Analisis penyertaan modal pemerintah Kota Depok pada PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)

(1)

 

BANTEN (BANK BJB)

Oleh

DIAN YUDO PALUPI

H24070045

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

 

Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI dan RADEN DIKKY INDRAWAN.

Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22 tahun 1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi dan keanekaragaman sumber daya lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok ini diaplikasikan pada penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten (Bank BJB) Cabang Depok.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah Depok, 2) mengetahui kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang dipengaruhi perbankan lainnya, 3) mengetahui kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya, 4) mengetahui posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Depok pada Bank BJB. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur (kuesioner), In depth interview, survei lapang, dan studi literatur. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis kelembagaan, analisis SWOT, dan analisis finansial.

Berdasarkan analisis kelembagaan bahwa Pemerintah Kota Depok hanya dapat melakukan penyertaan modal jangka panjang yakni penanaman saham pada BUMD saja (Bank BJB), dapat melakukan penyertaan modal jangka pendek seperti simpanan berbentuk tabungan dan deposito yang dilakukan pada bank yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial, serta membeli obligasi pemerintah yang memiliki resiko sangat kecil. Dilihat analisis finansial dengan menggunakan kriteria EPS (Earning Per Share) dan ROE (Return On Equity) bahwa ROE dan EPS Bank BJB mengalami kenaikan dari tahun 2006-2010. Dari sisi analisis SWOT dapat disimpulkan bahwa kekuatan yang dimiliki Bank BJB dapat mendukung perkembangan usaha yang dijalankan dan untuk produk investasi jangka pendek, produk deposito merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Kota Depok yang membutuhkan dana operasional per bulan dan deposito adalah instrumen investasi jangka pendek yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok selain di Bank BJB yakni di bank lainnya yang berkategori sehat.

Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan penempatan modal pada Saham Seri A dan Saham Seri B hanya di Bank BJB sebagai BUMD, sepanjang bersifat investasi jangka panjang. Untuk investasi jangka pendek, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi pada produk perbankan di semua bank yang sehat yakni deposito dan tabungan (simpanan).


(3)

 

BANTEN (BANK BJB)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

DIAN YUDO PALUPI

H24070045

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

 

Nama : Dian Yudo Palupi

NIM : H24070045

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Farida Ratna Dewi, SE. MM) (R. Dikky Indrawan, SP. MM) NIP. 19710307 200501 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 196101231986011002


(5)

iii   

Liana, dimana penulis memiliki dua orang kakak perempuan bernama Melan dan Melly Novita serta seorang adik laki-laki yaitu Hendi Setiawan. Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Mei 1990.

Penulis mengawali pendidikan formal pada SDN Semplak 1 Bogor tahun 1995 hingga 2001. Penulis memulai pendidikan menengah pertama pada SMPN 4 Bogor pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004-2007, penulis menempuh pendidikan menengah atas pada SMAN 2 Bogor. Melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB).

Semasa kuliah, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa FEM IPB sebagai staf Perekonomian dan aktif di berbagai kepanitian di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, serta sebagai pengurus di Beasiswa Yayasan Karya Salemba Empat. Penulis pernah menjadi mahasiswa magang pada bagian Proses Pengembangan Data dan Informasi (PPDI) Bank Indonesia.


(6)

iv   

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis sadar penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2011


(7)

v   

sebesar-besarnya kepada :

1. Farida Ratna Dewi, SE. MM dan R. Dikky Indrawan, SP. MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

2. Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM selaku dosen penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

4. Seluruh staff pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.

5. Pihak Bank Jabar Banten dan Pemerintah kota Depok, Ibu Rika sebagai pembimbing lapang yang telah banyak membantu penulis dalam penyediaan data saat melakukan penelitian.

6. Bapak Sugiono dan Ibu tercinta Liana yang telah membantu penulis untuk dapat terus belajar dan selalu mendoakan penulis, serta memberi semangat dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini.

7. Keluarga tercinta : Kak Melan, Kak Melly, dan Hendi yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat dan kebahagiaan dalam hidup penulis.

8. M. Ilham Mutaqien untuk setiap semangat, setiap waktu, setiap inspirasi, dan setiap keikhlasan yang diberikan untuk menemani, menghiasi dan mengisi hari-hari penulis, serta kasih sayangnya yang luar biasa.

9. Norvi, Gerry, Nanda, Enny, Lely, Ahmad Ajie, Fani, Imam, Septi, Rari, Dani, Indri, Dimpy, dan Arif yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, perhatian, dan motivasi serta selalu memberikan warna bagi kehidupan penulis.


(8)

vi   

kekeluargaan, pertemanan, saling mendukung berbagi ilmu dan membantu dalam setiap kegiatan yang dilalui bersama.

11.Teman-teman Manajemen 44 yang tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaan dan canda tawa selama ini

12.Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Februari 2011


(9)

vii   

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Manajemen Kas Daerah ... 6

2.2. Investasi ... 8

2.2.1. Pengertian Investasi ... 8

2.2.2. Proses Investasi ... 8

2.3. Manajemen Investasi Daerah ... 9

2.3.1. Investasi Aset Keuangan ... 10

2.3.2. Risiko Investasi. ... 11

2.3.3. Prinsip Manajemen Investasi Daerah. ... 13

2.4. Saham ... 14

2.4.1. Pengertian Saham ... 14

2.4.2. Penilaian Saham ... 16

2.5. Pengertian Bank ... 18

2.6. Pengertian Pasar Modal ... 19

2.6.1. Jenis Pasar Modal ... 20

2.6.2. Instrumen Pasar Modal. ... 20

2.6.3. Lembaga Yang Terkait Dengan Pasar Modal. ... 22

2.6.4. Pelaku Dalam Pasar Modal. ... 23

2.6.5. Lembaga Penunjang. ... 24

2.7. Penelitian Terdahulu ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 30


(10)

viii   

3.4.2. Analisis Finansial. ... 36

3.4.3. Analisis Kelembagaan. ... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 42

4.2. Analisis Kelembagaan ... 44

4.3. Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank bjb) Sebelum IPO ... 50

4.4. Kebijakan Saham Setelah IPO ... 53

4.5. Kinerja Bank Jabar Banten ... 56

4.5.1. Analisis SWOT ... 58

4.6. Analisis Finansial. ... 67

4.7. Implikasi Manajerial ... 75

4.7.1. Pengertian Saham Seri A dan Saham Seri B ... 76

4.7.2. Aturan di Bank BJB terhadap Saham Seri A dan B ... 77

4.7.3. Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B ... 78

KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

1. Kesimpulan ... 81

2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(11)

ix   

1. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data ... 31

2. Metode Analisis ... 32

3. Penentuan Bobot Faktor Strategis ... 34

4. Penentuan Nilai Faktor Strategis... 35

5. Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE dan IFE. ... 36

6. Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal Pemerintah ... 44

7. Susunan Modal Saham dan Pemegang Saham Bank BJB ... 54

8. Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap Produk Perbankan lainnya) ... 65

9. Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya ... 68

10. Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya ... 68

11. Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB ... 69

12. Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010-2014 ... 70

13. Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2011-2015 ... 71


(12)

x   

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 30

2. Analisis SWOT ... 33

3. Grafik Kepemilikan Pemerintah Daerah Kota Depok ... 53

4. Matriks IE Pengembangan Usaha di Bank BJB... 57

5. Grafik Perkembangan untuk EPS dan ROE Bank BJB ... 69

6. Grafik Forecasting untuk EPS Bank BJB ... 70

7. Grafik Forecasting untuk ROE Bank BJB ... 71

8. Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten ... 72

9. Financial Highlights Bank Jabar Banten ... 72


(13)

xi   

No Halaman

1. Pertanyaan Wawancara Kepada Pihak Bank BJB ... 85

2. Kuesioner Terhadap Bank BUMN dan Bank Swasta di Depok ... 88

3. Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ... 89

4. Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ... 92

5. Perhitungan Bobot IFE dan EFE ... 95

6. Sejarah Perkembangan Kepemilikan Saham 1999-2009 ... 101

7. Posisi Saham Bank BJB sebelum dan sesudah IPO ... 123

8. Perkembangan Harga Saham Seri B Bank BJB ... 129

9. Analisis Kelembagaan, SWOT, dan Finansial untuk Keempat Perbandingan ... 133

10. Suku Bunga Tabungan ... 136

11. Suku Bunga Deposito untuk Nominal ≥ Rp. 10 Milyar ... 137

10. Produk Simpanan (Tabungan dan Deposito) dari Pesaing PT Bank BJB Tbk. ... 138  


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Depok merupakan kota yang mulai berkembang dimana secara administratif berbatasan dengan DKI Jakarta, Bogor dan Tangerang. Laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk Kota Depok semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kota Depok berfungsi sebagai penyangga (buffer) yang menerima dampak dari pertumbuhan ekonomi wilayah di sekitarnya. Kota Depok banyak memasok berbagai kebutuhan di Jakarta. Selain itu, penduduk yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya banyak yang bermukim di Depok. Dengan demikian, Depok berkembang menjadi kota yang potensial dan strategis dalam kegiatan sosial dan ekonomi.

