Pola Sebaran Temperatur Model Hidrodinamik Perairan Teluk Lampung .1 Pola Sebaran Arus

70 perbedaan luasan daerah model. Daerah model penelitian ini hampir mencapai mulut teluk, sedangkan model Mihardja dkk. 1995 memiliki daerah model hanya mencapai daerah tengah teluk. Perbedaan dengan hasil simulasi yang dilakukan Koropitan 2003 diduga karena adanya perbedaan metode yang digunakan. Metode numerik yang digunakan oleh Koropitan 2003 adalah metode leap-frog dengan perata-rataan kedalaman atau model 2-dimensi, sedangkan metode pada penelitian ini adalah model 3 dimensi dengan metode semi implisit dua langkah. Magnitudo arus menunjukkan adanya perbedaan antara arus pada saat pasang tertinggi dan pada saat terendah serta berbeda antara setiap bulannya. Perbedaan manitudo arus tersebut disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kisaran magnitudo arus di perairan Lampung pada kondisi pasang purnama Bulan Kecepatan Maksimum ms Kecepatan Minimum ms Arah yang Dominan o Januari 0.51 0.02 32 - 354 Februari 0.55 0.01 42 - 270 April 0.52 0.01 47 - 262 Mei 0.39 0.01 50 - 235 Juli 0.52 0.02 81 - 270 Agustus 0.53 0.03 88 - 272 Sumber : Hasil penelitian diolah

4.1.2 Pola Sebaran Temperatur

Pola sebaran temperatur horisontal hasil simulasi disajikan pada Lampiran 12, sedangkan pola sebaran vertikal melintang dan membujur disajikan pada Lampiran 13. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pola sebaran horisontal memiliki kisaran yang relatif homogen, dan terjadi adanya peningkatan temperatur mulai bulan Mei hingga Agustus, hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan intesitas radiasi matahari, penurunan curah hujan dan tingkat penutupan awan. Pola ini juga berkaitan dengan perubahan musiman dari musim penghujan dan memasuki musim kemarau. Secara umum kisaran temperatur hasil simulasi lebih rendah dibandingkan dengan hasil observasi, hal ini diduga berkaitan dengan ketesediaan data secara spasial yang kurang untuk asupan data model yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan data lapangan sehingga model mengasumsikan nilai spasialnya pada nilai nol. 71 Pola sebaran vertikal menunjukan adanya pelapisan temperatur, walaupun Wiryawan et al. 1999 menyatakan bahwa kolom air di periran Teluk Lampung relatif homogen secara vertikal atau lapisan tercampurnya dapat ditentukan pada seluruh kedalaman. Pelapisan atau stratifikasi temperatur ini terjadi pada kisaran temperatur yang cukup kecil antara 0.1 - 0,2 o C, sehingga kisaran temperatur antara lapisan permukaan dan lapisan dibawahnya tidak begitu signifikan. Temperatur dilapisan permukaan kurang dari 10 m memiliki kisaran yang lebih tinggi dibandingkan lapisan dibawahnya, hal ini diduga karena proses percampuran yang dipengaruhi aktivitas manusia transportasi ataupun percampuran karena pengaruh angin dan gelombang. Keseluruhan kisaran temperatur yang lebih tinggi terdapat pada bagian tepi dari teluk yang dekat daratan, hal ini disebabkan karena kedalam perairan yang relatif dangkal. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pola sebaran temperatur berkaitan erat dengan pengaruh musiman dimana pada musim penghujan kisaran temperatur akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan musim kemarau. Validasi data hasil model dengan data hasil observasi dilakukan pada waktu yang sama antara data pengambilan sampel dan data luaran model. Hasil validasi terlihat bahwa profil menegak suhu memiliki kesamaan dengan nilai hasil simulasi yang cenderung lebih rendah. Pola stratifikasi temperatur terhadap kedalaman dari berbagai stasiun disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Perbandingan profil vertikal temperatur hasil simulasi garis putus- putus dan hasil observasi garis kontinyu di berbagai stasiun. 72 Model temperatur merupakan model yang dibangun dengan masukan data radiasi matahari, temperatur udara, tingkat keawanan dan kelembaban relatif maka fluktuasinya akan mengikuti pola data masukan. Secara umum data masukan yang digunakan memliki kisaran nilai yang lebih kecil dari data sebenarnya, hal inilah yang kemungkinan menyebabkan hasil simulasi memiliki kisaran nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan data observasi. Pola sebaran temperatur hasil model dan hasil observasi menunjukan pola yang mirip dengan nilai hasil observasi yang cenderung lebih besar dari data hasil simulasi. Hal ini berkaitan dengan nilai masukan model yang juga cenderung lebih rendah. Secara umum nilai temperatur rata rata bulanan cenderung menurun pada bulan ke 1 - 3 Januari - April dan mulai meningkat pada bulan ke 3 - 5 Mei - Agustus yang diduga berhubungan dengan pengaruh musiman. Perbandingan antara data observasi dan hasil simulasi rata-rata keseluruhan stasiun disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Perbandingan data rata-rata bulanan Temperatur o C hasil simulasi  dan data hasil observasi lapangan  , garis vertikal menunjukkan standar error bulanan keterangan: 1= Januari, 2 = Februari, 3 = Maret, 4 = April, 5 = Mei, 6 = Juni, 7 = Juli dan 8 = Agustus. Korelasi antara hasil simulasi dan hasil observasi menunjukkan adanya kaitan yang cukup erat, hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi tiap stasiun yang berkisar antara 0.8724 - 0.8944. Nilai ini mengindiksikan bahwa nilai hasil simulasi model cukup untuk mewakili kondisi sebenarnya, sehingga bisa disimpulkan bahwa model dapat digunakan sebagai penduga kondisi lapangan 27.8 28 28.2 28.4 28.6 28.8 1 2 3 4 5 6 7 8 o C Bulan Temperatur 73 yang sebenarnya. Hasil validasi dan analisis hubungan antara model dan observasi tiap stasiun selengkapnya disajikan pada Lampiran 14 dan persamaan garis korelasi disajikan pada Lampiran 15.

4.1.3 Pola Sebaran Salinitas