Pola Sebaran Salinitas Model Hidrodinamik Perairan Teluk Lampung .1 Pola Sebaran Arus

73 yang sebenarnya. Hasil validasi dan analisis hubungan antara model dan observasi tiap stasiun selengkapnya disajikan pada Lampiran 14 dan persamaan garis korelasi disajikan pada Lampiran 15.

4.1.3 Pola Sebaran Salinitas

Pola sebaran horisontal salinitas hasil simulasi Lampiran 16 menunjukkan adanya perubahan atau gradien salinitas antara bagian dalam teluk dan bagian luar teluk. Gradien salinitas ini dipengaruhi oleh adanya asupan air tawar yang bermuara dari kedua sungai yang ada di kepala teluk. Kisaran salinitas secara temporal cenderung meningkat hal ini berkaitan dengan perubahan musim. Peningkatan tingkat radiasi matahari, temperatur udara, penurunan curah hujan dan penutupan awan akan meningkatkan tingkat evaporasi sehingga akat meningkatkan salinitas perairan. Kisaran nilai salinitas hasil simulasi dengan hasil observasi secara konsisten menunjukan nilai yang lebih rendah hal ini dikarenakan data asupan model memiliki kisaran yang relatif lebih rendah. Pola distribusi salinitas secara horisontal memiliki kemiripan pola antara data observasi dan data hasil simulasi model. Pola sebara vertikal salinitas hasil simulasi Lampiran 17 memiliki nilai yang lebih rendah dilapisan permukaan hal ini berkaitan dengan kisaran temperatur yang juga lebih tinggi sehingga densitas massa airnya lebih rendah dibandingkan pada lapisan kedalaman. Perbedaan ini membentuk stratifikasi salinitas walaupun dalam kisaran yang sempit antara 0.01 - 0.05 psu. Pola sebaran vertikall hasil simulasi jika dibandingkan dengan data hasil observasi menunjukan pola yang mirip Gambar 16, akan tetapi nilai hasil simulasi menunjukan kisaran yang lebih kecil daripada data lapangan. Perbedaan ini disebabkan nilai simulasi yang merupakan model termodinamika permukaan dibangun dengan masukan data meteorologis yang nilainya cenderung lebih rendah dibandingkan data sebenarnya. Perbandingan antara data hasil observasi dan data hasil simulasi Gambar 17 menunjukan bahwa kisaran data hasil simulasi memiliki nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan data observasi yang disebabkan model mansimulasikan pola sebaran salinitas berdasarkan model sebaran termodinamika 74 permukaan yang sangat dipengaruhi oleh hasil simulasi temperatur. Perbandingan antara hasil simulasi dan hasil observasi disajikan pada Lampiran 18. Gambar 16 Perbandingan profil vertikal salinitas hasil simulasi garis putus- putus dan hasil observasi garis kontinyu di berbagai stasiun. Gambar 17 Perbandingan data rata-rata bulanan salinitas psu hasil simulasi  dan data hasil observasi lapangan  , garis vertikal menunjukkan standar error bulanan keterangan: 1= Januari, 2 = Februari, 3 = Maret, 4 = April, 5 = Mei, 6 = Juni, 7 = Juli dan 8 = Agustus. Korelasi antara hasil simulasi dan hasil observasi menunjukan adanya kaitan yang cukup erat dengan nilai korelasi untuk tiap stasiun berkisar antara 0.8997 - 0.8458 Lampiran 19. Nilai ini menunjukan bahwa model cukup relevan untuk menduga nilai lapangan yang sederhana, sedangkan kisaran nilai model yang relatif lebih kecil disebabkan karena nilai masukan model yang digunakan dalam 31.65 31.7 31.75 31.8 31.85 31.9 31.95 32 32.05 32.1 32.15 32.2 1 2 3 4 5 6 7 8 p su Bulan Salinitas 75 sub model termodinamika permukaan berupa data meteorologis memiliki kisaran yang lebih rendah dibandingkan data sebenarnya. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah pola sebaran horisontal dan vertikal salinitas sangat dipengaruhi oleh pola sebaran temperatur perairan yang keduanya berkaitan dengan pengaruh musim. Tingkat radiasi matahari yang cenderung lebih tinggi pada musim kemarau akan mengakibatkan peningkatan temperatur air yang diikuti peningkatan salinitas karena terjadinya proses evaporasi.

4.1.4 Verifikasi Data meteorologi