Dalam perkembangannya, kota Administratif (Kotif) Depok tumbuh dengan sangat cepat. Melihat pertumbuhan yang pesat tersebut dan adanya tuntutan aspirasi masyarakat, maka dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, serta pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa mendatang. Untuk itu dibentuklah Pemerintah Daerah Tingkat II (DATI II) Kota Depok pada tanggal 20 April 1999, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999. Hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Pembentukan ini bermakna pula sebagai wujud dukungan akan kemampuan dan potensi wilayah Kota Depok dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan tersebut tentunya akan terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada undang-undang tentang desentralisasi fiskal (UU No. 25 tahun 1999), dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pusat dan Daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber


(15)

keuangan diantaranya melalui "hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan" yang bersumber dari bagian laba BUMD maupun hasil kerjasama dengan pihak ketiga.

Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22 tahun 1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi dan keanakaragaman sumber daya lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Berdasarkan undang-undang tersebut, pemerintah daerah tentunya dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membangun derahnya serta memiliki daya saing tinggi dengan mengkombinasikan antara faktor kondisi ekonomi, kualitas kelembagaan publik, sumber daya manusia dan teknologi yang secara keseluruhan membangun kemampuan daerah untuk lebih berkembang dan berdaya saing (UU No. 32 tahun 2004). Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok ini diaplikasikan pada sektor perbankan, karena berdasarkan data Biro Riset InfoBank, industri perbankan menguasai 90,46 persen pangsa pasar keuangan di Indonesia, yakni dengan penyertaan modal terhadap Bank BJB.

Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00.


(16)

Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.

Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan Bank Jabar dengan logo baru.

Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Lalu pada tahun 2007 terjadi perubahan nama, dari PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dengan sebutan Bank Jabar Banten. Dan pada tanggal 5 Juli 2010, perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB.

Pada tanggal 8 Juli 2010 Bank Jabar Banten secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank Jabar Banten telah berhasil mengukir prestasi sebagai Bank Pembangunan Daerah pertama yang telah melakukan penawaran perdana saham (IPO) kepada publik. Dengan terjadinya hal ini, maka terjadi juga perubahan komposisi kepemilikan saham pada Bank BJB.

Bank Jabar Banten telah menjual saham seri A terhadap pemerintah dari tahun 1999 dan setelah IPO Bank BJB menawarkan saham kepada publik sejumlah 2.424.072.500 lembar saham Seri B, termasuk EMSA (karyawan dan nasabah) dengan harga penawaran Rp 600 per saham


(17)

dengan dana yang diperoleh dari IPO sekitar Rp 1,4 triliun. Pelepasan saham ke masyarakat ini setara dengan 25% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh Bank Jabar Banten.

Perubahan status hukum Bank BJB setelah berhasil berubah bentuk menjadi Perseroan Terbatas dan melakukan IPO (Initial Public Offering),

maka banyak pertimbangan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah, terutama Pemerintah Kota Depok terkait dengan penyertaan modal untuk seterusnya. Tentunya untuk melakukan penyertaan modal tersebut diperlukan kejelian dan ketajaman dan keakuratan daya analisis dari aparat daerah. Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka analisis mengenai penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok kepada pihak ketiga yakni Bank BJB maupun produk pesaingnya perlu untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Perubah status hukum Bank BJB sebagai Perseroan Terbatas, mengakibatkan berubah pula otonomi saham Bank BJB yang mulanya saham pemerintah mutlak 100% menjadi 75% dan sisanya dimiliki oleh masyarakat umum. Dari hal ini, Pemerintah Daerah Kota depok perlu mengidentifikasi apakah penyertaan modal terhadap Bank BJB masih layak atau tidak. Oleh karena itu, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penyertaan modal oleh Kota Depok ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah Depok?

2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB dalam industri perbankan saat ini?

3. Bagaimana kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya? 4. Bagaimana posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah


(18)

1.3 Tujuan

1. Menganalisis peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah Depok

2. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang dipengaruhi perbankan lainnya

3. Menganalisis kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya 4. Menganalisis posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah

Kota Depok pada Bank BJB

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak Pemerintah Kota Depok, penelitian ini dapat dijadikan

alternative, masukan, dan pertimbangan untuk melaksanakan keputusan-keputusan dalam Pemerintah Kota Depok yang berkaitan dengan penyertaan modal pada Bank BJB guna peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Bagi pihak masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat berkontribusi dalam bidang pendidikan di Indonesia terutama pada kalangan akademis dan masyarakat pada umumnya.

1.5 Ruang Lingkup

Kajian ini membahas tentang peluang penyertaan modal yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Depok terhadap Bank Jabar dengan produk pesaingnya yaitu PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank Nasional Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia.


(19)

 

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Kas Daerah

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

Terdapat tiga tujuan utama manajemen kas, yaitu: 1. keamanan kas

2. menjaga likuiditas keuangan 3. memperoleh keuntungan investasi

Manajemen kas bertujuan untuk menjaga keamanan kas dalam arti melindungi kas dari kehilangan yang diakibatkan oleh keputusan manajemen yang buruk atau karena tindak korupsi dalam praktek pengumpulan, pengeluaran, dan pemanfaatan kas. Tujuan kedua adalah menjaga likuiditas keuangan, yaitu menjaga jumlah kas yang memadai dan mencukupi untuk memenuhi kewajiban finansial, seperti membayarkan kembali hutang jangka pendek yang jatuh tempo, membayar kewajiban kepada pihak ketiga, membiayai kegiatan yang sudah dianggarkan, dan membayar belanja rutin. Manajemen kas juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari pemanfaatan kas dalam investasi jangka pendek.

Seringkali antara tujuan menjaga likuiditas dan memperoleh keuntungan investasi bersifat kontradiktif. Likuiditas yang tinggi membutuhkan ketersediaan kas yang lebih besar. Namun, kondisi keuangan yang mengalami likuiditas tinggi bisa berarti mengorbankan kesempatan memperoleh keuntungan investasi, sebab kas yang terlalu banyak tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk investasi sehingga menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, menginvestasikan kas yang terlalu besar dalam


(20)

 

instrumen investasi jangka pendek juga berarti menurunkan likuiditas. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh manajer keuangan sektor publik adalah bagaimana menentukan jumlah kas yang paling optimal, yaitu menentukan jumlah kas di tangan yang mencukupi untuk mendanai kegiatan operasional dan menginvestasikan kas yang masih menganggur (Mahmudi, 2010)

Ruang Lingkup Keuangan Daerah meliputi (PP 58/2005, Pasal 2):

a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah, dana retribusi daerah serta melakukan pinjaman;

b. Kewajiban daerah untuk menyelengggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. Penerimaan daerah d. Pengeluarah daerah;

e. Kekayaan yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang; termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;

f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum

Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 4)

1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah (Halim, 2010).


(21)

2.2. Investasi

2.2.1 Pengertian Investasi

Menurut Husnan (1998) investasi adalah setiap pengguna dana dengan maksud memperoleh penghasilan. Sedangkan menurut Halim (2003) investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2000). Dari beberapa pengertian investasi dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan kegiatan dalam bidang finansial yang dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kekayaan atau asset yang ditanam.

