhatikan oleh Pemerintah Kota Depok. Seperti ROE
Return on Equity atau Imbal Hasil Ekuitas yang merupakan perbandingan antara jumlah laba setelah pajak dalam kurun waktu 12 dua belas bulan
berturut-turut dengan jumlah rata-rata ekuitas dalam periode yang sama, Bank BJB menduduki peringkat kesatu dari 20 bank dalam hal ROE. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah laba atas ekuitas berkategori baik, sehingga dari tingkat ROE yang tinggi akan berdampak pada pemberian deviden yang
tinggi pula, tentunya hal ini dapat menguntungkan pemegang saham. Untuk ROA yang berarti singkatan dari “Return on Assets” atau Imbal Hasil
Investasi yang merupakan perbandingan antara jumlah laba sebelum pajak dalam kurun waktu 12 bulan berturut-turut dengan jumlah rata-rata aktiva
dalam periode yang sama. Tahun 2009 Perseroan mampu membukukan ROA sebesar 3,24 di atas ketentuan Bank Indonesia dan mendapatkan
peringkat kedua dari 20 bank terbesar. Hal ini menunjukkan, dari sisi tingkat pengembalian asset yang dimiliki akan berdampak terhadap kenaikan laba
yang juga berdampak pada tingkat pemberian deviden kepada para pemegang saham.
Rasio lainnya seperti NPL Non Performing Loan yaitu kredit yang non-performing meliputi kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.
NPL adalah salah satu kriteria bank yang sehat yakni jika memiliki NPL yang kecil. Bank Indonesia pada tahun 2001 menetapkan batas maksimum
NPL - Netto untuk bank-bank di Indonesia adalah 5 dan Bank BJB mempertahankan rasio NPL gross pada kisaran 0,45 sampai dengan
1,97. Dari 20 bank, Bank BJB meraih peringkat ketiga dalam kategori NPL, hal ini berarti Bank BJB memiliki kredit macet yang relatif lebih kecil
dari bank lainnya. Rasio NPL dalam salah satu kriteria bank yang sehat sesuai dengan syarat investasi jangka panjang dan pendek yang telah
tercantum dalam peraturan pada analisis kelembagaan.
Tabel 14. Posisi Peringkat Bisnis Bank Jabar Banten
No. Nama
Bank
Assets Depposits Loans Equity CAR NPL NIM ROA ROE BOPO LDR
1. Mandiri 1
1 2
1 15
6 14
6 4
2 5
2. BRI
2 2
1 2 16 17 2 3 2 5 15
3. BCA 3
3 3
3 14
1 11
4 3
1 1
4. BNI 4
4 4
4 18 18
7 13
7 8
7 5.
CIMB Niaga
5 5
5 6 20 8 4 8 9 7 13 6.
Danamon 6 6
6 5 12 14 1 5 10 6 17
7. Panin 7
7 7
7 4
9 12 10 13
12 8
8. BII 8
8 8
9 13 11
9 19 17
18 12
9. Permata 9
9 10 8 17 15 10 11 5 11 14
10. BTN 10
10 9
12 5
16 8
16 15
15 19
11. Citi Bank
11 11
12 10
2 20
16 1
8 4
6 12. Bukopin
12 12
11 18
19 10
15 18
11 14
11 13.
Standard Chartered
13 18 18 20 11
19 18
12 14
16 16
14. HSBC 14
15 16
19 9
13 13
7 12
17 2
15. Bank BJB
15 14
15 16
10 3
3 2
1 3
4 16. Mega
16 13
17 14
8 2
17 14
6 10
3 17.
OCBC NISP
17 16 14 11 7 12
6 17
16 13
9 18.
Tokyo Mitsubishi
18 20 13 13 1 4
20 15
19 19
20 19. DBS
19 17
19 17
6 5
19 20
20 20
10 20.
UOB Buana
20 19 20 15 3 7
5 9
18 9
18
Sumber : www.bi.go.id
Berdasarkan data-data keuangan tersebut, terlihat bahwa Bank BJB memiliki kinerja dari aspek finansial yang tergolong baik. Seperti dari rasio
keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO menunjukkan bahwa Bank BJB dapat bersaing dan bahkan lebih unggul dari bank-bank yang
berskala nasional maupun internasional. Dengan keadaan finansial yang baik, sehingga memungkinkan bagi Pemerintah Kota Depok untuk
menyertakan modalnya di Bank BJB.
4.7 Implikasi Manajerial