Tabel 5. Perhitungan Angka Terbobot Weighted Score EFE
dan IFE
Faktor Strategis Bobot
Rating Skor Bobot
1 A X AX 2 B Y BY
… N
Total AX+BY
Apabila telah didapatkan hasil penentukan angka terbobot weighted score faktor EFE dan IFE, maka dapat diketahui tingkat
reaksi atau respon perusahaan dalam menangani faktor-faktor strategis terhadap penyertaan modal. Matriks EFE, total nilai yang
dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan yang terendah adalah 1,0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5.
Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi jawaban dengan cara yang luar biasa
pada peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang
yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eksternal. Jumlah nilai sama dengan 1,0.
Dalam konteks penyertaan modal, faktor-faktor di dalam matriks IFE dan EFE dibuat ke dalam matriks SWOT untuk
menentukan kegiatan perusahaan dalam mencapai target dana. Masing-masing berdasarkan matriks SWOT menunjukkan
serangkaian kegiatan untuk mencapai target laba yang ingin dicapai oleh perusahaan.
3.4.2 Analisis Finansial
Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dan kelayakan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah Kota Depok
pada Bank Jabar Banten. Pada kajian ini untuk mengetahui kelayakan finansial Bank Jabar
Banten digunakan kriteria ROE Return on Equity dan EPS Earning Per Share yang diuraikan pada penjelasan di bawah ini:
ROE Return on Equity
Tingkat pengembalian ekuitas ROE yakni seberapa baik manajer perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Penggunaan lain dari ekuitas adalah untuk menentukan tingkat pengembalian pada ekuitas Return on Equity. ROE adalah sebuah
ukuran dari besarnya jumlah laba dari sebuah perusahaan yang dihasilkan dalam 1 tahun terakhir dibandingkan dengan nilai
ekuitasnya. Tidak seperti yang lainya, satuan dari ROE ini adalah persentase
…….…… 1
EPS Earning Per Share
EPS merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah
satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping PER Price Earning Ratio dalam lingkaran
keuangan. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan
bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau
EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
............. 2
EPS adalah salah satu bentuk dari rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisa kinerja suatu badan usaha yang
mencerminkan hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemegang saham, sehingga
ROE = Pendapatan bersih Ekuitas pemegang saham biasa
EPS = Laba Bersih Setelah Pajak dan Bunga Jumlah Saham yang Beredar
pesaing sekali artinya bagi pemegang saham selaku pemilik badan usaha.
Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS. Rasio–rasio laba ini menunjukkan dampak
gabungan dari likuiditas dan manajemen aktiva kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio-rasio
ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam rangka menilai faktor–faktor yang mendasari laba perusahaan.
Rasio–rasio ini membantu dalam melakukan penilaian kecukupan laba historis dan memproyeksikan laba di masa depan melalui
pemahaman yang lebih baik terhadap sebab–sebab terjadinya laba Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi
pada laba bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini dipengaruhi oleh perubahan variabel-
variabelnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per
saham EPS. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk
mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka
dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki
earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun.
Faktor Penyebab Kenaikan dan penurunan Laba Per Saham : 1.
Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar turun. 3.
Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada
persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang
beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba bersih.
Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena : 1.
Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar tetap. 3.
Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada
persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar
lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih. Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan
meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang
beredar http:jurnal-sdm.blogspot.com201001earnings-per-sha re-eps definisi dan.html.
• Forecasting ROE dan EPS
Menurut Heizer dan Render 2006, keakuratan keseluruhan dari setiap model peramalan dapat dijelaskan dengan
membandingkan nilai yang diramal dengan nilai actual atau nilai yang sedang diamati. Ada beberapa perhitungan yang biasa
digunakan untuk membandingkan untuk menghitung kesalahan peramalan forecast error total.
Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan,
untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Besar kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara,
antara lain adalah : 1.
MAD Mean Absolute Deviation, mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata absolut
kesalahan.
∑ | |
…………………………………….......3
2. MSD Mean Squarred Deviation, mengukur ketepatan nilai
dugaan model yang dinyatakan dalam rata-rata kuadrat dari kesalahan.
MSD
∑
…………………………………………4
3. MAPE Mean Absolute Percentage Error
Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSD adalah bahwa nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika
unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah
ini, dapat menggunakan MAPE. MAPE digunakan untuk mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam
bentuk rata-rata persentase absolute kesalahan.
MAPE
∑
………………………………………5
3.4.3 Analisis Kelembagaan