2.2.2 Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut dilakukan langkah-langkah;

a. Menentukan kebijakan investasi

Disini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.

b. Analisis Sekuritas

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut.


(22)

c. Pembentukan Portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain: preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.

d. Melakukan Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang telah dimiliki. Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.

e. Evaluasi Kinerja

Dalam tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari potofolio lainnya (Husnan, 2000).

2.3. Manajemen Investasi Daerah

Untuk menjamin kesinambungan pembangunan daerah dan keuangan daerah, pemerintah daerah perlu melakukan investasi. Investasi daerah merupakan pengeluaran daerah yang dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Mahmudi, 2010). Terdapat tiga tujuan utama dilakukannya investasi daerah, yaitu:

1. Untuk memperoleh keuntungan investasi (yield);

2. Untuk keamanan aset daerah (safety);

3. Untuk optimalisasi manajemen kas dan menjaga likuiditas keuangan (likuidity).


(23)

Adapun kebijakan investasi daerah, setidaknya harus memperhatikan empat hal:

1. Instrumen investasi apa yang akan dibeli;

2. Seberapa banyak dana yang akan diinvestasikan; 3. Seberapa lama dana tersebut dapat diinvestasikan; 4. Seberapa besar manfaat dan risiko investasi. Pada dasarnya investasi daerah luas meliputi:

1. Investasi Aset Keuangan (Financial Assets), antara lain: Deposito, Saham, Obligasi, Sukuk (Obligasi Syariah), Reksadana, Surat Berharga lainnya, dan Penyertaan modal.

2. Investasi Aset Nonkeuangan, meliputi:

• Aset Berwujud (tangiable assets) dalam bentuk Aset Tetap, antara lain:

™ Tanah dan bangunan;

™ Jalan, irigasi, dan jembatan;

™ Infrastruktur dan jaringan;

™ Mesin dan peralatan;

• Investasi Aset Tidak Berwujud (intangiable assets), antara lain:

™ Sumber Daya Manusia (intelellectual assets);

™ Data Base dan sistem Informasi.

2.3.1 Investasi Aset Keuangan

Investasi aset keuangan dapat dibedakan mejadi dua jenis, yaitu: 1. Berdasarkan jangka waktunya, terdiri atas:

• Investasi jangka pendek (kurang dari 1 tahun)

• Investasi jangka panjang (lebih dari 1 tahun) 2. Berdasarkan sifat kepemilikannya, terdiri atas:

• Investasi permanen;

• Investasi tidak permanen.

Investasi jangka pendek adalah investasi pada berbagai instrumen keuangan yang memiliki masa jatuh tempo atau kepemilikan kurang dari satu tahun. Investasi jangka pendek bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk mengoptimalkan


(24)

manajemen kas daerah. Investasi jangka pendek dilakukan untuk memanfaatkan kas daerah yang masih menganggur atau belum digunakan sampai jangka waktu tertentu, menjaga keamanan kas daerah, serta untuk memperoleh keuntungan investasi.

Instrumen investasi jangka pendek yang bisa dipilih antara lain:

• Deposito 1 bulan;

• Deposito 3 bulan;

• Deposito 6 bulan;

• Surat Perbendaharaan Negara (SPN);

• Saham untuk dijual kembali dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun.

Investasi jangka panjang adalah investasi yang memiliki masa jatuh tempo atau kepemilikan lebih dari satu tahun. Investasi jangka panjang merupakan instrumen pembiayaan anggaran yang dalam jangka pendek digunakan untuk mengalokasikan surplus anggaran dan jangka panjangnya untuk meningkatkan pendapatan daerah serta menjaga kesinambungan fiskal daerah.

Instrumen investasi jangka panjang yang bisa dipilih antara lain;

• Deposito 12 bulan;

• Surat Utang Negara;

• Obligasi/penyertaan modal jangka panjang;

• Dana bergulir(roll-over fund).

2.3.2 Risiko Investasi

Menurut Mahmudi (2010), seperti halnya dengan utang, investasi daerah di samping memberikan keuntungan juga mengandung risiko yang harus dikelola dengan baik. Risiko investasi tersebut antara lain :

1. Risiko kredit (credit risk)

Risiko kredit adalah risiko yang terkait dengan kegagalan peminjam dana pemerintah untuk mengembalikan dana yang dipinjam tersebut pada saat jatuh tempo. Risiko kredit dapat diminimalisasi dengan cara


(25)

melakukan analisis kredit secara cermat, membatasi jumlah investasi terhadap kredit yang berisiko tinggi, mensyaratkan adanya penjaminan atas investasi tertentu.

2. Risiko Likuiditas (liquidity risk)

Risiko likuiditas terkait dengan kemudahan untuk instrumen investasi sebelum jatuh tempo tanpa menderita kerugian. Semakin sulit suatu instrumen investasi untuk dijual, maka semakin tinggi risiko likuiditasnya. Risiko likuiditas dapat dikurangi dengan cara memilih instrumen investasi yang aktif diperdagangkan di pasar sekunder serta membuat perkiraan arus kas dan skedul jatuh jatuh tempo investasi sehingga antara kebutuhan kas dengan pencairan investasi bisa disesuaikan.

3. Risiko pasar dan suku bunga (market and interest rate risk)

Risiko pasar adalah risiko yang terkait dengan penurunan investasi yang disebabkan terjadinya perubahan pasar keuangan. Harga pasar keuangan sangat terkait dengan perubahan tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga dapat berisiko menurunkan harga surat berharga. Investasi dengan tingkat pendapatan tetap (fixed income securities) tidak akan banyak terpengaruh oleh perubahan harga pasar, sedangkan untuk investasi dengan tingkat pendapatan mengambang

(floating income securities) sangat dipengaruhi oleh perubahan perubahan harga pasar.

4. Risiko reinvestasi (reinvestment risk)

Risiko reinvestasi terjadi jika pendapatan dari investasi tidak dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang sama dengan dana pokok yang diinvestasikan. Hal ini pada umumnya terjadi pada surat berharga yang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo (callable securities). Penerbit surat berharga biasanya melunasi/menarik kembali surat berharganya pada saat terjadi penurunan tingkat suku bunga di pasar keuangan. Hal ini kemudian memicu munculnya risiko reinvestasi bagi investor.


(26)

2.3.3 Prinsip Manajemen Investasi Daerah

Prinsip manajemen investasi daerah antara lain: legalitas, keamanan, likuiditas, keuntungan, dan kesesuaian.

Legalitas

Investasi daerah harus memenuhi aspek legalitas, misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Untuk investasi jangka panjang harus mendapat persetujuan DPRD, sedangkan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas tidak harus melalui persetujuan DPRD tetapi harus mengacu pada peraturan di tingkat daerah terkait, misalnya peraturan kepala daerah tentang kebijakan manajemen investasi daerah.

Keamanan

Keputusan investasi daerah harus mempertimbangkan aspek keamanan investasi. Oleh karena itu, setiap keputusan investasi daerah harus didukung dengan analisis yang memadai tentang manfaat dan risiko investasi. Karakteristik investasi adalah semakin tinggi tingkat keuntungan investasi (rate of return), maka semakin tinggi risiko investasi tersebut (high risk high return). Untuk tujuan keamanan, investasi dengan tingkat risiko tinggi pada dasarnya kurang sesuai bagi daerah. Pemerintah daerah sebaiknya memilih instrumen investasi yang lebih aman bagi keuangan daerah.

Likuiditas

Likuiditas investasi adalah seberapa mudah investasi tersebut dapat dicairkan kembali menjadi kas tanpa mengalami kerugian berarti. Semakin likuid suatu investasi, maka semakin mudah pemerintah daerah memperoleh dana untuk memenuhi kebutuhan kas yang mendadak atau tidak terduga. Pemerintah daerah yang tidak memiliki proyeksi arus kas yang baik perlu menghindari instrumen investasi yang tidak likuid.


(27)

Keuntungan

Tujuan utama investasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Investasi yang dilakukan daerah harus memberikan keuntungan yang optimal. Manajer keuangan daerah harus berupaya untuk membuat portofolio investasi yang memberikan keuntungan terbesar bagi daerah dengan tingkat resiko tertentu.

