20 diketahui bahwa kulit dan jeroan memiliki tingkat kontaminasi yang sangat tinggi. Jørgensen
et al. 2002, menghitung jumlah cemaran Campylobacter jejuni dari 181 sampel yang diambil di wilayah Preston dan Exeter, Inggris. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan
rata-rata 5.500 CFU Campylobacter jejuni per karkas ayam yang dianalisis. Dengan asumsi bahwa tiap karkas memiliki bobot 1000 gram, berarti total terdapat 5.5 x 10
3
koloni Campylobacter jejuni terkandung tiap 100 gram sampel. Hasil penghitungan yang dilakukan
oleh Jørgensen 2002 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Jumlah cemaran Campylobacter jejuni di ayam mentah Jørgensen et al. 2002
Data selanjutnya didapat dari EFSA 2008, Sebanyak 10.132 sampel daging ayam diambil dari 561 rumah pemotongan hewan di 26 negara anggota Uni Eropa dan dua negara
yang tidak termasuk ke Uni Eropa. Kemudian dipilih secara acak masing masing 10 ayam broiler, dikumpulkan dan dianalisis keberadaan dan jumlah cemaran Campylobacter jejuni.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui Campylobacter jejuni terdeteksi di karkas yang dianalisis dengan jumlah rata-rata 2.8 x 10
3
CFU per 100 gram. Data jumlah cemaran Campylobacter jejuni per 100 gram sampel dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data jumlah cemaran Campylobacter per 100 gram sampel
Konsentrasi C jejuni CFU100 gram
Sumber 5.5 x 10
2
Jorgensen et al. 2002
1 x 10
3
Altekruse et al. 1999
2.8 x 10
3
EFSA 2008
Rata-rata = 1.5 x 10
3
21 Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengisolasi dan menghitung sel
Campylobacter jejuni dari sampel. Metode-metode ini dirancang dengan memperhatikan kondisi dan prasyarat tumbuhnya koloni Campylobacter jejuni. Hal ini dikarenakan bakteri
ini sulit untuk diisolasi berkaitan dengan sifatnya yang dapat menjadi sel viable but non culturable VNBC. Menurut McClure dan Blackburn 2003, Campylobacter jejuni
dianggap mampu membentuk sel VNBC, walaupun sel tersebut aktif secara metabolik dan menunjukkan tanda-tanda aktif berespirasi, tetapi sel tersebut tidak dapat diperoleh kembali
melalui teknik pertumbuhan culturing biasa. Pembentukan sel VNBC terjadi karena terekspos oleh kondisi lingkungan yang
merugikan bagi Campylobacter jejuni. Kondisi yang dimaksud seperti terekspos dengan udara, pengeringan, pH rendah, pemanasan, pembekuan, dan waktu simpan yang terlalu lama
BAM, 2001. Sel VNBC Campylobacter jejuni dapat bersifat kokus maupun tidak kokus. Jika sel Campylobacter jejuni ingin dikembalikan ke bentuk awal maka lebih efektif jika sel
ini masuk ke dalam usus inangnya yaitu hewan berdarah panas seperti unggas ataupun mamalia. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang tepat untuk mengkultur Campylobacter
jejuni. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data-data prevalensi dan konsentrasi
Campylobacter jejuni diatas rata-rata menggunakan metode BAM. Dua puluh lima gram sampel diambil secara acak dari bagian karkas kemudian di bilas dalam 225 ml BPW, Setelah
itu dilakukan proses pembilasan rinsing dengan cara digosok-gosok atau dengan bantuan alat stomacher selama 2-3 menit. Selanjutnya, untuk mengisolasi Campylobacter jejuni
ditambahkan darah kuda lisis sebanyak 5. Setelah itu dilakukan tahap pre enrichment dengan menginkubasi pada suhu 30
o
C selama 3 jam dan 37
o
C selama 4 Jam di kondisi mikroaerofilik. Kemudian dilakukan tahap enrichment dengan menginkubasi sampel selama
20-44 jam pada suhu 42
o
C. Setelah inkubasi, dilakukan plating ke cawan petri yang telah berisi media agar isolasi. Inkubasi kemudian dilakukan pada suhu 42
o
C selama 24-48 jam dan setelah itu diamati jumlah koloni yang tumbuh pada cawan.
B. PENGARUH PEMANGGANGAN TERHADAP REDUKSI KOLONI