Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di
masyarakat masih cukup besar. Terbukti saat akhir pekan lalu tanggal 9 Desember 2010,
harga penutupannya pada level Rp 1.650 per lembar. Bahkan, sempat menembus Rp 1.700 per lembar pada bulan
November. Dalam setiap transaksi, rata-rata saham yang tertransaksikan juga menggembirakan pihak Bank BJB,
jumlah saham yang tertransaksikan, rata-rata 50-80 ribu lot. Respon positif itu didasari oleh beberapa hal. Di antaranya
dalam hal performa, kinerja, dan kepercayaan masyarakat yang positif terhadap citra Bank BJB.
d. Ancaman
Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal
Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta Sampai saat ini, masih ada peraturan yang menekankan
bahwa pembelian saham hanya boleh dilakukan pada BUMD. Jika adanya revisi undang-undang penanaman
modal, maka pihak Pemerintah akan bergulir ke bank lainnya yang memiliki return yang lebih besar dari pada
penanaman modal di Bank BJB.
Ilmu pengetahuan dan teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir
Bank-bank lainnya sudah berbasiskan sistem komputerisasi yang canggih yang memungkinkan melayani nasabah
hingga ke luar negeri.
Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima
Layanan ramah tamah dan waktu pelayanan yang efektif serta penawaran-penawaran produk yang inovatif membuat
nasabah dapat beralih ke bank lainnya.
Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan
Dengan krisis keuangan global membuat perekonomian melemah seperi terjadinya inflasi yang akan menurunkan
minat masyarakat terhadap simpanan.
Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro.
Bank-bank milik asing maupun yang telah bekerjasama antara Indonesia dengan pihak asing seperti Bank CIMB
Niaga, Bank ANZ Panin, dan Bank OCBC NISP yang makin banyak bermunculan serta mulai menunjukkan
ketertarikan dalam usaha mikro.
Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI,
Koperasi dan BPR.
Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini
masih terasa dan untuk menaikkannya sangat tergantung pada perbaikan perekonomian kita.
Selain menganalisis dari segi faktor internal dan eksternal Bank BJB perbandingan ke-1 dilakukan juga perbandingan antara produk perbankan
deposito, tabungan, dan obligasi pemerintah dari setiap bank untuk mengetahui produk dan dari bank mana yang paling layak untuk Pemerintah
Daerah Kota Depok berinvestasi. Maka, perbandingan ke-4 ini, dapat dilihat pada Tabel 8:
Tabel 8. Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 Penyertaan Modal terhadap Produk Perbankan lainnya
Deposito Tabungan
Obligasi Pemerintah Strength
kekuatan • Nilainya tetap dan
dijamin oleh pemerintah • Memiliki suku bunga
yang tinggi • Likuiditas tinggi, dapat
diambil kapan saja, meskipun ada jangka
waktu tertentu. • Dapat dijaminkan: untuk
mendapatkan hutang dari bank yang sama.
• Dijamin oleh pemerintah • Nominal yang tidak
ditentukan bebas sesuai dengan keinginan
nasabah • Likuiditas yang tinggi,
dapat diambil kapan saja: counter bank dan ATM
• Kemudahan bertransaksi: pengiriman uang,
pembayaran telepon, kartu kredit, dan lain-
lain, penukaran uang, dan lain-lain.
• Memiliki risiko yang rendah
• Nilainya dijamin oleh pemerintah
• Kemungkinan kecil terjadi risiko gagal bayar
• Tingkat pengembalian lebih tinggi dari deposito
Lanjutan Tabel 8.
Deposito Tabungan Obligasi Pemerintah
Weakness kelemahan
• Jangka waktu yang telah ditetapkan jatuh tempo
tidak fleksibel • Adanya denda jika
pencairan dilakukan sebelum jatuh tempo
• Bunga kena pajak 20, di atas Rp 7,5 juta.
• Adanya penurunan minat investor
• Suku bunga yang diberikan sangat rendah,
di bawah tingkat inflasi. • Bunga kena pajak 20
untuk yang di atas Rp 7,5 juta.
• Sebagian besar adalah obligasi ritel individu
• Tidak setiap saat tersedia • Kurang likuid
Opportunity Peluang
• Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat
• Bertambahnya kebutuhan masyarakat akan
menabung • Berkembangnya
paradigma tentang obligasi pemerintah
Threat Ancaman
• Adanya penurunan minat investor
• Krisis keuangan global dan nasional yang dapat
mempengaruhi investor • Adanya ketentuan
nominal simpanan yang dijamin LPS yakni di
bawah Rp.100 juta jika bank mengalami
kebangkrutan
• Krisi keuangan global dan nasional yang dapat
mempengaruhi investor • Adanya nilai VaR yang
dapat menurun karena inflasi
Dilihat dari dari kekuatannya, seperti dari segi suku bunga yang diberikan, obligasi pemerintah seperti Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang
memberikan suku bunga sebesar 12,00, namun dari segi likuiditas menunjukkan bahwa tabunganlah yang memiliki likuiditas tertinggi karena
tidak memiliki jatuh tempo dalam pencairan dananya, serta kemudahan bertransaksi seperti untuk pembayaran dan sebagainya. Selanjutnya dilihat
dari kelemahannya, suku bunga terendah dimiliki oleh tabungan. Faktor lainnya seperti likuiditas, deposito dan obligasi pemerintah memiliki jangka
waktu dalam pengambilannya, sehingga dananya tidak dapat dicairkan kapan saja. Dari faktor eksternal seperti peluang, peluang tertinggi berada
pada deposito. Hal ini terlihat dari jumlah sumber dana yang berasal dari deposito pada bank umum di tahun 2005 mencapai Rp 455.308 miliar dan
pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 758.280 miliar sedangkan untuk jumlah sumber dana yang berasal dari tabungan di bank umum pada tahun
2009 sebesar Rp 565.610 miliar. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa minat nasabah pada simpanan investasi jenis deposito lebih besar dari
pada tabungan dan obligasi pemerintah belum banyak diminati oleh masyarakat. Untuk faktor eksternal selanjutnya yakni ancaman, untuk
deposito dan tabungan belum adanya jaminan untuk dana yang disimpan
lebih dari Rp 100 juta, hal ini dapat berpengaruh pada ketidakamanan dana yang diinvestasikan.
Berdasarkan Analisis SWOT terhadap produk perbankan lainnya, jika Pemerintah Daerah Kota Depok menginginkan suku bunga yang tinggi,
maka dapat memilih investasi pada obligasi pemerintah, namun jika membutuhkan investasi dengan likuiditas tinggi maka dapat memilih
simpanan jenis tabungan atau deposito berjangka satu bulan. Sedangkan dari sisi yang berpeluang tinggi, maka dapat memilih deposito. Namun, dari
faktor ancaman Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih obligasi pemerintah yang memiliki rendah risiko.
4.6 Analisis Finansial