Kesesuaian

Karena organisasi pemerintah daerah bukan seperti perusahaan bisnis, bukan juga l embaga keuangan, maka tidak semua jenis instrumen investasi cocok untuk daerah. Sebagai contoh, pemerintah daerah tidak dibenarkan ikut bermain valas meskipun investasi pada zero coupon bond dan surat berharga yang jatuh temponya lebih dari lima tahun. Pemerintah daerah perlu memilih instrumen investasi yang sesuai untuk operasionalisasi manajemen keuangan daerah dan tidak melanggar peraturan perundangan yang terkait

2.4. Saham

2.4.1 Pengertisan Saham

Sekuritas atau efek adalah surat berharga yang dapat diperjualbelikan di pasar modal primer maupun sekunder (Gitosudarmo, 1999). Sedangkan menurut Thian Hin (2001). Saham yaitu surat berharga yang merupakan bukti kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Saham merupakan tanda bukti pengambilan pengambilan bagian saham, juga merupakan tanda bukti pengambilan bagian peserta dalam suatu perusahaan (Riyanto, 1999). Saham adalah tanda penyertaan modal pada perusahaan perseroan terbatas. Jenis saham antara lain:

a. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasanya memperoleh hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan (Gitosudarmo, 1999).


(28)

b. Saham Preferen

Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa (Jogiyanto, 2003), saham preferen adalah saham yang memberikan hak deviden dan atau bagian kekayaan pada saat perubahan lebih dahulu dari saham biasa, dan disamping itu mempunyai preferen untuk digunakan dalam mengajukan pencalonan direksi/ komisaris (Gitosudarmo, 1999).

c. Saham Treasury ( Treasury stock )

Saham treasury adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri (Jogiyanto, 2003). Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut (binder produk–produk yang ada di pasar modal).

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan, pemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanam di perusahaan (Tjiptono dan Hendy, 1995).

Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai 3 tujuan investasi utama ( Kertonegoro, 1995) adalah:

a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chip dan saham nonspekulatif lainnya.

b. Sebagai pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka panjang sehingga mereka mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham, sumber penghasilan untuk mendapatkan deviden.


(29)

c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan deviden sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi.

2.4.2 Penilaian Saham

Harga saham adalah harga yang dibentuk dan interaksi para penjual dan pembeli saham dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu para investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham. Menurut Ang (1997) nilai dari saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga jenis:

a. Nilai nominal

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam saham yang berfungsi untuk tujuan akuntansi, nilai ini tidak dapat digunakan untuk mengukur sesuatu. Nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan dalam neraca.

b. Harga dasar (Base Price)

Harga dasar saham baru merupakan harga perdananya, harga saham diperoleh dari perkalian antara nilai par value dengan jumlah saham yang diterbitkan. Harga dasar suatu saham sangat erat hubungannya dengan harga pasar tersebut. Harga dasar diperhitungkan dalam perhitungan indeks harga saham, harga dasar akan berubah seiring dengan aksi emiten yang dilakukan seperti right issue, stock split, warrant, redemtion.

c. Harga Pasar (Market Price)

Harga pasar merupakan harga dimana harga tersebut berlaku saat pasar sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (Closing Price), harga pasar adalah harga yang mencerminkan naik turunnya suatu saham. Jika harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan terbentuk market value.


(30)

Harga saham dibursa ditentukan oleh kekuatan pasar yang berarti saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran, karena permintaan dan penawaran atas saham berfluktuasi setiap harinya, maka harga sahampun akan mengikuti pada fluktuasi tersebut. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih banyak, maka harga saham akan cenderung meningkat .

Faktor-faktor yang menentukan harga saham dipasar adalah: 1. Taksiran penghasilan yang akan diterima

2. Besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor, yang mana dipengaruhi oleh keuntungan yang bebas risiko serta risiko yang ditanggung investor.

Harga saham mencerminkan prestasi emiten, pergerakan harga saham dengan kinerja emiten. Apabila emiten mempunyai prestasi yang semakin baik maka keuntungan yang dapat dihasilan dari operasi usaha semakin besar, hal ini berarti keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemegang saham juga semakin besar. Bagi investor, harga saham dan pergerakannya merupakan faktor penting dalam investasi di pasar modal. Harga saham dikatakan tidak wajar apabila harganya ditetapkan terlalu tinggi (overprice)

ataupun terlalu rendah (underprice). Melalui penilaian saham inilah para investor akan bisa memutuskan untuk menentukan strategi invetasi melalui keputusan untuk membeli, menjual atau mempertahankan saham tertentu.

Harga saham juga mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham maka, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan semakin rendah harga saham maka semakin rendah pula nilai peruahaan, oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham akan sangat memperhatikan harga saham. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik namun, bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi investor untuk membeli sehingga menimbulkan harga saham sulit meningkat lagi. Untuk mengantisipasi hal terebut maka banyak perusahaan yang melakukan stock split terhadap sahamnya, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli.


(31)

2.5 Pengertian Bank

Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat (Hasibuan, 2008).

Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan undang-undang No. 10 Tahun 1998 yakni Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Umum adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegitannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank adalah pengumpul dana dari SSU (Suplus Spending Unit) dan penyalur kredit kepada DSU (Defisit Spending Unit); tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat; pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis, dan ekonomis; penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C; dan penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi.

a. Simpanan

Menurut Hasibuan (2008), simpanan atau tabungan adalah dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito


(32)

berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu (UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Bab 1 Pasal 1 ayat (6)).

Tabungan

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998, tabungan dapat didefinisikan sebagai simpanan pihak ketiga di bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan syarat-syarat tertentu. Pengertian tabungan tersebut ditinjau dari sudut mikro yaitu sebagai salah satu produk di bank.

Deposito

Pengertian deposito menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank.(henmedya.staff.gunadarma.ac.id/Down-loads/.../sumber+dana+bank-M2.pdf)

2.6 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal berupa hak pemilikan perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya.

Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Menurut UU tersebut, bursa adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang dikategorikan


(33)

sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim dikenal sebagai efek.

2.6.1 Jenis Pasar Modal

Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Pasar perdana

Penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut.

b. Pasar sekunder

Penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut. Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran efek tersebut. Bagi efek yang dapat memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di dalam bursa efek, sedangkan bagi efek yang tidak memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di luar bursa efek.

c. Bursa parallel

Pelengkap bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang menerbitkan efek yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa paralel. Bursa paralel diselenggarakan oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE).

2.6.2 Instrumen Pasar Modal

ƒ Saham adalah satu efek yang pasar umumnya dijual di pasar modal (bursa efek) adalah saham. Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT).


(34)

ƒ Obligasi

Surat pengakuan hutang suatu perusahaan yang akan dibayar pada waktu jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Penghasilan yang diperoleh dari obligasi berupa tingkat bunga yang akan dibayarkan oleh perusahaan penerbit obligasi tersebut pada saat jatuh tempo.

• Obligasi atas unjuk (bearer bonds) berarti pemegang obligasi dianggap sebagai pemilik atas hak obligasi tersebut.

• Obligasi atas nama (registered bonds) berarti yang berhak atas sejumlah nilai uang atas obligasi tersebut adalah sesuai dengan nama yang tertera pada obligasi tersebut.

ƒ Surat Berharga Lainnya

Selain dari dua jenis efek yang telah diuraikan di atas yang sudah banyak digunakan sebagai media hutang di bursa efek Indonesia, terdapat beberapa jenis efek yang juga dapat digunakan sebagai media hutang, seperti option, warrant, dan right.

a) Option

Surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang/lembaga (tetapi bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham (call option) dan menjual saham (put option) pada harga yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Warrant

Surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Persyaratan tersebut biasanya mengenai harga, jumlah, dan masa berlakunya warrant tersebut.

c) Right

Surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya (pemilik saham biasa) untuk membeli tambahan saham pada penerbitan saham baru.


