Simulasi worst case METODE PENELITIAN

17 Risiko paparan Campylobacter jejuni pada ayam panggang dapat diketahui dari rumus : Risiko paparan=[c] x p x T x f Dimana [c] = konsentrasi C. jejuni pada ayam panggang p = prevalensi C. jejuni T = laju penurunan sel C. jejuni setelah pemanggangan f = jumlah konsumsi ayam panggang per porsi Data-data pendukung untuk menghitung risiko paparan Campylobacter jejuni pada konsumsi ayam panggang didapatkan dari tahap penelitian sebelumnya. Dari penghitungan ini nantinya akan didapat jumlah Campylobacter jejuni yang terdapat pada satu porsi produk ayam panggang yang berpotensi untuk terpapar ketika dikonsumsi. Pada penelitian ini bentuk kajian yang dilakukan adalah model deterministik yang menggunakan perkiraan tunggal sebagai data input.

4. Peluang infeksi

Hubungan antara tertelannya ingestion sejumlah tertentu mikroba dan kemungkinan terjadi akibatnya dapat dideskripsikan dengan model dosis-respon. Model matematis digunakan untuk mengekstrapolasi data yang berasal dari data dosis tinggi ke respon dengan dosis rendah atau sebaliknya. Model dosis respon yang digunakan adalah eksponensial dan beta-poisson. Peluang terjadinya infeksi dapat dihitung dengan:  Model eksponensial : P i = 1- exp -r x N Dengan P i adalah peluang terjadinya infeksi, r adalah peluang interaksi dengan inang, dan N adalah jumlah mikroba yang tertelan  Model beta-poisson : P I = [1- 1+Nβ] - α Dengan P i adalah peluang terjadinya infeksi, N adalah jumlah mikroba yang tertelan, serta α dan β adalah parameter spesifik untuk patogen. Nilai parameter r yang digunakan dalam perhitungan pada penelitian ini adalah 3.52x10 -6 Medema et al. 1996 sedangkan nilai α dan β yang digunakan adalah α=0.145 dan β=7.589 Teunis dan Havelaar 2000 serta α=0.21 dan β=59.95 FAOWHO 2001.

5. Simulasi worst case

Pada tahap ini dilakukan metode penghitungan yang sama dengan metode penghitungan risiko paparan dan peluang infeksi. Namun, data yang digunakan adalah estimasi bahwa terjadi keadaan terburuk, yaitu data yang diambil diasumsikan bahwa prevalensi dan kontaminisasi berada pada level tertinggi. Dan reduksi Campylobacter jejuni akibat pemanggangan diambil data terkecil untuk memperkirakan apabila ternyata pemanggangan menghasilkan efek reduksi minimal.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PREVALENSI DAN TINGKAT CEMARAN C. jejuni PADA KARKAS

MENTAH Campylobacter adalah penyebab utama infeksi enteritis pada manusia di banyak negara- negara berkembang Anonim 1999, 2001; WHO 2000. Kebanyakan kasus infeksi yang disebabkan oleh Campylobacter digolongkan sebagai kasus tunggal, jarang ditemukan kasus yang mewabah Friedman 2000. Di Indonesia, dari 2.812 bakteri patogen yang diisolasi dari penderita diare yang dirawat di rumah sakit di beberapa kota Indonesia, terdeteksi bahwa 3,6 nya disebabkan oleh Campylobater jejuni Tjaniadi et al. 2003. Data tersebut berpotensi jauh lebih besar dari kondisi sebenarnya, karena kebanyakan kasus diare di Indonesia tidak dilaporkan dan tidak sampai pada tahap perawatan di rumah sakit. Belum diketahui data yang menunjukkan jumlah kasus campylobacteriosis yang disebabkan oleh produk olahan ayam, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Namun, tingginya tingkat prevalensi Campylobacter dalam karkas ayam yang dijual secara eceran dan fakta bahwa penanganan unggas mentah dan konsumsi produk unggas adalah faktor risiko penting dalam kasus campylobacteriosis, menunjukkan bahwa ayam berperan penting dalam transfer Campylobacter ke manusia Neimann 2001. Selain itu, konsumsi pangan kurang matang, konsumsi produk daging-dagingan di restauran, konsumsi air mentah dan susu yang tidak dipasteurisasi juga dianggap sebagai sebagai faktor risiko penyebab campylobacteriosis pada manusia. Pada penelitian ini, nilai prevalensi dan jumlah cemaran Campylobacter jejuni pada karkas ayam mentah didapatkan dari studi pustaka penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Nilai prevalensi menunjukkan jumlah sampel positif tercemar Campylobacter jejuni per total sampel yang dianalisis. Sedangkan nilai konsentrasi atau jumlah cemaran menunjukkan banyaknya jumlah koloni Campylobacter jejuni yang terdapat dalam satu karkas ayam mentah .

1. Prevalensi Campylobacter jejuni pada karkas ayam mentah

Menurut McClure dan Blackburn 2003, sejumlah survey tentang produk unggas mentah eceran dan produk unggas lainnya di beberapa negara dilaporkan terkontaminasi Campylobacter dengan tingkat kontaminasi 3.7 sampai 93.6. Poeloengan dan Noor 2003, mengevaluasi tingkat kontaminasi Campylobacter jejuni pada sampel ayam dari beberapa pasar tradisional dan supermarket yang ada di daerah Jakarta Selatan, Tangerang, Sukabumi, dan Bogor. Dari evaluasi tersebut, didapatkan sebanyak 26 sampel positif tercemar Campylobacter jejuni dari 115 sampel yang diteliti. Hal ini berarti prevalensi cemaran Campylobacter jejuni dari sampel yang dianalisis adalah 22.61 atau 0.23. Dari isolasi yang dilakukan diketahui bahwa tingkat cemaran Campylobacter jejuni lebih besar pada sampel yang berasal dari supermarket yaitu 16 sampel positif dari 58 sampel yang dianalisis atau sebesar 27.5. Sementara, dari pasar tradisional teridentifikasi 10 sampel positif dari 57 sampel yang dianalisis atau sebesar 17.5. Kemudian, pada tahun 2007, Abdy melakukan isolasi Campylobacter jejuni di tingkat penjual eceran di pasar tradisional dan supermarket daerah bogor. Pada penelitiannya, didapat 16.36 sampel positif dari 55 sampel yang dianalisis dari sampel karkas dari pasar