(35)

2.6.3 Lembaga yang Terkait dengan Pasar Modal

ƒ Pengatur Pasar Modal (BAPEPAM)

Untuk menciptakan mekanisme pasar modal yang baik diperlukan suatu lembaga yang mengatur pasar modal tersebut. Pasar modal di Indonesia diatur oleh suatu lembaga pemerintah disebut Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) atas nama Departemen Keuangan. Pasar modal yang ada di Indonesia dikelola oleh swasta, dan oleh pemerintah. Bursa Efek Jakarta yang beroperasi di Jakarta dikelola oleh BAPEPAM milik pemerintah, Bursa Efek Surabaya yang beroperasi di Surabaya dikelola oleh PT. Bursa Efek Surabaya milik swasta, dan Bursa Paralel dikelola oleh Persatuan Pedagang Uang dan Efek-efek (PPUE).

ƒ Instansi Pemerintah

Selain sebagai pengatur pasar modal, pemerintah juga campur tangan dalam hal-hal tertentu agar pasar modal tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien. Instansi Pemerintah yang terlibat dalam mekanisme pasar modal adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Departemen Teknis, dan Departemen Kehakiman. BKPM memberikan ijin penanaman modal yang meliputi komposisi dan jumlah dana investasi, besarnya modal dasar, batas waktu penyetoran modal dan komposisi pemegang saham. Departemen Teknis memberikan ijin usaha dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya ijin usaha perbankan diberikan oleh Departemen Keuangan dan diawasi langsung oleh Bank Indonesia. Departemen Teknis bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan/distributor adalah Departemen Perdagangan dan Industri.

ƒ Lembaga Swasta

Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Hukum, Badan Penilai (Appraiser), dan Konsultan Efek (Investment Advisor). Akuntan Publik, termasuk akuntan negara di bawah Badan Pemeriksa


(36)

Keuangan dan Pengawas Pembangunan (BPKP), berperan sebagai penilai kondisi keuangan perusahaan yang akan go public, meliputi pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sendiri.

2.6.4 Pelaku dalam Pasar Modal

Perkembangan suatu pasar modal sangat bergantung dari aktivitas pelakunya dan aktivitas lembaga-lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pasar modal tersebut.

a. Emiten

Perusahaan yang menjual pemilikannya kepada masyarakat (go public). Ada beberapa tujuan suatu perusahaan yang go public,

yaitu:

1. memperoleh tambahan dana yang digunakan dalam perluasan usaha

2. mengubah/memperbaiki komposisi modal 3. melakukan pengalihan pemegang saham.

b. Investor (pemodal)

Badan atau perorangan yang membeli pemilikan suatu perusahaan

go public. Dalam suatu perusahaan yang go public, investor pertama adalah pemegang saham pendiri. Sedangkan pemegang saham yang kedua adalah pemegang saham melalui pembelian saham pada penawaran umum di pasar modal.

• Pemodal perorangan adalah orang atau individu yang atas namanya sendiri melakukan penanaman modal (investasi).

• Pemodal badan (lembaga) adalah investasi yang dilakukan atas nama lembaga, seperti perusahaan, koperasi, yayasan, dana pensiun, dan lain-lain. Segala keuntungan dan risiko atas efek yang dibeli atas nama lembaga merupakan hak dan beban lembaga tersebut.


(37)

2.6.5 Lembaga Penunjang

Lembaga Penunjang berfungsi sebagai penunjang atau pendukung bekerjanya pasar modal, antara lain:

a. Penjamin Emisi (Underwriter)

Berfungsi sebagai penjamin dalam penjualan efek yang diterbitkan oleh perusahaan go public. Jaminan yang dikeluarkan oleh penjamin emisi mengandung risiko jika efek yang dijual tidak Iaku dan sebaliknya akan memperoleh imbalan jika Iaku. Besarnya imbalan sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya. Karena terdapat risiko yang mungkin diderita penjamin emisi, maka biasanya penjamin emisi tidak mutlak menjamin penjualan efek secara keseluruhan. Ada 4 macam bentuk penjaminan efek oleh penjamin emisi, yaitu Full Firm Commitment, Best Effort Commitment, Standby Commitment, dan All or None Commitment.

b. Wali Amanat (Trustee)

Wali amanat hanya diperlukan hanya jika perusahaan menerbitkan efek dalam bentuk obligasi. Lembaga ini akan bertindak sebagai wali si pemberi amanat. Pemberi amanat dalam penerbitan obligasi adalah investor, sehingga wali amanat mewakili kepentingan investor. Tugas wali amanat dalam penerbitan obligasi adalah:

1. Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten. 2. Menilai kekayaan emiten yang akan dijadikan jaminan. 3. Melakukan pengawasan terhadap kekayaan emiten.

4. Mengikuti secara terus menerus perkembangan perusahaan emiten dan jika diperlukan memberi nasihat kepada emiten. 5. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pembayaran

bunga dan pinjaman pokok obligasi. 6. Sebagai Agen Utama Pembayaran.


(38)

c. Perantara Perdagangan Efek (Broker, Pialang)

Pihak yang melakukan jual beli efek yang listing di bursa efek. Pialang memperoleh balas jasa dari layanan yang ia berikan kepada investor. Layanan tersebut berupa informasi yang dibutuhkan investor untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan keuangan

(financial management). Badan atau perorangan dapat menjadi perantara perdagangan efek. Badan yang dimaksud dapat berbentuk LKBB, bank, atau badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang khusus bergerak di bidang perantara perdagangan efek. Badan atau perorangan yang ingin beroperasi sebagai perantara perdagangan efek harus memenuhi syarat bahwa badan atau perorangan tersebut berada di Indonesia, mempunyai keahlian di bidang perdagangan efek, mempunyai modal disetor minimal Rp25.000.000,00 dan harus memperoleh ijin Menteri Keuangan Republik Indonesia.

d. Pedagang Efek (Dealer)

Melakukan perdagangan efek di lantai bursa. Berbeda dengan Broker, Pedagang Efek dapat membeli efek atas namanya sendiri, selain itu juga bisa memberi informasi kepada kleinnya tentang kondisi pasar modal. Walaupun Pedagang Efek ini juga dapat memperjual belikan efek selain memberi informasi kepada klien, dalam praktiknya ia harus mengutamakan pesanan kliennya. Dari aktivitas perdagangan efek tersebut, Pedagang Efek dimungkinkan untuk memperoleh keuntungan atau kerugian. Jika harga efek (saham/obligasi) yang ia jual lebih tinggi dibandingkan dengan harga efek tersebut pada saat ia beli, maka pedagang efek akan memperoleh keuntungan (capital gain) dan apabila harga efek yang ia jual lebih rendah dibandingkan dengan harga efek tersebut pada saat ia beli, maka pedagang efek menderita kerugian modal (capital loss).


(39)

e. Perusahaan Surat Berharga (Securities Company)

Bergerak di bidang perdagangan efek-efek yang tercatat di bursa efek. Perusahaan Surat Berharga ini didukung oleh tenaga profesional dalam mekanisasi perdagangan efek, seperti

underwriter, broker, fund management Jadi, perbedaannya dengan Pedagang Efek (Dealer) adalah bahwa pedagang efek mempunyai aktivitas jual beli efek dan memberi informasi dan konsultasi kepada klien saja, sedangkan perusahaan surat berharga tidak hanya itu, tetapi juga menyediakan jasa profesional yang lain, seperti

underwriter, fund management

f. Perusahaan Pengelola Dana (investment Company)

Perusahaan yang beroperasi di pasar modal dengan mengelola modal yang berasal dari investor. Perusahaan pengelola dana mempunyai dua unit yang paling utama, yakni :

• Pengelolaan dana (fund management) dan • Penyimpanan dana (qustodian).

Pengelola dana memutuskan efek mana yang harus dijual dan efek mana yang harus dibeli, setelah itu yang melaksanakan penjualan atau pembelian adalah penyimpan dana (qustodian). Qustodian juga melakukan penagihan bunga dan deviden kepada emiten.

g. Biro Administrasi Efek

Berperan sebagai pihak yang melakukan administrasi yang berkenaan dengan kepentingan investor dan emiten. Jasa biro ini sangat diperlukan pada pasar modal yang telah berkembang luas. Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan Biro Administrasi Efek, di antaranya:

1. Membanfu emiten dan underwriter dalam rangka emisi efek; 2. Melaksanakan kegiatan penyimpanan dan pengalihan hak atas


(40)

3. Menyusun Daftar Pemegang Saham dan perubahannya untuk melakukan Pembukuan Pemegang Saham (pembuatan Daftar Pemegang Saham) atas permintaan emiten;

4. Menyiapkan korespondensi emiten kepada pemegang saham, misalnya pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham dan pengumumam pembayaran deviden atas nama emiten;

5. Membuat laporan-laporan bila diminta oleh instansi berweweng, seperti Bapepam (Anwar, 2010)

2.7. Penelitian Terdahulu

Dewi (2007) yang menganalisis strategi penyertaan modal Provinsi DKI Jakarta kepada beberapa perusahaan daerah dan perusahaan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi model-model penyertaan modal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta kelebihan dan kelemahan dari masing-masing model tersebut, serta penyusunan strategi penyertaan modal yang dapat dijadikan acuan bagi pemerintah di Propinsi DKI Jakarta dalam memberikan penyertaan modal kepada Perusahaan Daerah dan Perusahaan lainnya.

Untuk menjawab tujuan dari penelitian, maka dilakukan terhadap model-model penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta, analisis dilakukan untuk mengevaluasi kebaikan dan kelemahan dari masing-masing model selama ini. Selain itu juga dilakukan analisis perbandingan dengan model-model penyertaan modal baik di tingkat nasional maupun dunia dengan analisis review literature secara konseptual dan aplikasinya.

Untuk mengetahui posisi model-model penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap model-model pesaing dilakukan analisis perbandingan dengan menggunakan matrik profil kompetitif yaitu dengan memberi peringkat pada masing-masing model yang diperbandingkan.

Dengan mengacu pada hasil kuisioner maupun wawancara secara mendalam dari responden serta dari data-data sekunder, akan didapat informasi menyeluruh yang menggambarkan secara obyektif kondisi dan


(41)

posisi perusahaan daerah. Selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk analisis SWOT yang akan memetakan keunggulan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan daerah yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan strategi dalam penyertaan modal bagi permerintah Provinsi DKI Jakarta kepada perusahaan-perusahaan daerah dan perusahaan lainnya. Pada penelitian ini, penyusunan strategi dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu (1) tahap masukan input (input stage) dengan menggunakan matriks Internal Factor Analysis (IFA) dan External Factor Analysis (EFA); dan (2) tahap pemaduan (matching stage) dengan menggunakan matriks Internal dan Eksternal (Matriks IE) serta matriks SWOT. Hasil dari analisis SWOT adalah berbagai alternatif strategi, selanjutnya alternatif strategi yang ada akan dipilih strategi yang terbaik dengan mempergunakan Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM). Selain metode di atas kajian ini juga dilengkapi dengan analisis dari sisi keuangannya yaitu analisa investasi yang meliputi Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan

Index Profitability untuk memperkuat strategi yang sudah diperoleh dari perhitungan metode QSPM, sehingga penyertaan modal yang dilakukan oleh Provinsi DKI Jakarta mendatangkan keuntungan dan tepat sasaran yaitu penyertaan modal pada perusahaan yang menguntungkan.


(42)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian penyusunan rencana penyertaan modal Pemerintah Kota Depok terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan Penyertaan Modal terhadap pihak ketiga, lalu dibuat empat perbandingan perencanaan penyertaan modal yakni Perbandingan 1 (Penyertaan modal terhadap PT Bank Jabar Banten), Perbandingan 2 (Penyertaan modal terhadap bank swasta lainnya), Perbandingan 3 (Penyertaan modal terhadap Bank swasta lainnya), dan Perbandingan 4 (Produk perbankan lainnya). Setelah dibuat keempat perbandingan tersebut, maka dilakukan Analisis Kelembagaan unutk mengetahui peraturan mana yang mendukung dan menghambat penyertaan modal dalam keempat perbandingan. Setelah diketahui mana perbandingan yang layak sesuai Analisis Kelembagaan, maka dilakukan Analisis Finansial (ROE dan EPS) dan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk mengetahui tingkat kelayakan perbandingan tersebut. Kemudian, jika perbandingan tersebut layak dapat dikembangkan dan jika tidak layak dapat dijadikan sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Depok. Kerangka pemikiran tersebut dapat disajikan dalam Gambar 1.


(43)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu tiga bulan (November 2010-Januari 2011) pada Pemerintah Kota Depok dan PT Bank Jabar Banten Depok, serta pada bank-bank pembandingnya yang berlokasi di Kota Depok antara lain PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT. Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank Nasional Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia.

Tidak Layak

Analisis Kelembagaan

Identifikasi Peraturan Kota Depok terhadap penyertaan modal ke pihak

ketiga Layak Dapat Diusahakan dan Dikembangkan Saran

Analisis Kelayakan Finansial

ROE (Return On Equity) dan EPS (Earning Per Share)

Analisis SWOT

(Stength, Weakness, Oppurtunity, and Threat) Perencanaan Penyertaan Modal

terhadap pihak ketiga

Perbandingan 1 Penyertaan modal terhadap Bank BJB Perbandingan 2 Penyertaan modal terhadap Bank BUMN Perbandingan 4 Produk perbankan lainnya Perbandingan 3 Penyertaan modal terhadap Bank swasta lainnya Tidak Layak Analisis Kelembagaan

Identifikasi Peraturan Kota Depok terhadap penyertaan modal ke pihak

ketiga Layak Dapat Diusahakan dan Dikembangkan Saran

Analisis Kelayakan Finansial

ROE (Return On Equity) dan EPS (Earning Per Share)

Analisis SWOT

(Stength, Weakness, Opportunity, and Threat) Perencanaan Penyertaan Modal

terhadap pihak ketiga

Perbandingan 1 Penyertaan modal terhadap Bank BJB Perbandingan 2 Penyertaan modal terhadap Bank BUMN Perbandingan 4 Produk perbankan lainnya Perbandingan 3 Penyertaan modal terhadap Bank swasta lainnya


(44)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan cara observasi atau pengamatan, wawancara, kuisioner, dan opini pakar. Data sekunder diperoleh dari buku, internet, jurnal, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan dokumen-dokumen pendukung lainnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Survei lapangan yaitu pengamatan langsung objek penelitian dengan

tujuan untuk memahami kondisi lapangan yang sebenarnya.

2. In depth interview dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan rencana umum penyertaan modal yaitu Bank Jabar Banten dan pihak Pemerintah Daerah Kota Depok.

3. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada Bank Jabar Banten dan pihak Pemerintah Daerah Kota Depok.

4. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder untuk diolah lebih lanjut.

Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan analisis data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data

Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data Penyertaan modal

terhadap Bank Jabar Banten • Primer • Sekunder • Kuesioner • Wawancara • Survei

•Bank Jabar Banten

Penyetaan modal terhadap Bank swasta, Bank BUMN, dan lainnya.

Penyertaan modal terhadap produk perbankan

(tabungan, deposito, dan obligasi pemerintah) • Primer • Sekunder • Primer • Sekunder • Kuesioner • Wawancara • Survei • Kuesioner • Wawancara • Survei •BRI •BNI

•Bank Panin

•Bank Permata

•BCA

•Bank Danamon

Yang didasarkan pada kriteria ROE dan EPS

BRI, BNI, Bank panin, Bank Permata, BCA, Bank

Danamon, yang didasarkan pada tingkat suku bunga


(45)

3.4. Metode Analisis Data

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka pada kajian ini digunakan pendekatan analisis kuantitatif dan kualitatif yang disesuaikan dengan tujuan tersebut. Metode analisis yang digunakan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode Analisis

No Tahapan Kajian Metode Analisis

1. Identifikasi Peraturan Kota Depok

terhadap modal pihak ketiga

Analisis Kelembagaan

2. Perencanaan Penyertaan Modal

terhadap pihak ketiga

Analisis Kelembagaan

3. Penyertaan modal terhadap Bank

Jabar Banten

Analisis SWOT

Analisis Finansial

4. Penyertaan modal terhadap bank

swasta (Bank Panin, BCA, Bank Permata, Bank Danamon) dan Bank BUMN (BNI dan BRI)

Analisis SWOT

Analisis Finansial

5. Penyertaan modal terhadap pihak

yang dianggap memenuhi kelayakan

Analisis SWOT

Analisis Finansial

3.4.1 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Umumnya unit bisnis harus memantau kekuatan lingkungan makro yang menjadi penentu (demografi-ekonomi, teknologi, politik-hukum, dan sosial-budaya), dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran distribusi, pemasok) yang berdampak pada kemampuannya memperoleh laba (Kotler, 2005).

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

Strengths (kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.


(46)

Weakness (kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Opportunities (peluang)

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

Threats (ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Setelah dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi

Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan Threat. Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil. Gambar dari analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 2.


(47)

Pada kasus ini, Analisis SWOT digunakan dua kali, pertama Bank BJB dievaluasi menggunakan Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factors Evaluation (EFE) yang disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal dan eksternal pada Analisis SWOT. Selanjutnya, untuk mengkaji perbandingan dengan bank lain dan produk perbankan lainnya menggunakan SWOT Deskriptif. SWOT Deskriptif adalah suatu analisa yang membandingkan antara kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan peluang dan ancaman yang terjadi dalam perusahaan untuk memilih dan memilah alternatif strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan, namun data-data dalam objek penelitian tidak dinyatakan dalam angka-angka (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21088596.pdf).

Untuk analisa kuantitatif deskriptif, perhitungan bobot dan nilai dari para responden dilakukan dengan Teknik Delphi. Pengukuran bobot dilakukan terhadap faktor-faktor strategis yang ada, dengan penilaian 1= pengaruh faktor strategis terhadap perusahaan kurang menentukan, 2= pengaruh faktor strategis terhadap perusaahaan cukup menentukan, 3= pengaruh faktor strategis terhadap perusaahaan menentukan, dan 4= pengaruh faktor strategis terhadap perusaahaan sangat menentukan yang ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan Bobot Faktor Strategis

Faktor Strategis

Tingkat Kepentingan Rata-rata Bobot

1 2 3 4

1 X Y Z a A

2 b B

N

Rata-rata R 1,00

Dimana :

1-4 : Tingkat kepentingan faktor-faktor strategis 1-N : Faktor-faktor strategis yang digunakan a : {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…}/responden A : (a/R) x 100 %


(48)

Penentuan nilai terhadap faktor strategis dilakukan dengan memberikan nilai dengan skala 1 (respon perusahaan terhadap pengaruh faktor strategis sangat lemah) sampai skala 4 (respon perusahaan terhadap pengaruh faktor strategis sangat kuat). Nilai terhadap faktor strategis tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Penentuan Nilai Faktor Strategis

Faktor Strategis

Nilai Jumlah Nilai

Rata-rata nilai 1 2 3 4

1 X Y Z c C

2 d D

N

Rata-rata

Dimana :

c : {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…} C : c/jumlah responden

Untuk mendapatkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penyertaan modal perusahaan dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah dengan wawancara dengan manajemen PT. Bank Jabar Banten mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyertaan modal dan dilanjutkan dengan tahap kedua menggunakan kuisioner dengan materi hasil wawancara. Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen baik secara bersama maupun terpisah. Hasil wawancara tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal, dan dibuat ke dalam kuisioner yang dibagikan kepada para pakar.

Dari pengisian kuisioner tersebut, maka dibuat perhitungan IFE dan EFE matriks. Hasil perhitungan bobot dan nilai IFE dan EFE dihitung untuk menghasilkan nilai angka terbobot (weighted score) masing-masing faktor. Nilai angka terbobot tersebut menunjukkan tingkat reaksi atau respon perusahaan dalam menangani faktor-faktor strategis terhadap penyertaan modal.


(49)

Tabel 5. Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE dan IFE

Faktor Strategis Bobot Rating Skor Bobot

1 A X AX 2 B Y BY …

N

Total AX+BY

Apabila telah didapatkan hasil penentukan angka terbobot (weighted score) faktor EFE dan IFE, maka dapat diketahui tingkat reaksi atau respon perusahaan dalam menangani faktor-faktor strategis terhadap penyertaan modal. Matriks EFE, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan yang terendah adalah 1,0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5. Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi jawaban dengan cara yang luar biasa pada peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eksternal. Jumlah nilai sama dengan 1,0.

Dalam konteks penyertaan modal, faktor-faktor di dalam matriks IFE dan EFE dibuat ke dalam matriks SWOT untuk menentukan kegiatan perusahaan dalam mencapai target dana. Masing-masing berdasarkan matriks SWOT menunjukkan serangkaian kegiatan untuk mencapai target laba yang ingin dicapai oleh perusahaan.

3.4.2 Analisis Finansial

Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dan kelayakan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank Jabar Banten.

Pada kajian ini untuk mengetahui kelayakan finansial Bank Jabar Banten digunakan kriteria ROE (Return on Equity) dan EPS (Earning Per Share) yang diuraikan pada penjelasan di bawah ini:


(50)

ƒ ROE (Return on Equity)

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yakni seberapa baik manajer perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Penggunaan lain dari ekuitas adalah untuk menentukan tingkat pengembalian pada ekuitas (Return on Equity). ROE adalah sebuah ukuran dari besarnya jumlah laba dari sebuah perusahaan yang dihasilkan dalam 1 tahun terakhir dibandingkan dengan nilai ekuitasnya. Tidak seperti yang lainya, satuan dari ROE ini adalah persentase

…….…… 1

ƒ EPS (Earning Per Share)

EPS merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan.

EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

... 2

EPS adalah salah satu bentuk dari rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisa kinerja suatu badan usaha yang mencerminkan hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemegang saham, sehingga

ROE = Pendapatan bersih

Ekuitas pemegang saham biasa

EPS = Laba Bersih Setelah Pajak dan Bunga Jumlah Saham yang Beredar


(51)

pesaing sekali artinya bagi pemegang saham selaku pemilik badan usaha.

Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS. Rasio–rasio laba ini menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas dan manajemen aktiva (kewajiban) terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio-rasio ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam rangka menilai faktor–faktor yang mendasari laba perusahaan. Rasio–rasio ini membantu dalam melakukan penilaian kecukupan laba historis dan memproyeksikan laba di masa depan melalui pemahaman yang lebih baik terhadap sebab–sebab terjadinya laba

Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabelnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS).

Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki

earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki

earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun.

Faktor Penyebab Kenaikan dan penurunan Laba Per Saham : 1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar tetap.

2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.


(52)

4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba bersih.

Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena : 1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar naik.

2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih.

Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/earnings-per-sha re-eps definisi dan.html).

Forecasting ROE dan EPS

Menurut Heizer dan Render (2006), keakuratan keseluruhan dari setiap model peramalan dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nilai actual atau nilai yang sedang diamati. Ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk membandingkan untuk menghitung kesalahan peramalan (forecast error) total.


(53)

Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan, untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Besar kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara, antara lain adalah :

1. MAD (Mean Absolute Deviation), mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata absolut kesalahan.

∑ | |………...3

2. MSD (Mean Squarred Deviation), mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam rata-rata kuadrat dari kesalahan.

MSD ∑ ………4

3. MAPE (Mean Absolute Percentage Error)

Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSD adalah bahwa nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah ini, dapat menggunakan MAPE. MAPE digunakan untuk mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolute kesalahan.

MAPE ∑ ………5

3.4.3 Analisis Kelembagaan

Analisis Kelembagaan bertujuan untuk mengetahui peraturan perundangan-undangan Republik Indonesia baik yang mendukung dan menghambat penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT. Bank Jabar Banten (Bank BJB). Peraturan Republik Indonesia seperti Peraturan Pemerintah Dalam Negeri dan Peraturan lainnya yang berkaitan dengan penyertaan modal dan dijadikan pedoman antara lain:


(54)

ƒ Peraturan pemerintah tersebut bersumber dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

ƒ Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

ƒ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.


(1)

• Minimal Investasi : IDR 500.000.000 Service:

• Layanan Bank Danamon Custodial Services untuk penyimpanan, coupon collection & penilaian portfolio obligasi

Daily Market Commentary

Daily Market Quote

Monthly Valuation Statement

Resiko Investasi Minimal

Dengan melakukan investasi dalam Obligasi Pemerintah

investor akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dari Deposito dengan resiko yang minimal.

Proteksi Keuntungan Investasi Nasabah untuk Jangka Panjang Tingkat pengembalian atas Investasi Nasabah akan terproteksi untuk jangka panjang dengan adanya coupon obligasi dengan jenis Fixed maupun Variable Rate.

¾ Dua Jenis Deposito Bank Danamon Deposito On Call

• Kemudahan dan keleluasaan mengatur dana sesuai kebutuhan aliran kas dengan keuntungan maksimal.

• Jangka waktu penempatan dana antara 7 sampai 17 hari • Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah, USD, AUS, SGD

• Minimum Deposito Rp 100 juta atau USD 25.000 untuk perorangan Deposito Berjangka

• Deposito bulanan dengan jangka waktu penempatan dana yang paling fleksibel

• Pilihan jangka waktu penempatan dana 1, 2, 3, 6, dan 12 bulan

• Tersedia dalam mata uang Rupiah, Dollar Amerika, Dollar Singapura dan Dollar Australia dengan setoran awal untuk perorangan sebesar Rp 8.000.000,- dan untuk Perusahaan/yayasan/koperasi sebesar Rp 10.000.000,-


(2)

• Manfaatkan pula fasilitas tambahan berupa Automatic Roll Over dengan bunga deposito yang dapat ditempatkan pada rekening tabungan.

4. Bank Rakyat Indonesia a. Deposito BRI

Produk Deposito BRI yang memberikan kenyamanan dan keamanan dalam investasi dana Nasabah.

Keunggulan

• Keleluasaan dalam memilih jangka waktu Deposito BRI, mulai dari 1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan

• Bebas biaya administrasi

• Pencairan sebagian nominal Deposito BRI tanpa merubah nomor rekening

• Pencairan Deposito BRI di unit kerja lainnya. • Suku bunga kompetitif

• Suku bunga negosiasi (apabila memenuhi kriteria tertentu) Fasilitas

• Perpanjangan Deposito BRI dapat dilakukan secara otomatis (automatic roll-over)

• Pencairan Deposito BRI pada saat jatuh tempo dapat dilakukan secara: 1. Tunai

2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI 3. Ditransfer / kliring ke rekening Bank lain

• Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara: 1. Tunai

2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI 3. Dikliringkan ke rekening Bank lain

4. Menambah pokok Deposito BRI pada saat perpanjangan (add-on) 5. Kombinasi dari beberapa pilihan tersebut di atas

b. Deposit On Call (DOC)

Produk Deposit on Call (DOC) Bank BRI merupakan produk deposito yang menawarkan hasil investasi yang tinggi.


(3)

Keunggulan:

1. Suku bunga kompetitif 2. Bebas biaya administrasi

3. Jangka waktu 7 hari s/d 1 bulan kurang 1 hari Fasilitas:

1. Pilihan mata uang: Rupiah, USD dan EUR

2. Pencairan Deposit on Call (DOC) pada saat jatuh tempo dapat dilakukan secara:

a. Tunai

b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI c. Ditransfer/kliring ke rekening Bank lain

3. Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara: a. Tunai

b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI c. Ditransfer/kliring ke rekening pada Bank lain d. Tabungan BritAma

Fasilitas Tabungan BritAma:

1. Fasilitas Transfer Otomatis Antar Rekening.

2. Automatic Fund Transfer (AFT), yaitu fasilitas untuk mentransfer dana dari rekening BritAma ke rekening simpanan di BRI, baik di Kanca sendiri ataupun di Kanca lain, setiap tanggal tertentu dengan nominal transfer tertentu yang bersifat tetap (secara rutin).

3. Account Sweep, adalah fasilitas untuk mentransfer dana dari satu rekening ke rekening lainnya di Kanca sendiri ataupun di Kanca lain secara otomatis yang sebelumnya di set up saldo minimal atau saldo maksimalnya. Transfer otomatis terjadi apabila batas saldo minimal atau maksimal tersebut terlampaui. Fasilitas ini dapat digunakan untuk keperluan BritAma mem-back up giro secara otomatis.

4. Automatic Grab Fund (AGF), yaitu fasilitas transfer otomatis untuk menarik (mendebet) dana secara otomatis oleh satu rekening dari rekening lainnya, baik di Kanca sendiri maupun kanca lain. Inisiatif pendebetan berasal dari rekening yang akan mendebet, dengan nominal


(4)

transaksi yang bersifat tetap. Fasilitas ini dapat digunakan untuk pembayaran angsuran pinjaman secara otomatis, dimana rekening pinjaman akan secara otomatis mendebet rekening BritAma untuk membayar angsurannya.

5. Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident). Setiap nasabah BritAma dengan saldo minimal Rp 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah), berhak atas jaminan asuransi kecelakaan diri (Personal Accident) dengan nilai pertanggungan sebesar 250 % dari saldo dan maksimal pertanggungan Rp. 100.000.000,-. Selain itu asuransi BritAma juga mengcover rawat inap dan cacat tetap.

6. Aksesibilitas BRI Card 7. Jaringan BRI Card

8. Undian Berhadiah Miliaran Rupiah 5. Bank Nasional Indonesia

a. BNI Deposito

BNI Deposito merupakan simpanan berjangka yang menjadikan simpanan Nasabah aman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif.

Keuntungan

• Tingkat suku bunga kompetitif.

• Dapat dijadikan sebagai jaminan kredit. • Dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan *) Kemudahan

• Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah dengan nilai nominal Rp. 8.000.000,00 atau asing (USD, JPY, GBP, SGD, HKD, EURO).

• Bunga dapat ditransfer ke rekening Tabungan, Giro atau menambah pokok simpanan.

• Pada saat jatuh tempo dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over/ARO) atau tidak otomatis (non ARO)


(5)

b. Tabungan Plus (TAPLUS) Keunggulan

• Bunga BNI TAPLUS dihitung atas dasar saldo harian.

Penarikan tunai melalui teller tidak dibatasi jumlahnya, sedangkan melalui ATM BNI sebesar Rp. 5 juta per hari.

• Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan di semua cabang/capem BNI.

• Dapat dipakai sebagai agunan kredit (Cash Collateral Credit).

• TAPLUS dapat digunakan untuk pembayaran listrik, telepon, pajak dan KPR melalui BNI.

• Dapat dipakai sebagai alat pembayaran di toko-toko (merchant) yang memasang logo Master Card.

• Dapat diikutkan dalam program hadiah, apabila BNI akan memberikan hadiah kepada penabung TAPLUS.

6. Bank Permata a. Permata Deposito

Permata Deposito adalah produk simpanan berjangka yang memberikan keuntungan bunga lebih besar dari tabungan dan memiliki jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 12 bulan sesuai rencana Nasabah. Permata Deposito juga memberikan pilihan mata uang Rupiah atau asing (USD, JPY, SGD, HKD). Jika nominal deposito lebih atau sama dengan Rp. 500 juta, maka suku bunganya adalah sebesar 7%. b. Permata Deposito Syariah

Permata Deposito Syariah merupakan produk khusus bagi Nasabah yang menginginkan investasi dengan pola bagi hasil (nisbah) yang optimal. PermataDeposito Syariah menggunakan prinsip Mudharabah Muthlaqah dimana Nasabah memberi kebebasan penuh kepada PermataBank Syariah untuk mengelola dana secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip syariah. Keuntungan dari pengelolaan dana tersebut akan dibagihasilkan sesuai dengan nisbah/porsi yang telah disepakati sebelumnya.


(6)

Manfaat dan Kelebihan

• Investasi berjangka dengan berbagai pilihan jangka waktu dalam mata uang rupiah (IDR) maupun US Dollar (USD).

• Bagi hasil keuntungan atas pengelolaan dana nasabah, sesuai dengan nisbah yang disepakati saat pembukaan rekening.

• Jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan sesuai rencana nasabah. Pokok deposito tidak dapat dicairkan sampai dengan jatuh tempo.

• Masing-masing jangka waktu memiliki nilai nisbah yang berbeda-beda, dengan bagi hasil dilakukan pada setiap bulannya.

• Pokok deposito dapat di roll-over secara otomatis (ARO/Automatic Roll Over).

• Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.

• Hasil Investasi dapat diambil secara tunai, otomatis dikreditkan ke rekening tabungan/giro di PermataBank Syariah, atau ditambahkan ke pokok deposito, sesuai dengan keinginan Nasabah.